21 ; Mimpi (Dreams)

39 36 6
                                    

Cklek. Suara pintu terbuka. Lowray yang baru saja masuk kedalam ruang kerja sembari membawa sebuah surat ditangannya, lalu duduk di kursi kerja miliknya. Lama memandang surat tersebut, Lowray mulai membuka dan membaca isi surat dari mantan istrinya yang sudah berkhianat.

NITA SELAMAT ULANG TAHUN SAYANG, IBU HARAP SEMUA YANG KAU INGINKAN TERWUJUD. MAAF KARENA IBU TIDAK BISA MENGUCAPKAN SECARA LANGSUNG PADAMU, TAPI IBU AKAN SELALU MENDOAKAN MU DAN JUGA AYAHMU DISANA. IBU SANGAT MENYAYANGIMU NITA, IBU SANGAT SAYANG PADAMU.

FROM
CALINE WHITE.

Dengan tatapan tajamnya. Lowray meremas surat tersebut, seolah rasa kecewa dan amarahnya mulai terkumpul setelah membaca isi surat dari wanita yang sangat dia cintai dulu. Tidak tahu, Caline mendapatkan alamat rumah keluarga Chadwick dari siapa? Tidak ada yang tahu.

Lowray membuang kertas putih itu kedalam sampah yang berada tepat di samping meja kerjanya. Lagi-lagi dia memegang kepalanya dan meremas rambutnya karena merasa pusing dan kesal sendiri. Ingatan akan masa lalu yang terus gentayangan di pikirannya selama ini.

                                 ***
Paris  Hospital.

Emma tengah menyuapi Khey yang masih terduduk di atas ranjang dengan balutan perban di keningnya.

“Sudah Ibu, aku sudah kenyang!” ucap Khey yang penuh dengan makanan di mulutnya. Wanita itu  sungguh beruntung bisa merasakan kasih sayang dari seorang ibu.

Mendengar ucapan putrinya, Emma berhenti dan meletakkan sisa makanan di atas meja.

“Bagaimana kepalamu, apa masih terasa sakit?” tanya Emma khawatir.

“Sudah tidak Ibu.” Jawab Khey tersenyum sembari memegang lukanya yang terhalang oleh lapisan perban.

“Kenapa kau nekat melakukan itu? Jika saja Cassea tidak mendorongmu, apa yang akan terjadi selanjutnya nanti?” amuk Emma dengan nada sedikit tinggi.

“Ibu tenang saja, dengan aku melakukan itu hubungan Cassea dan ayah semakin jauh bukan! Lagi pula kini aku baik-baik saja!” Balas Khey merasa santai dengan keadaan semua.

Emma hanya diam memandang putrinya dengan wajah yang sedikit ditekuk. Sementara Khey memegang kedua pipi Ibunya dan menyuruhnya untuk tersenyum.

“Senyum lah Ibu! Semua akan berjalan dengan seiringnya waktu dan keberuntungan kita!!” Pinta Khey. Seketika senyuman terukir di wajah Emma, hingga suara tawa mulai terdengar bersamaan. Apa yang dua orang itu rencanakan, hanya Tuhan yang tahu.
.

.

.

Di dalam kamar Cassea. Zach yang masih setia menemani Cassea disana, hingga menunggu Cassea yang baru saja selesai makan malam, membuat Cassea merasa tidak enak dengan Zach.

“Ini sudah malam. Kau tidak pulang dan makan malam di rumah?” tanya Cassea tidak enak sendiri.

“Aku akan pulang. Tapi nanti, setelah kau sudah tertidur lelap!” jawab Zach.

Mendengar itu, Cassea merasa malu, padahal itu hanyalah sebuah ucapan biasa. Tapi entah, bagi Cassea itu sebuah perhatian yang lewat perkataan.

“Jangan bilang seperti itu, aku jadi merasa diperhatikan!!” cibir Cassea tersenyum tipis. Zach ikutan tersenyum mendengar perkataan Cassea. Kini mereka saling menatap dan masuk kedalam pikiran masing-masing. Sampai Alarm di ponsel milik Cassea berdering, membuat lamunan mereka terhenti.

Cassea sengaja menyalakan Alarm yang menandakan bahwa kini waktunya dia pergi ke club malam. Dengan segera Cassea mematikan Alarm tersebut dengan wajah cemberut.

Merci [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang