Four Season Hotel V - Paris.
Zach berjalan menuju kamar hotel yang sudah ada ketiga temannya di sana. Zach masuk ke dalam kamar tersebut setelah dirinya sampai di depan pintu. Mendengar adanya pintu terbuka, Aami, Darrel, dan Curtis melihat ke arah Zach yang baru saja masuk, menghampiri ketiga temannya yang tengah duduk di ruang tengah.
"Ada informasi apa?" tanya Zach sembari duduk di salah satu kursi yang masih kosong.
"Aku menemukan perusahaan Mafia itu, juga identitas. Seperti nama asli ataupun semacamnya." Jelas Curtis.
Zach hanya terdiam, seolah dirinya juga sudah tahu lebih dulu. Ke empat orang itu masih berdiam memikirkan rencana selanjutnya. Saat semua diam dan serius tentang rencana selanjutnya, Curtis mulai sadar dan melirik ke arah Zach dengan tatapan konyol yang seolah ingin menggodanya.
"Z! Sepertinya kau lebih suka saat di luar pekerjaan!" ucap Curtis yang membuat ketiga temannya menoleh heran. Apalagi Zach yang merasa akan di pojokan lagi oleh temannya.
Zach menatap tajam ke arah Curtis, sementara Aami dan Darrel masih keheranan melihat ke arah Curtis.
"Apa maksudmu ridicule (konyol)?" tanya Aami kepada Curtis yang dijuluki konyol oleh Aami sendiri.
Zach masih diam menatap tajam ke arah Curtis, sedangkan Curtis hanya tersenyum membalas tatapan tajam dari Zach.
"Tidak ada, lanjutkan saja rencana kita." Balas Zach, sebelum teman konyolnya itu bicara yang aneh-aneh.
Melihat bahwa Zach yang menjawab, membuat Aami dan Darrel semakin curiga, sedangkan Curtis masih diam dengan senyum seringainya.
***
Hari terus berganti tanpa henti, begitu juga waktu yang dengan cepatnya berputar. Kini sudah seminggu lebih, tapi Cassea masih tetap memilih menginap di rumah sakit. Seperti biasa juga, Zach menemani Cassea untuk belajar berjalan di taman luar rumah sakit.
"Bagaimana aku bisa pergi ke taman? Kaki ku saja masih belum bisa berjalan dengan baik." Ucap Cassea kepada Zach.
Tiba-tiba Zach berjongkok membelakangi Cassea yang tengah duduk di atas ranjang. Zach menepuk sendiri pundaknya, seolah menyuruh Cassea untuk naik di punggungnya.
"Naiklah." Ucap Zach.
Cassea terkejut sekalipun merasa tidak enak dan malu, ditambah lagi ada dua Perawat yang sedang melakukan tugasnya di ruangan Cassea. Kedua Perawat itu sampai tertawa geli melihat Zach yang masih berjongkok menunggu Cassea.
"A- ku rasa itu tidak perlu. Haha!" tolak Cassea merasa malu karena melihat dua Perawat yang ada di sana masih tertawa melihat nya dan Zach.
Zach menoleh, lalu memaksa Cassea untuk naik ke punggungnya, "Cepat naik!" Zach seperti tidak peduli dengan tatapan orang lain terhadap sikapnya. Karena Zach terus menerus memaksa Cassea, Cassea perlahan mulai merangkul Zach dari belakang.
Kini Cassea sudah berada di belakang punggung Zach, Zach mulai berjalan keluar dengan jantung yang berdetak dengan cepat sehingga Cassea bisa merasakannya. Saat mereka sudah keluar, kedua Perawat tadi tertawa lepas juga merasa iri melihat mereka.
-'Tubuhnya begitu berotot dan kekar. Begitu hangat dan nyaman! Aku bisa merasakan kegugupan nya lewat detak jantungnya saat ini. Tunggu, apa yang aku katakan, huh.. jangan gila Cassea, ingat Elan.' Batin Cassea yang sudah tidak karuan.
Di sepanjang koridor, sebagian orang melihat keromantisan dua sejoli itu, mereka pikir Zach dan Cassea adalah sepasang kekasih. Melihat akan tatapan orang-orang, membuat Cassea sedikit menunduk malu. Hingga mereka sampai di taman dekat kursi panjang berwarna putih.
Zach menurunkan perlahan tubuh Cassea di atas kursi tersebut, lalu dia ikut duduk di sebelah Cassea dan menatap wajah yang menunjukan rasa malu terdalam.
"Ayo, aku akan membantumu berjalan." Ucap Zach yang mulai berdiri.
Zach memegang lembut tangan Cassea, dengan penuh hati-hati Cassea mulai berdiri sendiri, lalu perlahan Cassea berjalan dengan dipegangi oleh Zach.
Sempat hampir jatuh, namun dengan sigap tangan Zach merangkul tubuh Cassea agar tidak terjatuh. Mereka berdua sudah sedikit jauh dari tempat duduk tadi, Cassea juga sedikit bisa berjalan, dengan senyum lebarnya, Cassea sangat loyal terhadap orang-orang yang juga kebetulan ada di taman tersebut.
Entah kenapa Zach juga ikut merasakan kebahagiaan Cassea saat ini.
***
The day fourteen.
Kini sudah ke 14 hari. Cassea yang setiap harinya selalu ditemani berjalan oleh Zach hingga dia kembali berjalan normal, merasa sangat berterima kasih kepada gurunya itu.
"Aku sangat berterima kasih padamu, guru ku yang baik hati. Maaf jika selama ini aku banyak sekali merepotkan mu!" ucap Cassea yang kini sudah bisa berdiri tegak tanpa bantuan.
"Tidak masalah, tapi memang benar kau berutang padaku!" balas Zach tersenyum lebar. Mendengar itu Cassea juga tertawa.
"Aku bercanda!" lanjutnya.
Sebelum pulang ke rumah, Cassea membeli bunga warna-warni untuk diberikan kepada orang-orang yang sakit di sana. Sambil berjalan Cassea juga memberikan setangkai bunga kepada setiap orang yang dia lihat.
Zach yang berjalan setia mengikuti langkah Cassea dari belakang, sampai mereka sudah berada di halaman luar rumah sakit. Di luar Cassea masih memberikan sisa bunga tadi kepada orang-orang yang berada di luar.
"Dan yang terakhir... Untuk Nenek Jeni!" ucap Cassea memberikan bunga terakhir pada seorang Nenek-nenek yang tengah duduk bersama anak perempuannya.
"Tapi namaku bukan Jeni!" jawab nenek itu sedikit tertawa saat Cassea asal memberi nama pada orang.
"Ya- Jeni! Jenat! Jersey. Yang penting ini untukmu!" Cassea masih saja melawak seraya memberikan bunga tersebut.
"Merci!" balas nenek itu sambil tertawa senang.
Cassea juga tertawa, lalu dia pamit berjalan kembali. Di perjalanan menuju parkiran mobil, Cassea masih memamerkan senyuman lebarnya itu. Seketika Zach yang kini sudah berjalan di samping Cassea, menatap dengan penuh keheranan. Sampai mereka di depan mobil Zach yang masih terparkir rapi bersama mobil yang lainnya.
"Kenapa kau melakukan itu?" tanya Zach mengentikan langkahnya.
"Melakukan apa?" tanya Cassea.
"Dengan terus berpura-pura tersenyum di hadapan semua orang." Jawab Zach yang kini menatap tajam ke arah Cassea.
Cassea yang awalnya tersenyum, kini senyuman itu menghilang. Mendengar ucapan Zach, dia hanya bisa tertunduk.
"Lalu bagaimana lagi? Jika seseorang yang tersakiti tidak bisa berbuat apapun lagi, maka hanya dengan tersenyumlah rasa sakit itu akan hilang." Balas Cassea.
Sekarang giliran Zach yang tidak bisa menjawab ucapan Cassea, karena Zach tahu sejak dirinya melihat Cassea menangis sambil merayakan ulang tahunnya sendiri. Karena Zach adalah pria pendiam yang tidak tega melihat seorang wanita bersedih, apalagi wanita yang dia kenal.
"Aku tidak tahu, apa yang membuatmu bersedih. Tapi aku bisa membuat senyuman palsu mu menjadi senyuman sungguhan!" ucap Zach kembali tersenyum.
Cassea yang tadinya tertunduk, melihat Zach tersenyum, dia juga ikut tersenyum penasaran dengan ucapan Zach. Mereka segera masuk kedalam mobil, hingga menuju ke tempat yang dimaksud Zach.
Seperti biasa udara segar sangatlah menyenangkan, Cassea sangat menikmati udara segar itu di dalam mobil, seolah dia sudah lama sekaki tidak keluar di jalanan. Seperti orang asing yang tidak mengenal dunia luar.
Cassea tidak memikirkan di mana Zach akan membawanya ke suatu tempat yang bisa membuat nya tersenyum.
KAMU SEDANG MEMBACA
Merci [END]
General FictionKisah ini tidak lengkap. Bahkan setelah kematian, kita takkan mengatakan {selamat tinggal}. ________________________ ________________________________________ ________________________ Ini adalah kisah cinta terlarang...