60 ; MERCI

21 14 0
                                    

Hidup adalah perpaduan antara bahagia dan duka.

~ Beoness ~

                           🖤🖤🖤

Zach yang asik memegang tangan Cassea, tatapan mereka terhenti, saat ayah Cassea yang keluar dan berdiri di depan mereka tepat. Cassea mempererat genggamannya tersebut, begitu juga Zach. Sedangkan Lowray menatap dengan tajam seperti biasa, sangat benci melihat hal itu.

“Masuk.” Pinta Lowray. Cassea masih menatap ayahnya, lalu beralih menatap Zach. Zach mengangguk pelan dengan senyuman percaya akan semua yang akan terjadi.

Tanpa banyak waktu, Lowray menarik tangan Cassea dan mengajaknya untuk segera masuk. Perlahan kedua tangan yang tadinya menyatu, mulai terlepas. Zach diam tidak melawan, malah memberikan senyuman keyakinan ke arah Cassea.

Dengan kasar, Lowray melepas genggaman tangannya dan mulai menatap penuh amarah.

“Sudah Ayah bilang, tinggalkan dia, dan fokuslah pada Hanry.” Sentak ayahnya.

“Aku tidak mau. Aku mencintai Zach.” Balas Cassea tidak kalah tinggi.

“Cinta, cinta, cinta... Tidak ada yang namanya cinta.” Ucap Lowray kesal sendiri.

“Ada Ayah. Kenapa Ayah selalu melampiaskan amarah Ayah kepadaku? Aku tidak seperti Ayah dan Ibu. Cintaku memiliki kepercayaan.” Jelas Cassea berusaha mengatakan nya.

“Berhenti dengan omong kosong mu, dan turuti saja ucapan Ayah.” Sentak Lowray yang masih keras.

“Lalu apa? Ayah memanfaatkan ku demi mendapatkan kekayaan berlimpah dari perusahaan tuan Ericsson?” balas Cassea dengan nafas tersengal.

“Hentikan. Suatu saat kau akan tahu, cinta hanya mengkhianatimu dan membuatmu bodoh.” Sentak ayahnya yang lepas kendali.

Ayah Cassea hanya menatap melihat ke wajah putrinya, dan berusaha mengendalikan emosi yang sudah terkumpul di kepalanya.

“Jika itu benar. Maka aku katakan, Ayah sungguh tega.” Sentak Cassea lalu berjalan pergi.

Cassea tidak peduli dengan larangan dari ayahnya. Sedangkan Lowray hanya memikirkan kekuasaan saja, sampai dirinya tidak peduli dengan masa depan anaknya.

Di dalam kamar, Cassea yang berusaha menenangkan diri di ruangan yang sunyi, berharap agar tidak ada kebencian di dalam dirinya, meski itu sangat sulit, tapi dia berhasil mengontrolnya.

                                   ***

Apartemen Zach.

Pertengkaran semalam yang sudah Cassea lupakan, kini saatnya berganti wajah, menjadi senyuman bukan kesedihan lagi.

Ting-tong. Bel berbunyi. Zach segera membukanya dan menyuruh wanita cantik itu untuk masuk kedalam. Berada di dalam rumah Zach membuat Cassea tenang meski sedikit.

Wanita itu segera menuju dapur, menyiapkan semua bahan-bahan untuk membuat kue. Namun dia tidak tahu harus apa saja yang disiapkan, memasak saja tidak pernah di lakukan oleh Cassea di rumah, orang kaya. Alhasil, Zach yang menyiapkan semuanya. Sementara Cassea hanya melihat dengan sangat teliti.

“Kau ingin kue apa?” tanya Zach.

“Em.. terserah, tapi harus enak!” jawab Cassea tersenyum.

“Baiklah tuan putri! Duduklah disana dan tunggu kuenya jadi!” ucap Zach menyuruh Cassea untuk duduk di meja makan.

Harusnya Cassea yang membuat kue itu, tapi dia senang memakan buatan seseorang. Apalagi roti buatan Zach yang pernah dia coba. Zach masih sibuk sendiri di dapur, sementara Cassea hanya bisa mendengar suara benda-benda yang terbuat dari kaca dan aluminium.

Merci [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang