Kini di rumah hanya ada Cassea yang masih duduk di kursi menghadap ke arah jendela besar, sembari menekuk kedua kakinya sampai ke dada miliknya. Sampai lamunannya terhenti saat suara ketukan dan suara pintu terbuka menyadarkan Cassea kembali.
“Cassea! Kau sedang apa?” tanya ibunya yang baru saja masuk dan memegang pundak Cassea. Ya! Itu adalah Emma.
“Siapa yang menyuruhmu masuk tanpa izin dariku?” tanya balik Cassea sinis, seolah tidak peduli meski Emma adalah ibu tirinya. Emma menghembuskan nafas panjang, lalu mendekatkan wajahnya ke arah Cassea dengan ekspresi yang berbeda.
“Seharusnya kau tidak perlu mengatakan semua itu, karena itu hanya sia-sia saja. Ayahmu tidak akan pernah luluh pada mu! Jadi itu sia-sia!! Lebih baik kau fokus pada pemburu yang akan memangsa hewan!!” ucap Emma tersenyum tipis, lalu berjalan keluar. Sedangkan Cassea terkejut dengan ucapan ibunya tadi, seolah ucapan itu seperti sebuah ancaman namun. Cassea masih bingung dengan maksudnya.
***
Cassea sudah membuang waktu dengan duduk diam di rumah, kini dia menunggu kedatangan Zach di toko paman Ello, karena hanya tempat itu saja yang bisa membuatnya bertemu dengan Zach.
Waktu terus berjalan, hingga suara mobil Zach terdengar dekat. Tidak lama jendela mobil terbuka tepat dihadapan Cassea yang masih setia berdiri.
“Masuklah!” pinta Zach. Cassea menurut dan masuk kedalam mobil, tanpa basa basi.
Mobil kembali berjalan menelusuri jalanan. Di dalam, Cassea dan Zach saling diam seperti orang asing yang baru saja kenal. Sampai wanita dengan rambut panjang terurai itu, membuka suara.
“Terima kasih sudah menasehati ku!” ucap Cassea tersenyum menoleh ke arah Zach.
Zach hanya membalasnya dengan senyuman manis dan lega, sementara Cassea yang juga sudah merasa lega kembali mengoceh seperti biasa.
Mungkin sekitar dua jam mereka menempuh perjalanan dan akhirnya sampai juga di sebuah bangunan besar dan indah. Kedua orang tadi turun dari mobil, Cassea begitu terpanah dengan bangunan yang belum pernah dia datangi. Bangunan berbentuk piramida yang terbuat dari kaca, tidak hanya itu, banyak sekali orang yang ingin melihat isi di dalamnya.
“Apa kau tahu, ini bangunan apa?” tanya Zach.
“Museum Louvre! Aku pernah mendengar, tapi belum pernah kesini!” jawab Cassea tersenyum lebar.
Zach segera mengajak Cassea masuk kedalam. Dan saat berada di dalam, pesona Cassea bertambah saat melihat isi yang ada di dalamnya, banyak sekali lukisan dan karya seni terkenal yang ada disana.
Cassea dan Zach mulai berjalan menelusuri museum tersebut, sambil berjalan dan melihat, Zach juga tidak lupa untuk menerangkan semua lukisan yang ada disana kepada Cassea. Seolah Zach menjadi guru sungguhan untuk Cassea.
Tiga jam mereka berkeliling museum sampai kaki Cassea merasa pegal, juga puas melihatnya. Mereka berdua memutuskan untuk keluar dan duduk sembari melihat pemandangan sekitar.
Zach baru saja tiba di suatu tempat dan memberikan sebuah roti kering kepada Cassea yang masih duduk santai. Kini mereka duduk bersebelahan sambil menyantap sebuah roti yang masih hangat.
“Kenapa aku tidak bertemu dengan mu dari dulu.” Ucap Cassea yang masih penuh roti di mulutnya.
“Kenapa seperti itu?” tanya Zach heran.
“Ini kali pertama ku pergi ke tempat-tempat seperti ini! Yah.. meski aku lama tinggal di Paris, namun saat aku berumur belasan, ayahku melarang ku untuk pergi kemanapun.” Jawab Cassea seraya menyantap roti di tangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Merci [END]
Ficción GeneralKisah ini tidak lengkap. Bahkan setelah kematian, kita takkan mengatakan {selamat tinggal}. ________________________ ________________________________________ ________________________ Ini adalah kisah cinta terlarang...