Ingatan akan Zach kembali dipikiran Cassea. Kenangan yang indah dan manis keluar, berputar di memori Cassea. Sehingga membuat wanita itu menangis saat mengingat perpisahan mereka yang menyedihkan.
Cassea menekuk kedua kakinya hingga ke dadanya. Di atas sofa, wanita itu menangis sesekali melihat ke arah tangannya yang dulu pernah memakai gelang dan cincin dari Zach. Namun kini sudah tidak ada. Darah milik Zach yang pernah ada di tangannya membuat Cassea semakin sedih saat mengingatnya. Ditambah akan ingatan kematian kedua orang tuanya.
“Kau dimana– ? Apa kau melupakanku?” gumam Cassea pelan.
Tangisannya berhenti saat suara kecil memanggilnya dari arah belakang.
“Ma!” panggil Meghan yang terbangun dari tidurnya. Mendengar suara putrinya, Cassea segera menghapus air matanya dan berbalik dengan senyuman melihat wajah putrinya.
Meghan berjalan berdiri di hadapan Cassea yang masih terduduk di atas sofa. “Mama membangunkan mu ya! Maafkan Mama!” ucap Cassea tersenyum memegang pipi Meghan.
Seketika Meghan memegang balik pipi Cassea dengan tatapan serius dan sedih saat mengetahui mamanya baru saja menangis.
“Mama tidak perlu menutupinya dariku! Jika menangis keluarkan saja, dari pada sakit di hati.” Ujar Meghan.
Cassea kembali meneteskan air matanya, namun kini ia masih menahannya dan tersenyum menatap Meghan dengan penuh sayang. Entah dapat dari mana pemikiran seperti itu.
“Kau persis seperti ayahmu! Kemari Lah.” Ucap Cassea tersenyum dan menyuruh Meghan duduk di sampingnya lalu memeluk hingga mencium kening putrinya.
“Apa Mama rindu dengan ayah?” tanya Meghan menatap nya. Cassea mengangguk jujur di hadapan putrinya. Meghan tersenyum, dia sangat senang melihat cinta yang sangat besar di mata mamanya.
“Mama tidak perlu sedih! Karena ayah ada di sini!” ujar Meghan meletakkan tangan Cassea di dadanya. Seseorang yang dia rindukan dan sayangi akan selalu ada di hati mereka.
“Kau memang putri Mama yang sangat pintar!” puji Cassea mengusap pucuk rambut Meghan.
“Tidurlah! Kau harus membuka kadomu besok!” pinta Cassea. Meghan mengangguk lalu menutup matanya kembali di pelukan Cassea yang sangat hangat. Sementara Cassea masih membuka matanya sambil menepuk pelan lengan Meghan agar cepat tertidur. Tapi, air mata Cassea tidak berhenti untuk mengalir.
Sama seperti Cassea dulu. Meghan juga tidak mendapatkan ucapan selamat dari ayahnya. Apakah ini karma?..
🖤🖤🖤
Tidak ada awal yang bahagia, semua berawal dari keterpurukan, supaya kita dapat belajar bagaimana rasanya menjadi orang yang kuat dan sabar.
🖤🖤🖤
Six years later.
7 Tahun yang seiring berjalannya waktu, berubah menjadi enam tahun kemudian. Bertambahnya tahun, umur juga semakin bertambah. Kini umur Cassea sudah masuk ke kepala tiga, sedangkan Meghan kini berumur 13 Tahun, seorang gadis yang dulunya masih kecil kini sudah menjadi sedikit dewasa.
Meski umur bertambah, Cassea masih saja terlihat cantik dengan wajah natural yang selalu ia tampak 'kan. Bahkan masa lalu akan dirinya yang suka ke club tidak ia beritahu pada putrinya.
Dengan perlahan Cassea menyisir rambut panjang milik Meghan. Putri Cassea dan Zach yang sudah terlihat sangat cantik dengan rambut terkuncir satu. Mata Meghan sangat indah, apalagi dengan rambutnya yang hampir sama dengan Cassea.
KAMU SEDANG MEMBACA
Merci [END]
General FictionKisah ini tidak lengkap. Bahkan setelah kematian, kita takkan mengatakan {selamat tinggal}. ________________________ ________________________________________ ________________________ Ini adalah kisah cinta terlarang...