Caline menatap Cassea dengan penuh senyuman dan kebahagiaan, meski air mata yang masih keluar.
“Jadi, Zach bukanlah anak Ibu?” tanya Cassea. Ibunya menggeleng.
“Selama ini Zach merawat Ibu dengan sangat baik. Dia sudah seperti putraku. Dia anak yang baik!” ucap Caline mengatakan fakta.
Cassea tersenyum sekejap, lalu senyuman hilang menjadi keseriusan saat mendengar nama, Emma di dalam cerita ibunya tadi.
“Jadi ibu tiriku yang sengaja memisahkan ibu dan ayah?” ujar Cassea. Caline mengangguk, sedangkan Cassea tidak tahu apa alasan di balik semua itu. Kenapa wanita itu tega melakukannya, merusak rumah tangga orang lain.
Selesai mendengarkan semua ceritanya. Caline kembali mengusap kepala Cassea dan menatap dengan penuh kesedihan.
“Ibu tahu? Karena semua itu, aku selalu bertengkar dengan ayah, bahkan aku merasa asing di rumah itu. Ayahku berubah, ayah tidak peduli lagi denganku. Hiks” Jelas Cassea yang mulai menangis. Caline ikut menangis mendengar kehidupan putrinya yang begitu berat selama ini. Wanita itu benar-benar merasa bersalah, dia tidak bisa melindungi putrinya disaat ia dibutuhkan sebagai seorang ibu.
“Ibu minta maaf Cassea! Pasti sulit bagimu untuk menjalani semua itu. Hiks, tolong maafkan Ibu.” Balas Caline. Dunia mana yang tidak sulit jika tidak mendapat kasih sayang dari orang tua. Itu sangat menyakitkan sekali.
“Ibu mohon padamu, jangan sampai kau membenci ayahmu sayang. Kini kau tahu ego ayahmu sangat besar.” Lanjut ibunya masih sesenggukan.
Tangisan mereka berakhir dalam pelukan yang hangat. Hingga Zach masuk kedalam dan melihat keduanya masih berpelukan, Zach tidak ingin mengacaukan pertemuan itu, tapi kini sudah masuk di jam makan siang.
.
.
.
Bahkan dimeja makan pun, Cassea menangis saat mencicipi makanan kesukaan yang sengaja dibuat oleh ibunya. Sup Chicken Cube on buatan sendiri, sup itu selalu dibuat untuk Cassea saat kecil dulu.
Setelah kepergiaan ibunya, Cassea tidak lagi merasakan sup tersebut. Makan sambil menangis itu sangat susah, tapi itulah yang kini Cassea lakukan. Zach dan Caline hanya tersenyum tipis melihat Cassea memakan dengan lahap meski bercampur air matanya.
Caline sangat sedih melihat anaknya memakan makanan yang dia buat. Dia melihat Cassea lahap seperti seseorang yang baru saja makan.
“Makan yang banyak!” pinta Caline yang masih meneteskan air mata seraya tersenyum. Cassea mengangguk dengan menahan tangisnya.
Selesai makan siang. Cassea dan Zach bersantai di kamar Zach, sedangkan ibunya masih sibuk di dapur. Di dalam kamar, banyak sekali pertanyaan yang dilemparkan kepada Zach. Tapi dengan santai dan jujur apa adanya, Zach menjawabnya, sampai kedua mata Cassea melihat sebuah kotak berbentuk balok yang tidak terlalu kecil ataupun besar.
Cassea berusaha memegangnya, tapi tiba-tiba Zach melarangnya dengan wajah panik.
“Kenapa? Memang apa isinya?” tanya Cassea curiga.
“Bukan apa-apa!” jawab Zach. Cassea menjadi tambah curiga, tapi dia memilih tidak memaksa seseorang. Dengan senyuman wanita itu tidak memaksa kehendaknya.
Cassea memilih menginap semalaman di rumah Zach bersama ibunya. Dia masih ingin menghabiskan waktu bersama ibunya. Di luar rumah, Zach dan Cassea duduk di lantai bersih, sambil menikmati udara sejuk di malam hari, keduanya duduk dengan berpelukan. Cassea bersandar di bahu Zach dengan tangan yang saling berpegangan.
Dari belakang, Caline melihat kedua anaknya terlihat seperti orang yang sedang merasakan jatuh cinta. Tanpa ada yang tahu bahwa ibunya tengah melihat mereka menikmati angin malam yang sejuk. Caline memilih diam dan tersenyum kecil, lalu masuk ke dalam kamar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Merci [END]
General FictionKisah ini tidak lengkap. Bahkan setelah kematian, kita takkan mengatakan {selamat tinggal}. ________________________ ________________________________________ ________________________ Ini adalah kisah cinta terlarang...