80 ; MERCI

24 12 0
                                    

"Baiklah." Jawab guru itu setuju, karena permohonan Aami yang sangat benar-benar memohon bantuannya.

Mendengar persetujuan dari sang guru, membuat Aami tersenyum lebar.

Guru wanita itu segera mencari tahu tentang nama murid yang dimaksud oleh Aami." Dia umur berapa?" tanya sang guru, yang masih sibuk mencari di komputer.

"Tiga belas tahun!" jawab Aami. Mereka berdua sama-sama fokus sendiri -sendiri. Sampai beberapa detik mencari nama-nama murid di sekolah tersebut. Akhirnya nama, Meghan Dawson pun terlihat juga. Sedangkan Aami masih menatap kearah guru tadi, dengan harapan bahwa semuanya benar.

"Ya.. Ada seorang satu murid bernama, Meghan Dawson!" ujar guru itu. Aami bertambah lega saat mendengarnya.

"Apa bisa kau sebutkan, siapa nama orang tuanya?" mohon Aami sekali lagi.

"Maaf nyonya, tapi ini sangatlah pribadi." Jawab guru tersebut yang benar-benar menjaga identitas anak murid disana.

"Aku mohon, hanya nama orang tuanya saja. Setelah itu aku akan pergi! Aku mohon Bu!" ujar Aami seraya merapatkan kedua telapak tangannya menjadi satu.

Melihat permohonan Aami, lagi-lagi guru itu merasa bahwa ini benar-benar penting untuk wanita didepannya sekarang. Guru tadi memandang kearah komputer Kemabli.

"Zach Dawson dan Cassea Dawson! Itu nama orang tuanya." Ucap guru itu lagi. Aami yang mendengarnya, seketika menutup kedua matanya seraya meneteskan sedikit air matanya.

"Merci!" balas Aami yang langsung berjalan pergi. Kini misinya sekarang adalah mencari keberadaan Cassea.

***

Di dalam kamar Cassea yang terlihat begitu sunyi. Dia dan Zach tengah tidur bersama didalam pelukan yang hangat. Kedua orang itu masih belum tidur, seolah mereka ingin begadang untuk menghabiskan saling pandang satu sama lain.

"Hari ini begitu sangat indah Zach! Aku bisa melihat dan merasakan keluarga kecil yang utuh kembali!" gumam Cassea tersenyum tipis. Zach masih diam, meletakkan dagunya tepat di atas kepala Cassea.

"Kau ingin menikah denganku lagi?" tanya Cassea yang kini mendongak menatap Zach yang baru saja menatapnya balik. Pria itu hanya membalasnya dengan senyuman tipi, dan itu langsung dimengerti oleh Cassea.

Keduanya sama-sama menginginkan hal yang sama, yaitu menikah untuk kedua kalinya dengan restu ayah dan ibu Cassea. Kini semuanya sudah merestui mereka, hanya tinggal melaksanakan pernikahan saja.

"Aku harap kita akan terus bersama-sama, membesarkan Meghan hingga dia menjadi wanita sukses dan cantik!" ujar Cassea yang sedari tadi bicara tanpa henti.

Cassea merapatkan pelukan mereka dan mulai memejamkan kedua matanya dengan bibir yang masih tersenyum kecil. Sementara Zach masih tak berkutik sedikit pun.

"Aku mencintaimu Zach!" lanjut Cassea yang kini benar-benar akan tertidur lelap. Karena besok dia harus tetap pergi bekerja.

Bukannya menjawab cinta Cassea yang seperti biasanya. Zach malah meneteskan air matanya tanpa sepengetahuan wanita yang saat ini dipeluknya.

***

19 April 2024, Paris - Desa Schengen.

06:06 AM.

Sebuah mobil warna silver baru saja berhenti tepat di sebuah rumah sederhana.

Meghan masih diam di dalam mobil, tanpa menoleh ke kanan dan kiri. Sementara April melihat di sekitar desa tersebut, sebuah desa terpencil yang masih tidak ramai orang bangun dari tidur mereka. Bagaimana mungkin? Ya! Karena itu sangatlah pagi sekali.

Merci [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang