77 ; Sebuah Rasa

17 14 0
                                    

Montmartre, 29 Maret 2024 - Paris.

Sunday.
Tepatnya di hari yang begitu cerah di Paris. Rumah warna coklat bercampur putih yang tenang dan indah akan kebahagiaan kecil yang datang terlambat, tepatnya berada di daerah Montmartre.

“Ma...! Mama!” panggil seorang wanita cantik dengan rambut terurai indah, dan pakaian casual yang hampir mirip seseorang. Tidak lama, seorang wanita yang dipanggil Mama, itu berjalan keluar dari sebuah kamar dan kini duduk di kursi yang terbuat dari kayu rotan.

“Ada apa, Meghan?” tanya Cassea. Seketika Meghan menghampiri Cassea dengan senyum lebar sekalipun membawa sebuah benda berbentuk persegi panjang yang ditutupi oleh kertas putih.

Meghan yang masih umur 13 Tahun, tapi gadis itu mempunyai sifat yang lebih dewasa dari anak-anak seumurannya. Meghan cenderung menghabiskan waktu bersama mamanya daripada bermain tidak penting bersama teman-temannya.

“Apa itu?” tanya Cassea masih heran saat melihat benda yang dibawa putrinya.

Gadis cantik itu memberikan benda tersebut kepada Cassea, dan duduk di atas pegangan kursi yang ada di samping kursi Cassea yang saat ini ia duduki.

“Selamat ulang tahun yang ke 36 Tahun, Mama!” ucap Meghan mencium pipi Cassea dengan kasih sayangnya. Cassea sangat senang mendapat kejutan kecil yang diberikan oleh putrinya.

“Merci! Tapi kau dapat dari mana?” Cassea membalas ciuman yang diberikan Meghan kepadanya. Tapi dia masih heran akan uang yang didapatkan Meghan.

“Aku tabung uang jajanku untuk memberikan ini kepada Mama!” jawab Meghan tersenyum.

“Seharusnya tidak perlu!” tolak Cassea dengan balasan senyuman juga. Sudah cukup lama Cassea melupakan hari ulang tahunnya sendiri, tapi kini putrinya sendiri yang mengingatkan akan hari kelahirannya.

“Mama buka saja, cepat!” pinta Meghan tersenyum tipis ke arah Cassea. “Oke! Oke!” Cassea yang penasaran mencoba merobek kertas tersebut, hingga memperlihatkan sebuah lukisan yang tercantum disana.

Saat semuanya mulai terlihat jelas. Cassea terkejut hingga air matanya menetes tidak terasa. Sedangkan Meghan tersenyum saat melihat mamanya suka akan lukisan tersebut. Sebuah lukisan sketsa wajah seseorang.

“Zach!” gumam Cassea mengusap lembut lukisan yang menunjukkan wajah Zach begitu jelas dan benar. Kini Cassea memiliki foto wajah Zach yang dia sama sekali tidak dapat melihatnya selama ini. Sekarang Cassea dan Meghan bisa melihat lukisan wajah Zach dengan sangat jelas.

“Bagaimana kau melakukannya?” tanya Cassea yang masih mengeluarkan air mata bahagianya.

“Aku hanya menyebutkan ciri-ciri ayahku kepada seorang pelukis! Dan itu hasilnya!” jawab Meghan tersenyum.

“Apa itu benar ayahku?” tanya Meghan memastikan sekali lagi. Cassea mengangguk dengan senyuman, mengecup kening dan wajah putri semata wayangnya itu.

Setelah puas melakukan semuanya, Cassea berdiri dari duduknya, lalu memajang lukisan Zach di dinding rumahnya yang tepat dengan foto dirinya dan Meghan. Senyuman lebar masih terukir di bibir keduanya, Meghan memeluk Cassea dari arah samping, meletakkan kepalanya di lengan mamanya dengan senyuman puas yang sudah dia lakukan untuk mamanya.

“Aku senang melihat Mama tersenyum!” ucap Meghan yang membuat Cassea harus terus tersenyum.

Seolah takdir sengaja membuat keluarga Cassea menjadi berbau politik. Ayahnya dulu seorang Mafia, sedangkan suaminya seorang Agen, dan kini putrinya ingin menjadi seorang Pengacara.

“Bukankah aku nanti seperti tiang diantara kakek dan ayahku!” ucap Meghan tertawa pelan. Cassea setuju akan ucapan putrinya itu.

***

Sudah lama sekali, Cassea menunggu kedatangan Zach. Tapi sampai sekarang, Zach sama sekali tidak datang berkunjung. Entah apa yang terjadi pada pria itu dan apa alasannya?.

Meski begitu, cinta Cassea masih saja menyala di hatinya. Cintanya yang begitu besar terhadap Zach tidak pernah dia berpikir negatif pada suaminya. Saat malam hari, Cassea berada di dalam rumah di ruang tamu, Ia berdiri memandang lukisan yang masih memperlihatkan wajah orang yang selama ini dia cintai dan tunggu-tunggu.

“Kau sama sekali tidak melihat putrimu Zach. Kepercayaan yang kau berikan padaku, aku berikan kepada putrimu! Kami akan selalu percaya dengan kedatanganmu yang akan melengkapi keluarga ini!” ucap Cassea.

TESs. Tetesan air mata Cassea lagi dan lagi terjatuh di lantai dengan sendirinya. Sudah 14 Tahun penantiannya sungguh kuat akan keyakinan nya pada cintanya sendiri. Bahkan Cassea selalu menolak lamaran dari beberapa pria yang tulus mencintainya. Wanita itu tidak peduli sama sekali, meski para pria yang melamarnya adalah seorang konglomerat. Hatinya masih tetap untuk Zach.

Dengan seiring berjalannya waktu yang terus akan berputar dan berjalan tanpa henti. Semua akan bergerak begitu pula kehidupan dan nasib seseorang juga akan berjalan dengan sendirinya.

Di malam yang masih sunyi, tiba-tiba Meghan masuk kedalam kamar Cassea, dan mendapati Cassea yang sedang melamun sambil menatap kearah luar jendela. Melihat mamanya yang tengah melamun sendirian, membuat Meghan tak tega melihatnya.

“Mau aku temani?” tanya Meghan meminta izin. Cassea mendengar suara putrinya, dia langsung tersadar dan menyuruh Meghan duduk di sebelahnya. Kini Meghan dan Cassea saling duduk berhadapan tanpa adanya penghalang di tengah-tengah mereka, tepat di sampingnya adalah sebuah jendela besar.

“Bukankah tidak baik jika melamun?” ucap Meghan.

“Hmm. Entah kenapa Mama merindukan kakek dan nenekmu! Rasanya begitu cepat.” Jelas Cassea yang masih saja menatap kearah langit lewat jendela.

“Jika saja kakek, nenek dan ayah masih ada, mungkin mereka akan memanjakan ku sekalian memarahiku! Benarkan Ma?!” Balas Meghan mencairkan kesedihan tadi. Cassea ikut tersenyum mendengarnya, karena mungkin itu benar.

Kini Cassea bisa menjadi teman curhat Meghan, begitu juga Meghan yang bisa menjadi teman curhat mamanya. Kedua wanita itu saling melengkapi meski keluarga mereka tidak lengkap, setidaknya rasa percaya dan nyaman satu sama lain masih ada.

Cassea beranjak dari duduknya, menuju ke lemari yang terletak di dekat pintu kamarnya. Melihat mamanya hendak mengambil sesuatu, Meghan juga ikut menghampiri Cassea yang saat ini membuka lemari putih tersebut.

Saat lemari mulai terbuka, kedua mata Meghan ditunjukkan oleh sebuah gaun indah dan sederhana berwarna pink. Wanita mana yang tidak suka dengan keindahan gaun.

Meghan menyentuh kain gaun tersebut yang begitu lembut. Dengan senyuman Cassea bisa melihat betapa putrinya sangat suka akan gaun miliknya dulu.

“Bagaimana?” tanya Cassea.

“Ini gaun yang indah! Kapan Mama membelinya?” tanya Meghan yang sesekali tersenyum menoleh kearah Cassea.

“Ayahmu membelikannya untuk Mama, saat kami berada di Norwegia!” jawab Cassea meraih gaun tersebut.

“Dari ayah!” seru Meghan. Cassea memberikan gaun tersebut ke tangan Meghan.

Seketika gadis 13 Tahun itu meraihnya dan mencoba melihat ke cermin. Di sebuah cermin panjang, Meghan berdiri seraya meletakkan gaun pink tadi di depan tubuhnya. Meghan terlihat sangat cantik, namun tubuhnya masih terlalu pendek sehingga gaun pink tadi menyentuh lantai.

Melihatnya Cassea sangat senang. Begitu juga Meghan yang sangat ingin mengenakan gaun dari ayahnya itu, meski itu bukan miliknya.

“Saat kau besar nanti, Akan Mama berikan padamu!” ucap Cassea. Meghan tersenyum bahagia mengetahui bahwa gaun itu akan menjadi miliknya. Ya!! Meski harus menunggunya dewasa.

____________________________________

BONJOUR BONJOUR BONJOUR
🙌🙌🙌

AKU HANYA INGIN MEMBERI TAHU KEPADA KALIAN, BAHWA TENTANG TAHUN 2024NYA MOHON DI MENGERTI YAAA!! KARENA INI HANYALAH SEBUAH IMAJINASI SAYA SAJA YANG SAYA TULIS MENJADI NOVEL DI ATAS. ^^

THANKS AND SEE YOU ❤️

Merci [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang