12 ; Dekat di mata, jauh di hati

52 48 4
                                    

Aku adalah penikmat senyumanmu. Tapi aku bukan pemilik, apalagi penyebab.

~ Beoness ~

                             🖤🖤🖤

“Sekali lagi terima kasih, sudah mengantarku!” ucap Cassea.

“Sama-sama! O, iya. Apa besok malam kau ada waktu?” tanya Zach.

“Memang ada apa?” tanya balik Cassea.

“Besok mulai pagi sampai sore aku tidak bisa mengajarimu karena ada urusan, jadi aku menggantinya malam. Bagaimana?” tanya Zach.

“Tidak bisa, karena setiap malam jadwalku juga padat!” jawab Cassea.

“Bagaimana kalau besok libur saja, juga tidak apa-apa! Hanya besok saja!” lanjut Cassea. Zach setuju dengan ucapan Cassea, selesai berunding mereka berpamitan sekali lagi. Zach yang sudah melajukan mobilnya lebih dulu, meninggalkan Cassea yang masih diam melihat ke arahnya.

Sampai di dalam rumah, dia sama sekali tidak melihat keberadaan ibu dan Khey sama sekali. Hingga Cassea bertanya kepada salah satu pembantu di rumahnya.

“Dimana ibu dan Khey?” tanya Cassea.

“Mereka sedang berbelanja dari tadi Nona!” jawab pembantu itu lalu berjalan pergi ke arah dapur.

“Mereka hanya bisa menghabiskan uang saja.” Gerutu Cassea yang sudah tidak tahan dengan kelakuan ibu dan adik Tirinya itu, tapi dia bisa apa selain diam.

Cassea berjalan menuju kamarnya dan mulai membersihkan tubuh yang sudah lengket karena keringat. Sampai makan malam tiba, Cassea turun dan ikut makan malam bahkan ayahnya juga baru saja pulang dari kantor, begitu juga ibu dan Khey yang pulang lebih dulu dari ayahnya karena takut.

Di ruang makan kini hanya terdengar suara piring dan kedua alat makan yang beradu menjadi satu. Hingga suara ayahnya menghentikan keheningan tadi.

“Besok sore jangan ada yang pergi kemana-mana. Karena aku sudah mengadakan pertemuan di Four Season Hotel V.” Pinta ayahnya yang hanya bisa didengar Cassea tanpa perlawanan. Itu adalah salah satu Hotel bintang lima yang biasa dikunjungi oleh para turis di Kota Paris.

Selesai makan Cassea pamit masuk ke dalam kamar lebih dulu dan menyisakan makanannya sedikit karena tidak berselera.

“Dan Cassea! Ayah sudah menuruti permintaanmu. Kau bisa mengeceknya di ponselmu.” Ucap ayahnya tiba-tiba. Cassea tidak tahu apa yang dimaksud ayahnya? Dia memilih beranjak pergi dan segera mengecek di ponsel miliknya yang ada di dalam kamarnya, di atas meja.

Cassea melihat ke dalam ponsel, dia mendapat sebuah pesan masuk dimana itu tertulis bahwa semua saldonya sudah ditarik oleh ayahnya.

Cassea teringat dengan ucapannya saat dirinya memilih berusaha sendiri, dari pada meneruskan perusahaan dan geng Mafia ayahnya yang di dapat dari usaha politik sesama Mafia. Saat ini dia hanya bisa tertawa seperti orang gila, kini Cassea tidak punya simpanan uang di saldonya, dan yang dia punya hanya sisa uang hasil penjualan lukisan nya yang terjual 50 Euro saja. Mungkin saat ini tersisa 30 saja.

“Tidak masalah, aku bisa mencari uangku sendiri. Aku akan membuktikannya kepada ayah nanti.” gumam Cassea. Cassea bersiap dengan dandan menor dan pakaian hitam dengan celana hitam.

Club.

Music begitu sangat keras, malam ini tidak hanya Cassea saja yang keluar, Khey juga keluar main entah kemana. Di sana Cassea sangat menikmatinya bersama teman-temannya, juga bersama April temannya yang jarang ikut ke club.

Dari arah yang berlawanan, Zach bersama dua temannya baru saja tiba, kedua temannya sangat menikmati music dan para wanita disana. Tapi tidak untuk pria berparas tampan itu. Zach sama sekali tidak tertarik dengan club malam, dia terpaksa ikut karena paksaan dari temannya itu.

“Z! Kami akan bersenang-senang dulu! Kau juga nikmatilah!” ucap kedua temannya yang pergi bersama seorang wanita tidak dikenal, namun memiliki wajah cantik, tubuh molek dan pakaian seksi.

Zach masih berjalan menelusuri tempat itu, melewati kerumunan anak-anak muda, sampai dia di dekati oleh para wanita cantik dan seksi yang tergoda dengan wajah dan tubuhnya. Namun Zach yang dikenal pria baik dan dingin terhadapa wanita, memilih pergi menjauh dari wanita-wanita penggoda itu. Sampai dia mendengar sorakan dari sebagian orang yang tengah berkumpul mengelilingi bangku bundar. Karena penasaran Zach berjalan untuk melihat yang terjadi disana, dia terkejut saat melihat muridnya berada disana dan berlomba meminum-minuman keras.

Lebih dekat langkah Zach, lebih jelas pula sorakan dari orang-orang yang masih asik berkumpul di meja.

“Cassea! Cassea! Cassea! Cepat tinggal satu lagi!!” sorak teman-teman Cassea.

Seperti biasa, Cassea selalu menang jika mengikuti lomba meminum, sebagai hadiahnya Cassea mendapatkan free setiap harinya.

Zach masih setia memandang Cassea, dia tidak menyangka kalau wanita yang di teriknya matahari terlihat natural, namun di bulan terlihat nakal. Memang dia pernah menolong Cassea saat Cassea tidak sadarkan diri, tapi Zach tidak pernah melihat kegiatan yang dilakukan wanita cantik itu saat di club.

Cassea berdiri dan tidak sengaja melihat wajah Zach, seketika senyuman nya hilang. Cassea melangkah perlahan menuju Zach yang saat ini berdiri di kerumunan teman-teman nya, bahkan menghiraukan semuanya.

-‘Kenapa kakiku ingin menghampiri nya, dan kenapa aku merasa takut dan gugup saat dia sudah mengetahui kegiatan malam ku? batin Cassea yang tidak tahu dengan perasaan nya saat ini.

-‘Kenapa rasanya aku ingin memarahinya, aku bahkan baru saja mengenalnya? ’ batin Zach juga tidak tahu dengan dirinya.

Kini mereka sudah dekat dan saling menatap satu sama lain. Sifat Cassea loyal seperti biasa, dia mengajak Zach di tempat yang sedikit sepi yaitu di luar, tempat satu-satunya yang sepi. Cassea dan Zach sudah berada di luar pintu masuk, mereka masih berdiam diri, yang terdengar hanya suara musik yang terdengar pelan, sampai Cassea membuka percakapan lebih dulu.

“Sedang apa kau disini? Jangan-jangan guru juga suka pergi ke club ya..!” goda Cassea sambil tersenyum menunjuk ke arah Zach dengan jari telunjuknya.

Zach memegang jari telunjuk Cassea dan menyingkirkannya dari hadapannya.

“Aku dipaksa ikut oleh temanku, sebenarnya aku tidak suka berada di club. Kau sendiri kenapa disini?” tanya balik Zach.

“Menghilangkan stress.” Jawab Cassea tersenyum tipis sambil tertunduk. Zach berusaha mengerti dengan yang dialami Cassea meski dirinya tidak tahu apa yang terjadi pada Cassea.

Perbincangan mereka berhenti saat April keluar memanggil Cassea, “Cas–” lalu terhenti saat melihat pria tampan bertubuh kekar juga ada disana.

“Perkenalkan, dia temanku April! Dan April, dia adalah Zach! Teman baruku!” ucap Cassea. April dan Zach berkenalan. Wanita berlesung pipi itu sangat terpesona oleh Zach! Pawakan yang hampir saja sempurna, membuat wanita manapun bisa tergoda olehnya.

Zach merasa kalau ucapan Cassea soal memiliki teman itu memang benar, dia berpikir bahwa Cassea mungkin tertekan entah itu karena keadaan dirumahnya atau masa lalunya dulu.

“Kalau begitu, aku masuk dulu!” pamit Cassea kembali ke dalam bersama April. Zach masih terdiam diluar sana, dia memilih menunggu kedua temannya itu di dalam mobil dari pada di tempat seperti itu.

                           📖📖📖

(“Saat itu aku benar-benar tidak tahu apa yang kau alami, aku merasa di dalam hatimu sangat sedih dan menginginkan sesuatu. Namun yang kau bisa hanya menunjukan senyuman palsu, seandainya aku lebih awal mengenalmu, mungkin aku bisa membuat senyuman palsu menjadi sungguhan.....”)

                             📖📖📖

Merci [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang