Di kediaman keluarga Chadwick. Tepatnya pukul sepuluh malam. Khey duduk di dalam kamar bersama ibunya, sembari meminum kopi yang sudah tersedia. Seperti biasa mereka selalu bercerita tentang orang-orang. Ya! Seperti (gibah)!.
“Ibu! Saat aku menuju kemari, aku melihat Cassea sangat ketakutan hingga dia keluar keringat begitu banyak sekali.” Ucap Khey memberitahu soal Cassea tadi.
“Kenapa seperti itu?” tanya Emma heran.
“Aku tidak tahu? Tapi, aku mendengar ayah marah sambil membanting barang, di dalam ruang kerja.” Jelas Khey, lalu kembali menikmati secangkir kopi panas.
“Ibu tahu! Mungkin Cassea mengalami trauma akan benda kaca yang di banting maupun jatuh.” kata Emma yang membuat putrinya itu masih bingung.
“Maksudnya?” tanya Khey lugu.
“Cassea takut dengan suara benda kaca yang jatuh.” Jawab ibunya masih dengan wajah tenang. Khey tersenyum tipis, dan kembali dengan meminum kopi lagi.
Sementara di kamar yang terlihat gelap gulita. Cassea duduk di pojok tempat tidurnya sambil menekuk kedua kaki dan berusaha untuk menenangkan diri.
Dengan air mata yang bercucuran, Cassea terlihat seperti orang kebingungan yang sangat panik, hingga keringat dingin pun masih keluar dengan deras.
“Ibu... Ibu, aku–aku takut Bu..” Gumam Cassea yang terus menerus memanggil nama ibunya dengan nada ketakutan. Tubuhnya menggigil dengan tangisannya.
🖤•••••••••••••••••••••••🖤
Semalaman Cassea tidak tidur. Saat keheningan kini berpindah di ruang makan. Khey sedari tadi selalu curi-curi pandang ke arah Cassea yang terlihat begitu tenang tanpa ada pertengkaran dengan sang ayah lagi.
Sehingga sarapan pagi selesai. Lowray sebagai kepala keluarga di keluarga Chadwick, mulai berdiri dan hendak berangkat ke kantor lagi.
“Hari ini kau pergi kuliah, jadi Ayah akan memberikan gelar Manajer kepada orang lain, sampai kuliahmu selesai.” Jelas Lowray kepada putri keduanya, Khey.
Khey yang saat ini sudah mulai kembali ke kampus, dia juga kembali punya kesempatan untuk bertemu kekasihnya yang juga berkuliah disana.
Sementara Cassea memilih langsung pergi setelah dia mendapat tatapan tajam dari Lowray. Yang mungkin wajah Cassea mengingatkan akan mantan istrinya yang berkhianat pada dirinya.
***
Universitas Paris.Khey datang lebih dulu, karena dia memakai mobil yang selalu dia bawa kemana-mana. Sedangkan Cassea seperti biasa, memilih naik bus, meski ayahnya memaksa, keputusan wanita itu sudah sangat bulat.
“Hai.. sayang!!” sapa dua sejoli yang baru saja bertemu kembali di kampus. Tidak lain mereka adalah Khey dan Marton.
April yang tidak sengaja melihat dua sejoli itu berpelukan, dengan cepat dirinya memalingkan diri dan berjalan keluar. Sampai Cassea datang pun, April memilih tetap diam, sampai pelajaran mereka selesai.
“Cassea! Aku melihat Khey berpelukan dengan Marton! Mereka sangat bahagia seperti pasangan yang baru saja pisah!” jelas April dengan senyuman manisnya.
“Biarkan saja! Aku juga jatuh cinta! Biarkan kami sama-sama berjuang, dan doa, 'kan saja kami agar ayahku tidak pernah melihatnya!!” jawab Cassea malah tersenyum lebar.
Kini kedua wanita itu berjalan di koridor menuju kelas melukis. Karena ajaran dari Zach, perlahan Cassea mulai bisa mendasarinya, sehingga membuat lukisannya lebih nyata dan indah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Merci [END]
General FictionKisah ini tidak lengkap. Bahkan setelah kematian, kita takkan mengatakan {selamat tinggal}. ________________________ ________________________________________ ________________________ Ini adalah kisah cinta terlarang...