Terkadang kita memerlukan keberanian besar untuk melegakan hati, entah itu kepada seseorang atau diri sendiri.
~ Beoness ~
🖤🖤🖤
Cassea yang masih termenung di dalam kamar, memilih bersiap pergi ke suatu tempat. Selesai bersiap Cassea turun melalui anak tangga, saat dia hendak keluar melewati ruang kerja ayahnya, Cassea berhenti karena mendengar suara gaduh di dalam sana. Entah itu suara benda atau apapun yang sangat terdengar jelas dari luar pintu.
"Apa yang terjadi?" gumam Cassea.
Cassea yang sebenarnya rasa penasarannya sangat tinggi memilih pergi dari situ saja, dari pada sang ayah mengamuk melihatnya tengah menguping. Di dalam ruang kerja Lowray masih belum siap untuk bisa membaca surat dari wanita yang namanya tercantum di luar surat tersebut, namun Lowray memilih menyimpannya.
Di gelapnya malam, hanya ada suara sunyi dan jangkrik dari arah semak-semak. Cassea duduk di dekat jendela bus sambil menyandarkan kepalanya di jendela, wanita itu tidak takut keluar di tengah malam yang sedikit orang keluar. Hingga dirinya sampai di sebuah rumah sederhana berwarna coklat dan merah, perlahan Cassea berjalan kearah rumah tersebut. Saat sudah berdiri di depan pintu, tangannya mulai mengetuk dengan perlahan. Tok, tok, tok.
Mendengar suara ketukan dari seseorang, sang pemilik rumah segera keluar dan membuka pintu.
"Cassea!" ucap pemilik rumah saat melihat wanita yang di kenalnya.
"Hay, April! Maaf aku menganggu tidur mu." Balas Cassea tidak enak kepada April.
"Tidak apa, masuklah!" ajak April masih ramah seraya mengusap matanya.
Mereka duduk di sofa ruang tamu, melihat wajah temannya yang seperti kebingungan, April sebagai teman baik Cassea, dia memegang tangan Cassea. Sementara Cassea hanya tersenyum tipis sedari tadi.
"Ada apa kau datang kemari di malam hari?" tanya April.
"Apa aku boleh menginap di rumah mu?" tanya balik Cassea.
April mengangguk dan sangat senang karena malam ini dia akan tidur bersama untuk pertama kalinya dengan Cassea. Cassea tidak tahu kenapa tubuhnya sangat nyaman jika berada di rumah orang lain dari pada rumah sendiri.
Four Season Hotel V - Paris.
Zach masih berada di kamar hotel dengan ketiga temannya itu, dengan ekspresi wajah yang sangat serius akan sesuatu yang tidak di mengerti.
Zach berdiri dari duduknya, dan mulai berjalan ke arah pintu keluar, sampai suara temannya, Darrel menghentikan langkah Zach.
"Kau mau kemana?" tanya Darrel.
"Besok aku ada urusan, jika kalian sudah mendapatkan ide, segera beritahu aku." Jawab Zach. Lalu kembali berjalan keluar ke arah pintu.
Ketiga temannya hanya bisa menurut saja, karena mereka hanya anak buah sedangkan Zach adalah kaptennya. Aami memilih berbaring di tempat tidur,sedangkan Curtis yang tadinya duduk di sofa, kini menjadi berbaring di sofa.
"Kalian tidur? Bagaimana dengan rencananya?" tanya Darrel kebingungan sendiri.
"Kita juga butuh istirahat! Besok saja kita pikirkan kembali. Kau juga harus tidur Darrel!" Jawab Aami mulai memejamkan matanya.
Di dalam mobil, Zach fokus dengan jalan yang ada di depan matanya. Zach masih penasaran dengan ayah Cassea yang saat itu Zach lihat. Tidak tahu kenapa, Zach seperti orang bingung dan marah saat melihat ayah Cassea, seperti seekor singa yang sudah melihat mangsanya saja.
"Aku harus mencarinya." Gumam Zach.
Di pagi hari, sang surya muncul menggantikan rembulan, hingga burung-burung berkicau membuat Cassea terbangun dari tidurnya. Saat membuka mata Cassea ingat dengan rumah, awalnya Cassea merasa takut jika ayahnya akan marah lagi, tapi dia kembali mengingat ucapan Zach saat di pesta kemarin.
"Cassea bangun, ayo! Ibuku sudah menyiapkan makanan banyak!" ajak April. Cassea tersenyum dan memilih mandi lebih dulu, setelah itu menuju ke meja makan.
Beberapa menit terlewatkan, Cassea baru saja tiba langsung disambut sapaan hangat dari keluarga April.
"Selamat pagi Cassea! Duduk dan makan sarapan mu!" ucap ibunya April tersenyum.
Cassea duduk di sebelah April, di rumah itu tidak hanya April saja, tapi dia juga memiliki dua adik, laki-laki dan perempuan, juga ada ayahnya dan neneknya.
Di meja makan mereka semua sangat aktif, mulai mengajak Cassea bercanda hingga Cassea juga terbawa suasana dengan canda tawa keluarga April Bell. Cassea melihat senyuman yang begitu hangat dan penuh kasih sayang, dia tidak mendapatkan itu semua di rumahnya, bahkan saat bersantai pun, keluarganya masih sibuk dengan urusan masing-masing.
Selesai makan, Cassea pamit pulang keseluruh keluarga April.
"Terima kasih Tante.." Ucap Cassea belum habis bicara.
"Bukan Tante, bisakah kau memanggil ku Ibu, anggap saja aku Ibumu dan kami keluarga mu!" pinta ibunya April.
Cassea tersenyum, dan mulai merasakan kehangatan hingga mulai memanggilnya ibu, lalu mereka berpisah saat Cassea sudah mulai pergi menaiki bus. Karena kuliahnya hari ini masuk sore, jadi Cassea akan belajar bersama Zach lebih dulu.
Sementara di kediaman Chadwick Lowray dan Khey yang sudah bersiap ke kantor, baru saja keluar dari rumah dan terkejut saat melihat Cassea baru saja pulang. Langkah Cassea terhenti saat melihat ayahnya yang tidak sengaja berdiri di hadapannya saat ini.
"Mulai lagi." Bisik Khey kepada ibunya.
"Dari mana lagi kamu?" tanya ayahnya dengan nada pelan namun ngeri di dengar.
Cassea menunduk tidak berani melihat ayahnya saat ini, memang dia selalu melawan perintah ayahnya, tapi sejujurnya nyali Cassea tidak begitu besar saat menghadapi amarah ayahnya.
"Semalam aku tidur di rumah April." Jawab pelan Cassea yang masih menunduk.
"Cassea, cobalah bersikap dewasa seperti adikmu. Apa kau pernah melihat Khey melawan perintah ayah? Kau putri sulungku, seharusnya kau bersikap lebih mengerti daripada Khey." Tegas ayahnya.
Tangan Cassea mulai mengepal ditemani dengan keluarnya air mata yang sudah tidak bisa dia tahan. Mungkin kali ini Cassea akan memperlihatkan air matanya sekali lagi dihadapan keluarga egoisnya itu.
"Kenapa? Kenapa Ayah selalu menyamakan ku dengan Khey? Aku tidak bisa bersikap dewasa itu semua karena Ayah, bahkan Ayah saja tidak tahu perbuatan Khey di belakang Ayah, itu karena Ayah selalu melihatnya penuh dengan kebaikan, sedangkan yang Ayah lihat dari diri ku hanya keburukan saja. Ayahku yang aku kenal dulu sangat menyayangi ku, tapi sekarang semenjak Ayah berpisah dengan Ibu, Ayah berubah. Semuanya.." Jawab Cassea dengan nada tinggi dan mulai terisak.
"Bagaimana aku bisa bersikap dewasa, jika Ayah saja masih menganggap ku anak kecil dengan merahasiakan cerita sebenarnya soal Ibu. Jika Ayah masih memiliki kasih sayang yang sama seperti dulu, mungkin aku tidak akan menjadi seperti ini. Bahkan hari ini ayah tidak pernah melihat air mata putri mu ini kan. Aku memaklumi itu Ayah, aku sangat memakluminya." Lanjut Cassea disela tangisnya berjalan pergi setelah puas mengatakan itu semua kepada ayahnya.
Emma dan Khey hanya diam saat melihat kemarahan Cassea, begitu juga ayhnya yang masih diam tanpa ekspresi seperti tidak merasakan kesedihan apapun.
Di dalam kamar Cassea memegang dadanya, dia merasa sedikit tenang saat mengatakan semua isi hatinya. Jantungnya begitu berdetak dengan cepat hingga bisa ia dengar sendiri. Isak tangis beradu jadi satu dengan detak jantungnya.
"Maafkan aku ayah, aku ingin menyadarkan ayah kembali. Aku tidak ingin melukaimu." Gumam Cassea.
______________________________________
BONJOUR, BONJOUR, BONJOUR.
🙌🙌🙌Terima kasih sudah mampir bantu berikan vote dan komentar kalian ya sahabat. Berikan saran kalian, juga pendapat kalian terkait cerita ini, BAGAIMANA SIHH🤔?
See you🤗
KAMU SEDANG MEMBACA
Merci [END]
General FictionKisah ini tidak lengkap. Bahkan setelah kematian, kita takkan mengatakan {selamat tinggal}. ________________________ ________________________________________ ________________________ Ini adalah kisah cinta terlarang...