Zach dan Cassea saling menatap, tatapan yang memperlihatkan kegelisahan yang akan datang suatu hari nanti.
"Kita pikiran nanti. Dan sekarang, apa kau tidak mau mengajak sahabat mu ini?" ucap Cassea tersenyum ke arah Zach yang masih diam.
"Pergi kemana?" tanya Zach bingung.
"Terserah!" Bagi Cassea pergi kemanapun tidak masalah, asalkan kepergiannya bersama Zach. Zach mencoba berpikir tempat yang menurutnya bagus untu berwisata.
***
Perusahaan Sinopec Group - Paris.
Khey berjalan melewati pegawai yang tengah sibuk dengan urusan masing-masing. Karena pangkat Khey adalah Manajer di perusahaan ayahnya, banyak pegawai yang tidak lupa untuk memberi hormat padanya.
Langkah kaki Khey akhirnya sampai di luar perusahaan. Tidak jauh dari situ, sebuah mobil Convertible merah terpakir di sana, juga seorang pria yang berdiri melihat ke arah Khey.
Khey tersenyum menghampiri nya, lalu memeluk pria tersebut dengan sangat erat.
"Kau, kenapa datang kesini? Jika ayahku melihatmu, semuanya akan kacau." Kata Khey kepada kekasihnya yang bernama Marton Bisping.
"Tidak akan! Aku ingin menjemput mu sayang!" balas Marton mengedipkan satu mata kearah Khey sembari memegang dagu runcing milik Khey.
Khey tersipu malu. Tidak lama, karena takut ketahuan Lowray, akhirnya mereka berdua pergi meninggalkan perusahaan Sinopec, dan pergi bersenang-senang.
Di sisi lain, Cassea dan Zach baru saja berangkat menuju Champs-Élysées.
Champs-Élysées adalah salah satu tempat wisata kalangan anak muda, dengan jalanan yang panjang, serta banyak sekali toko-toko dengan barang mewah, juga Cafe untuk bersantai. Dan bagi Cassea, itu suatu kebetulan Zach mengajaknya kesana, karena pergi ke Champs-Élysées itu pertama kali bagi Cassea.
Saat sampai di sana, Cassea dan Zach memilih berjalan kaki, menelusuri bangunan yang ada di sana. Seperti biasa, banyak sekali wisata yang berfoto disana.
"Indah sekali! Ramai dan sejuk!" ujar Cassea menikmati suasana disana. Sementara Zach hanya tersenyum.
"Kapan kau pindah ke Paris?" tanya Cassea.
"Tidak lama, setelah kau pergi meninggalkan Chicago." Jawab Zach.
Saat asik berbincang, Cassea berhenti tiba-tiba, lalu mengeluarkan ponselnya dan mengajak Zach untuk foto bersama dengannya di sebuah dinding berwarna abu-abu dengan corak yang indah.
Awalnya Zach menolak, wajar jika pria itu menolak, karena Zach pria pemalu dan pendiam layaknya singa.
"Ayolah Zach... Kau tidak mau menuruti keinginan pertama sahabat mu ini?" ucap Cassea menunjukan wajah imutnya kepada Zach.
Dag, dig, dug. Suara detak jantung yang begitu cepat saat melihat wajah Cassea yang sungguh imut. Tidak hanya Zach saja yang terpesona, sekelompok pria yang saat itu lewat juga melihat ke arah Cassea tanpa henti atupun berkedip sekalipun.
"Ayo!" jawab Zach yang menerima permintaan Cassea. Mungkin karena sekelompok pria yang terus melihat ke arah Cassea, membuatnya merasa tidak nyaman.
Cassea begitu senang mendengar jawaban Zach, dengan sopan, Cassea meminta tolong kepada salah satu wanita yang juga asik foto disana.
"Pardon! Pouvez-vous prendre notre photo? S'il te plaît (permisi! Apa kau bisa memotret kami? Tolong)," ucap Cassea kepada wanita itu dengan bahasa Perancis nya.
"Bien sûr (tentu saja)!" wanita itu menerima ponsel Cassea dengan senang hati.
Saat mulai memotret, Tanpa rasa ragu, Cassea langsung memeluk erat lengan kekar milik Zach dan bersandar di lengan tersebut dengan senyuman lebar. Merasa terkejut dengan pelukan separuh itu, Zach melihat ke arah Cassea, lalu senyuman terukir di wajah tampan nya hingga membuat foto mereka menjadi bagus dan serasi layaknya sepasang kekasih yang romantis.
Wanita itu memberikan ponsel Cassea untuk memperlihatkan hasil fotonya.
"Terima kasih!" ucap Cassea tersenyum.
"Sama-sama! Kalian pasangan yang cocok, teruslah bersama!" balas wanita tadi, lalu berjalan pergi.
Cassea tersenyum melihat ke arah Zach. Melihat foto mereka bagus, membuat wanita cantik itu merasa puas. Kesenangan mereka tidak berhenti sampai di situ. Setelah puas berkeliling, Cassea merasa haus, sehingga membuat Zach mengajaknya duduk di Cafe pinggir jalan.
Dengan santai dan nikmat, kedua orang tadi meminum kopi dengan rasa lezat dan nikmat.
"Aku lupa memberitahu mu," Kata Cassea lagi-lagi cerewet.
"Apa?" tanya Zach yang tidak tahu.
"Waktu kau mabuk. Kau mengatakan seperti ini "Aku merindukan mu" begitu!" ucap Cassea sembari memperagakan ekspresi Zach saat itu.
Zach yang lagi menikmati minumannya, kini menjadi tersedak setelah mendengar ucapan Cassea soal dirinya.
"Apa... Kau merindukan Nita?" lanjut Cassea menggoda Zach sambil melihat dan mendekat ke wajah Zach dengan senyuman lebar.
Zach terdiam menatap balik dengan mata bulatnya. Karena ucapan Cassea 100 % benar, Zach sama rindunya dengan Cassea yang menunggu Elan.
"Tidak juga." Balas Zach yang mengelak nya.
Cassea kembali cemberut mendengar ucapan itu dari Zach, dia tidak menyangka bahwa sahabatnya begitu kaku dan dingin terhadap wanita.
"Ba-ik."
.
.
.
Setelah puas dengan kebersamaan mereka, sampai-sampai matahari sudah mulai terbenam. Zach mengantar Cassea ditempat biasanya, meski mereka bersahabat, Cassea masih tidak ingin ayahnya sampai tahu jika Elan kembali lagi dalam hidupnya. Saat hendak berjalan pergi, Cassea berbalik kembali, melihat Zach yang masih berdiri di samping mobilnya.
"Aku ingin mengatakan sesuatu." Ucap Cassea serius.
"Apa?" Tanya Zach.
"Je vous aime (aku mencintai mu)!" kata Cassea yang sama seperti waktu kecil dulu.
"Tapi, kau masih ingat dengan jawaban ku dulu, 'kan?" tanya Zach kepada Cassea. Cassea menghembuskan nafas panjang, lalu tersenyum ke arah Zach.
"Kalau begitu, akan aku ulangi lagi," balas Cassea.
"Dengar!"
Wanita itu menunjuk Zach dengan jari telunjuk yang mengarah tepat dihadapan pria yang saat ini berdiri tegak di depannya.
"Aku Cassea Laura Chadwick, berjanji akan selalu mencintai mu, dan berusaha membuatmu jatuh cinta padaku, meski apapun rintangan dan halangan yang akan mengganggu perjuangan ku. Aku akan tetap melawannya!" kata Cassea yang langsung mendekat dengan gerakan kilat dia mencium pipi Zach, lalu berjalan pergi tanpa dosa.
Zach yang mendapat ciuman pertama dengan gerakan kilat dari Cassea, dia hanya bisa diam memegang pipi dengan bekas Kiss tadi. Senyuman yang sangat-sangat kecil dan hampir tidak bisa dilihat, baru saja terukir cepat di bibir merah Zach.
Saat pergi, dari arah yang berlawanan. Mobil Zach berpapasan dengan mobil mewah milik Lowray Chadwick, atau ayah Cassea yang berwatak tegas dan keras.
Saat di rumah, Cassea harus mengurus senjata-senjata ilegal milik geng Mafia ayahnya yang kini menjadi miliknya. Dengan mengurus senjata-senjata tersebut, membuat Cassea sedikit tahu soal nama senjata, sampai dengan detailnya.
Dengan perasaan senangnya, Cassea bersemangat untuk melakukan kegiatan apapun dirumahnya. Sementara Zach harus sibuk dengan tugasnya sebagai agen rahasia negara Perancis, dimana tugasnya saat ini menangkap Boss Mafia terbesar milik keluarga Chadwick.
KAMU SEDANG MEMBACA
Merci [END]
General FictionKisah ini tidak lengkap. Bahkan setelah kematian, kita takkan mengatakan {selamat tinggal}. ________________________ ________________________________________ ________________________ Ini adalah kisah cinta terlarang...