Aku berharap agar hujan sedikit lebih lama membasahi jalan, hingga rinduku sampai mengalir lewat genangan air hujan.
~ beoness ~
🖤🖤🖤-‘Jika Elan ada disini! Pasti dia juga akan memberikan perhatian yang sama seperti Zach!’ Batin Cassea.
Perasaan yang begitu hangat menyelimuti Cassea saat ini, sementara Zach masih sibuk meniup memberikan kehangatan di kedua tangan Cassea. Senyuman terukir di wajah Cassea, ketika matanya mulai menatap ke arah wajah Zach.
“Kau manis sekali!” kata-kata itu terucap secara langsung dari mulut Cassea tanpa sadar, hingga membuat Zach terhenti dan beralih ke arah Cassea.
“Apa?” tanya Zach seolah tidak mendengar apapun yang diucap Cassea tadi.
Cassea tersadar dan mulai menarik tangannya dari dekapan tangan kekar Zach. Entah kenapa Cassea malu sendiri melihat wajah Zach, dia menggaruk-garuk lehernya untuk menyembunyikan kebohongan tadi.
“Em.. maksudku, es krim tadi. Ya, es krimnya sangat manis sampai sekarang! Hehe!” jawab Cassea tersenyum.
Zach menahan senyumannya karena sejujurnya dia telah mendengar ucapan Cassea tadi. Cassea melihat ke arah jendela, hujan begitu deras sekali. Mau tidak mau Cassea harus segera pulang, kalau tidak pertengkaran dengan sang ayah akan mulai lagi.
Zach mulai melajukan mobilnya meski hujan masih turun lebat, di dalam mobil Zach dan Cassea mendengarkan musik klasik, hingga bernyanyi bersama.
Zach yang dikenal sebagai pria pendiam, kini menjadi pria yang sangat ceria, saat bersama Cassea tingkahnya hampir sama dengan wanita itu. Layaknya sengatan listrik yang mengalir.
.
.
.
Sampai di rumah, hujan sudah sedikit mulai mereda, Cassea turun dari mobil. Seperti biasa juga Zach mengantarnya sedikit jauh dari rumah Cassea.
“Thank you!” ucap Cassea.
“You're welcome!” balas Zach tersenyum.
“And... I like that song!” ucap Cassea menunjuk ke arah musik yang tadi mereka nikmati bersama, juga sesekali menyanyi bersama.
♪ I'm Still Standing – Elton John
Zach tersenyum lebar, dan mengeraskan sedikit suaranya. Karena lama berbincang, kini Cassea berpisah dengan Zach dan mulai berjalan masuk ke dalam rumah mewahnya. Dimana ada ketiga orang yang tengah ada di dalam rumah.
Di dalam rumah. Benar saja, Cassea melihat ada ibu tirinya, Khey dan juga ayahnya yang sibuk membaca koran di kursi singgahnya.
“Cassea! Sayang, kau sudah pulang. Bagaimana lukamu? Apa masih sakit?” tanya Emma. Ibu tirinya.
Cassea menyingkirkan tangan Emma yang awalnya memegang kedua pundaknya dengan wajah khawatir.
“Memang apa masalahmu? Lagipula aku sembuh itu tidak penting. Karena lukaku tidak akan bisa hilang.” Jawab Cassea.
“Sudah Ayah bilang, bicara dengan sopan kepada ibumu.” Sentak ayahnya yang langsung menyambar seperti petir. Cassea menoleh ke arah ayahnya, mungkin sebentar lagi pertengkaran akan kembali dimulai.
“Kenapa harus begitu? Bukankah benar 'kan, ayah bahkan tidak menjengukku meski ayah tahu kalau aku juga sama terlukanya di sana. Ayah tidak menolongku tepat di hari ulang tahun ku.” Emosi Cassea mulai meninggi.
“Memang benar, jika seorang anak ditemani oleh ibunya yang lain, maka dia akan mendapat kasih sayang dari ayahnya. Tapi aku sendiri, aku tidak tahu ibuku ada dimana?” lanjut Cassea menahan air matanya lalu lari keluar pintu, padahal ia baru saja sampai.
KAMU SEDANG MEMBACA
Merci [END]
Fiksi UmumKisah ini tidak lengkap. Bahkan setelah kematian, kita takkan mengatakan {selamat tinggal}. ________________________ ________________________________________ ________________________ Ini adalah kisah cinta terlarang...