Cassea mulai membuka mata, dengan wajah kebingungan dan rasa pusing yang menyelimuti kepalanya. Dia tetap berusaha tenang, sampai Cassea melihat Zach setia menunggunya hingga tertidur di kursi sembari meletakkan kepalanya di atas ranjang dekat tangan nya.
Tidak hanya itu, Cassea merasa sangat senang ketika dia masih merasakan sentuhan tangan Zach. Dengan setia Zach menunggunya sambil memegang tangan Cassea. Cassea tersenyum mendekatkan bibir nya ke telinga Zach, lalu membangunkan nya dengan suara pelan.
Wanita itu memandang lekat, wajah Zach yang tenang dan tampan, juga kejituan nya dalam bela diri dan sifatnya yang manis. Sudah berhasil membuat Cassea jatuh cinta padanya.
“Zach, bangun!” panggil Cassea dari alam mimpi Zach, sehingga membuatnya terbangun.
Lagi-lagi Cassea menyapanya dengan senyuman lebar dan cantiknya yang masih sedikit pucat. Saat pria itu tersadar, dengan cepat ia melepaskan genggaman tangan yang awalnya begitu erat sekali.
“Terima kasih! Apa kau sudah mulai mencintaiku?” goda Cassea senyum-senyum sendiri.
“Belum.” Jawab Zach masih sama, seraya mengusap wajahnya setelah bangun tidur. Di dalam hatinya, dia senang sekaligus lega melihat Cassea sudah kembali ceria.
Saat asik senyum-senyum, Cassea teringat dengan waktu dan hari. Seketika senyuman hilang menjadi kepanikan.
“Zach! Aku pingsan berapa jam?” tanya Cassea panik. Dia ingat dengan pertemuan yang seharusnya dia lakukan dengan orang Turki.
“Kau pingsan selama empat belas jam.” Jawab Zach menatap arloji miliknya.
“Oh, shit.” Wanita dengan rambut yang berantakan, namun masih terlihat sangat cantik itu segera dia melepas infusnya dan turun dari ranjang.
“Ayo antar aku pulang sekarang. Aku rasa ayahku akan marah padaku.” Ajak Cassea terburu-buru sekali.
“Tapi kau masih butuh istirahat!” balas Zach yang masih khawatir.
“Lebih baik aku sakit Zach, dari pada aku dan ayahku kembali bertengkar.” Jawaban Cassea membuat Zach tidak bisa menolak permintaan wanita itu.
Pria itu menarik nafas panjangnya dan hanya bisa menuruti ucapan dari sahabatnya yang keras kepala.
Dengan segera mereka pergi dari rumah sakit, menuju kediaman Chadwick. Hari juga sudah kembali malam, entah apa yang akan terjadi pada Cassea saat di rumah nanti?
.
.
.
Kembali di kediaman Chadwick.
Cassea yang sudah ditunggu oleh kepala keluarga yang tengah santai dan tegas, duduk di kursi biasanya.
Tanpa banyak bicara, Cassea langsung berjongkok dihadapan sang ayah dengan wajah bersalah.
“Ayah aku minta maaf karena tidak pulang.” Ucap Cassea memohon maaf dengan suara merendah.
Seketika Lowray berdiri dan membuat Cassea ikut berdiri di hadapannya yang sudah terlihat amarahnya. Ketegasan ayahnya selalu membuat Cassea gentar.
“Karena kecerobohan mu, penghasilan Ayah akan berkurang Cassea. Kau dari mana saja?” gertak Lowray.
Khey yang lagi-lagi mendengar gaduh, dia hanya melihat dari kejauhan saja. Seolah dia menganggap bahwa itu adalah tontonan semata.
“Aku...” Cassea memilih tidak mengatakan soal dirinya di rumah sakit. Karena meski dia katakan pun, ayahnya tidak akan peduli.
“Sudah. Kau memang susah diatur.” Balas ayahnya berjalan pergi meninggalkan Cassea yang masih mematung.
KAMU SEDANG MEMBACA
Merci [END]
قصص عامةKisah ini tidak lengkap. Bahkan setelah kematian, kita takkan mengatakan {selamat tinggal}. ________________________ ________________________________________ ________________________ Ini adalah kisah cinta terlarang...