Langit yang begitu cerah, matahari dan bulan yang selalu menyinari bumi dengan setiap hari, setiap waktu, setiap menit, hingga setiap detik dan masa, tanpa henti. Sama seperti seorang wanita disini yang terus berjuang demi cinta, hingga melewati pertengkaran setiap harinya dengan seorang ayah.
🖤🖤🖤
Cinta? tidaklah seindah di novel, yang awalnya bertemu, konflik, lalu bahagia selamanya. Justru mengenal cinta lebih menyakitkan dari pada makan ayam geprek dengan cabai level 100.
~ Beoness ~
🖤🖤🖤
Setelah kejadian yang begitu basah kuyup karena air hujan. Kini Cassea berada di Toko Bonbons, tempat kerjanya bersama April. Kali ini toko tidak terlalu ramai seperti hari-hari sebelumnya, tapi meski begitu, ketiga wanita penjaga Toko Bonbons itu masih tetap dengan semangat mereka.
Tidak hanya itu, hubungan Cassea dan Zach sudah mulai membaik seperti biasa. Mereka masih saling bertemu dan berkomunikasi, seolah tidak peduli dengan ancaman dan larangan dari ayah Cassea yang berwatak keras bak batu tersebut.
Meski begitu, ketakutan masih terus bermunculan di benak Cassea, tidak tahu apa yang akan terjadi di keesokan hari.
📖📖📖
(“Ini adalah hari dimana aku sangat-sangat malu dengan diriku sendiri. Dan itu sebabnya aku tidak suka minum minuman keras, sampai membuat diriku tidak sadar dan......”)
📖📖📖
Saturday 24 June 2010.
Karena acara kuliah sudah selesai, dan kini hanya acara perpisahan. Cassea menemui Zach di apartemen nya, dengan wajah yang begitu ceria.
Tok, tok, tok. Suara ketukan pintu yang dibuat oleh Cassea. Pintu terbuka, memperlihatkan seseorang yang ada di dalamnya. Tanpa perintah atau larangan, Cassea langsung masuk begitu saja, karena dia takut kalau sampai anak buah Lowray terus memantau dirinya diam-diam.
“Ada apa?” tanya Zach yang mengenal sifat dan watak sahabatnya yang konyol lagi ceria itu.
“Nanti malam ikut denganku ke pesta perpisahan kampus ku! Jangan lupa memakai jas yang memperlihatkan mu tampan.” Ucap Cassea. Saat mengatakan itu. Cassea langsung berjalan menuju meja yang terdapat roti cokelat yang sangat lezat.
Tanpa pikir panjang, Cassea langsung melahap roti tersebut, hingga sengaja menyisakan satu roti untuk Zach. Sementara Zach melihatnya dengan tatapan melebar.
“Kau sangat pandai dalam membeli roti Zach! Delicious!” puji Cassea yang masih menikmati cokelat-cokelat sisa di tangannya.
Zach menghampirinya dengan senyum lebar saat melihat Cassea makan dengan lahap roti buatannya.
“Aku tidak beli, aku membuatnya sendiri.” Balas Zach tersenyum manis.
Mendengar kata membuat, Cassea langsung menoleh dengan wajah lucunya, yang seolah dia mulai menggoda Zach lagi.
“Kau pandai memasak! Cocok sekali. Nanti setiap harinya, kau bisa mengajariku memasak, sambil memeluk ku dari belakang! Haha” kata Cassea tertawa kecil.
Zach menggeleng sambil tertawa, saat mendapat godaan dari Cassea. Seketika Cassea melihat ke arah arloji miliknya, dan sadar bahwa dirinya telat akan suatu hal. Dengan tergesa-gesa, wanita itu pamit ke pemilik apartemen, setelah puas menghabiskan roti cokelat nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Merci [END]
General FictionKisah ini tidak lengkap. Bahkan setelah kematian, kita takkan mengatakan {selamat tinggal}. ________________________ ________________________________________ ________________________ Ini adalah kisah cinta terlarang...