54 ; MERCI

19 15 0
                                    

Paginya, Cassea pergi bekerja di Toko Bonbons. Kini disana hanya ada dua orang termasuk dirinya. Doray yang melihat tidak ada keceriaan di wajah Cassea, menjadi bingung dan heran dengan karyawan-nya itu.

"Dimana keceriaan mu hilang?" tanya Doray dengan senyuman.

"Aku sudah membuangnya." Jawab Cassea tanpa senyuman. Seketika wanita bernama Doray itu merasa sedikit aneh melihat tingkah Cassea yang berubah menjadi wanita pendiam.

Ini kali pertama Doray, melihat Cassea tanpa senyuman seperti biasa, bahkan menyambut semua pelanggan saja tidak ada senyuman, seolah senyuman nya sekarang sangat mahal untuk dilihat.

Bekerja hingga malam hari, membuat keduanya merasa sangat lelah, meski hanya dua hari saja bekerja. Saat Cassea hendak pamit untuk pulang, Doray menghentikannya dan menyuruhnya untuk duduk berdua bersama dengannya di dalam toko.

"Apa yang terjadi? Ceritakan padaku, aku tahu senyuman mu hilang pasti ada sesuatu yang melukaimu, 'kan?" ucap Doray tersenyum tipis.

Meski Doray berusaha, namun Cassea masih memilih diam, dan menutupi perasaannya, memilih untuk memendamnya sendiri.

"Maaf, apa aku boleh pulang? Aku lelah." Pamit Cassea. Doray menyerah dan memilih tidak memaksa wanita itu untuk bercerita. Doray mengangguk, mengijinkannya pulang lebih dulu, sementara dia masih melihat dengan tatapan sendu. Sedih rasanya jika melihat teman yang ceria, tiba-tiba keceriaannya hilang begitu saja.

Di sebuah dermaga, di kota Paris. Cassea berdiri disana menatap lautan yang begitu luas dan angin yang sangat deras menerpa tubuhnya. Sambil menutup mata, wanita rambut panjang itu berusaha merasakan ketenangan disana.

Sampai seorang pria datang dan berdiri di sampingnya, memandang ke arah lautan yang sama, dengan kedua tangan yang ia letakkan di atas pagar pembatas. Merasa ada seseorang disampingnya, Cassea hanya membuka mata tanpa menoleh kearah orang tersebut.

Pria itu tidak lain adalah Zach. Mereka berdua sama-sama diam, tanpa ada pertanyaan satu pun dari mulut keduanya, juga tanpa ada tatap-menatap dari mata mereka, hanya ada suara laut dan juga angin yang begitu deras menemani keheningan tersebut.

"Aku menyerah." Kata Cassea yang memulai pembicaraan. Mendengar itu, Zach masih terdiam tidak menjawab ataupun menoleh.

"Ayahku benar, perjuangan dan cinta, itu hanya omong kosong. Aku akan berhenti mencintaimu Zach, seharusnya aku tidak memaksamu untuk mencintaiku, aku memang bodoh, aku egois." Jelas Cassea tersenyum yang mulai berkaca-kaca, menahan air matanya. Tapi wanita itu tidak berani menatap mata sahabatnya itu.

"Mungkin takdir menyuruh kita untuk berteman saja, tidak lebih." Lanjutnya yang masih menahan diri. Keheningan kembali menyelimuti mereka.

"Apa kau lupa dengan janjimu?" tanya Zach yang mulai berbicara. Cassea terkejut, saat Zach mengingatkan akan janjinya dulu. Pria itu menoleh ke arah Cassea dan menatap matanya dengan sangat dalam. Dua bola mata indah yang diselimuti oleh genangan air.

"Kau bilang, kau akan tetap mencintaiku, dan membuat diriku menerimamu meski halangan dan rintangan yang besar menghalangi mu." Ucap Zach. Mendengar itu, Cassea mulai meneteskan air matanya, saat mengingat akan janjinya sendiri kepada Zach, ia hanya bisa menunduk menahan isaknya.

"Lalu aku harus bagaimana? Apa aku harus terus berjuang tanpa kepastian darimu? Menahan rasa sakit dan kesedihan sendiri. Aku lelah harus tersenyum kesemua orang setiap harinya, demi menutupi kesedihanku. Itu sangat menyakitkan Zach... Sangat." Bentak Cassea yang mulai menangis sambil memyeringai. Ini kali pertama Zach melihat Cassea menangis dihadapan nya. Wanita itu mulai berani melihat wajah Zach.

Zach mendapat jawabannya dan itu membuat hatinya sangat sakit, mengetahui isi hati yang sebenarnya dari balik wanita yang ceria.

"Aku berusaha sendiri, untuk mendapatkan cinta ayahku, selama delapan tahun, sendiri. Tapi perjuangan itu tidak menghasilkan apa-apa, aku masih bertengkar dengan ayahku. Dan sekarang aku sudah berjuang selama tiga belas tahun untuk mendapatkan dan menunggu cintamu, tapi itu semua sama saja." Lanjutnya. Cassea mengusap air matanya dan kembali dengan ketegaran.

"Aku lelah Zach— aku sangat lelah." Ujar wanita yang masih menangis, seolah ia belum puas mengeluarkan kesedihannya itu. Zach bisa melihat wajah Cassea yang sangat sedih dan lelah, juga ekspresi putus asa yang terlihat jelas.

"Lebih baik kita bersahabat saja. Aku akan menuruti ucapan ayahku dan menerima takdirku." Ucap Cassea yang mulai pasrah dan putus asa. Wanita itu sesekali mengusap air matanya dengan pergelangan tangan nya. Cassea hendak berjalan pergi, tapi Zach menghentikan langkahnya dengan perkataan yang tiba-tiba muncul dari mulutnya.

"Bagaimana denganku? Apa aku harus merelakan orang yang aku cintai?" tanya Zach.

Cassea terkejut, dia berhenti dan menoleh ke arah Zach dengan tatapan tidak percaya sekaligus sedih. Zach berjalan lebih dekat ke arah Cassea, hingga mereka berdiri saling menatap.

"Iya. Aku berusaha membuka hatiku untuk menerimamu, aku tidak bisa merasakan cintamu karena ketakutan ku akan halangan yang ada. Tapi aku mulai sadar, aku memilih ikut bersamamu. Dan mencintaimu!" ucap Zach dengan jujur, apa yang ia rasakan saat ini. Suara jantung yang begitu berdebar keras, hingga Zach bisa mendengarnya sendiri.

Cassea menahan air matanya sekali lagi, meski terlambat, namun dia masih memiliki kepastian akan perjuangannya selama ini.

"Apa kau bisa membuktikan nya?" tanya Cassea serius. Zach menatap dengan sangat lekat, lalu meraih tangan Cassea dan menggenggamnya dengan sangat erat.

Zach berjalan dengan menggandeng tangan Cassea, dimalam hari kedua orang itu menelusuri jalan. Cassea melihat keseriusan di mata Zach, dia tidak tahu apa yang akan dibuktikan nya. Hingga berjalan lama menelusuri jalanan, membutuhkan waktu bermenit-menit dan akhirnya mereka sampai juga di rumah kediaman Chadwick.

Cassea yang bisa merasakan kehangatan lewat tangan Zach, dia menoleh ke arah Zach. Sampai di sebuah rumah yang mungkin menjadi ancaman bagi cinta mereka, Zach yang awalnya takut untuk menghampiri rumah Cassea, dengan berani kini dia melewati penjaga yang melarangnya melewati pagar tersebut.

Cassea terkejut dengan keberanian Zach yang membawanya sampai ke rumah, dimana ayahnya ada di rumah pada malam itu. Karena halangan dari penjaga, Zach memukulnya hanya dengan satu tangan, hingga membuat para penjaga itu pingsan di tempat.

Sementara Lowray Chadwick melihat dari arah pintu yang terbuka, dengan tatapan tajam melihat putrinya bersama seorang pria yang sangat dia benci. Cassea bertambah terkejut saat melihat ayahnya sudah ada di depan pintu, dia takut Zach mendapat sesuatu dari sang ayah.

Zach menatap tajam ke arah Lowray Chadwick, dan perlahan melepaskan tangan Cassea dari genggaman nya.

Cassea tersenyum ke arah Zach, begitu juga dengan pria itu. Seolah mereka sudah siap dengan halangan yang akan diberikan dari Lowray, pria berwatak keras layaknya batu.

Cassea berjalan masuk ke dalam rumah lebih dulu, melewati sang ayah dengan begitu saja. Sedangkan Zach yang berjalan lebih dekat, kini saling menatap, tatapan yang sama-sama tajamnya layaknya pisau.

"Aku mencintai putri Anda, dan aku akan ikut berjuang untuk melumpuhkan ketidak percayaan Anda akan cinta." Tantang Zach tanpa takut. Selama ini tidak ada yang berani menghadap langsung kepada Lowray pimpinan para Mafia terbesar.

"Kau yakin. Agen CAI!" balas Lowray yang membuat Zach terkejut, karena identitasnya sudah terbongkar.

"Bagaimana jika putriku tahu kalau pria yang dia cintai adalah seorang Agen?" tanya Lowray dengan senyum liciknya.

"Maka aku akan menghadapi nya! Sebaiknya Anda lebih melihat ke dalam mata putri Anda, betapa besarnya cintanya kepada ayahnya." Jawab Zach.

Lowray diam dengan darah yang mungkin mulai mendidih bak air mendidih. Kini keduanya saling menatap kembali, sementara Cassea melihat dari arah jendela atas.

"Aku yakin, cintaku dan Cassea akan tetap kuat, meski halangan besar yang anda buat." Ucap Zach. Lalu perlahan berjalan mundur, dan melihat ke arah Cassea dengan senyuman dan lambaian tangan. Cassea merasa, Zach pria pertama yang berani melawan ayahnya yang tegas itu.

Ketakutan yang dulu ada, kini sudah musnah di tubuh Zach. Kini kekuatan dan kepercayaan saja yang akan menemani cinta mereka. Zach berjalan pergi dari rumah mewah itu seraya memasukkan kedua tangannya kedalam saku jaketnya. sementara Lowray masih berdiri tegak melihat kepergian Zach, melihat Zach membuat dirinya teringat akan mantan istrinya dulu.

Merci [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang