08 ; Kau adalah Guruku

58 59 3
                                    

Cassea yang sudah sampai di rumahnya, dia langsung menuju ke kamar. Sementara Khey merasa marah dan iri karena melihat Cassea masih berkuliah, sedangkan dirinya hanya di rumah menerima hukuman dari Cassea.

Saat asik merebahkan tubuhnya di atas ranjang yang sangat empuk, Cassea teringat sesuatu, "Aku harus mendapatkan uang sendiri untuk membeli laptop baru! Saldo uangku sudah habis dan jika aku meminta ayah... Sss, itu tidak mungkin!" gumam Cassea. Selama ini uang Cassea selalu dia amalkan ke panti asuhan dan orang-orang yang kurang mampu. Mungkin dia hanya memegang sedikit uang saja. Bahkan di club saja Cassea selalu di belikan oleh teman-teman prianya, terutama Joe. Bahkan kadang dia mendapatkan uang dari hasil lomba minum.

Cassea terbangun dan melihat lukisan-lukisan yang tergeletak di sisi kamarnya. "Baiklah..!!" ucap Cassea tersenyum karena mendapat ide. Dengan cepat dia mengumpulkan semua lukisannya yang hanya ada tiga saja sedangkan yang lain masih dia sisakan.

Cassea membawa ketiga lukisannya, dia berpikir akan menjual lukisan tersebut di mana saja, ide yang selalu muncul tidak ada habisnya. Khey yang masih duduk di sofa ruang tamu, heran sendiri melihat tingkah Cassea, dia hanya bisa menyeringai saja.

Berjam-jam kemudian, Cassea menelusuri jalanan sambil membawa ketiga papan besar yang terlukis indah, di pinggir jalan dia melihat sebuah toko kecil, dengan tulisan Prancis di atasnya, Boutique pleine de peintures (toko penuh lukisan).

Senyuman terukir di wajahnya, Cassea masuk ke dalam toko itu, dia hanya melihat pria yang sudah terlihat tua sedang membersihkan salah satu pajangan berbentuk ikan di sana.

"Pardon (permisi)!" sapa Cassea tersenyum lebar dengan keramahannya. Paman itu menoleh dan membalas sapaan Cassea dengan senyuman.

"Paman! Perkenalkan namaku Cassea! Aku ingin menjual ketiga lukisanku ini, apa Paman ingin membelinya?" tanya Cassea sumringah.

"Boleh aku melihatnya?" tanya balik paman itu. cassea sangat bersemangat memberikan lukisan nya.

Dengan sangat teliti paman itu melihat lukisan milik Cassea. "Paman bisa membelinya, tapi tidak dengan harga yang mahal. Karena toko Paman saat ini sepi dan uang paman juga tidak terlalu banyak." Kata paman itu.

Cassea diam sejenak lalu kembali tersenyum. "Paman ingin membelinya dengan harga berapa?" tanya Cassea. "Bagaimana kalau Lima Euro?" tanya balik paman yang masih melihat ke arah Cassea.

Tanpa pikir panjang Cassea mengangguk-anggukkan kepalanya sambil tersenyum. "Baiklah! Tidak masalah!!" balas Cassea menerima nya dengan harga yang tidak terlalu tinggi, meski begitu dia masih senang bisa menghasilkan uang sendiri.

Setelah Cassea menerima uangnya, Cassea pamit pergi kepada Paman pemilik toko. Saat Cassea hendak pergi, Cassea tidak sadar kalau dia berpapasan dengan seorang pria. Pria itu masuk kedalam toko dan menyapa paman pemilik toko dengan sangat ramah dan akrab seperti sudah lama kenal.

Dia melihat lukisan Cassea yang baru saja dipajang oleh Paman tadi. "Apa Paman melukisnya?" tanya pria itu.

"Tentu saja tidak! Tadi seorang wanita menjual lukisannya, sepertinya dia membutuhkan uang, jadi Paman membelinya meski dengan harga murah!!" jelas paman yang biasa di panggil dengan nama Ello.

Pria itu mengerti, dia menghampiri lukisan itu dan melihatnya dengan teliti. "Lukisannya bagus, tapi penuh kesedihan." Gumamnya.

Sedangkan di jalan Cassea sangat senang sekali karena mendapat uang sendiri, maklum karena dia anak orang kaya yang selalu mendapat uang dari ayahnya, tapi kini Cassea memutuskan untuk berusaha mendapatkan uang sendiri.

["April! Bagaimana kalau besok kita pergi jalan-jalan? Kali ini aku yang traktir!"] ajak Cassea. Bukan berarti dia wanita yang suka foya-foya. Cassea hanya ingin membalas kebaikan April yang selalu menteraktir nya, dan kini dia ingin  melakukannya juga.

Merci [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang