Tok, tok, tok. Cassea mulai mengetuk pintu. Namun tidak ada respon dari seseorang yang ada di dalam. Tok, tok, tok. Ketukan yang kedua kalinya sama seperti pertama. Tidak ada yang menjawab ketukan Cassea sama sekali.
"Dimana kau? Aku yakin ini tempatnya." Gumam Cassea yang masih ingat betul dengan apartemen itu. Tapi anehnya, tidak ada tanda-tanda Zach disana. Wanita itu merasa kebingungan, sampai sebuah pesan masuk dari nomer tidak dikenal membuat Cassea penasaran.
E : LAMA TIDAK BERTEMU! APA KABAR NITA?
Saat membaca pesan itu, ingatan Cassea hanya tertuju ke satu orang. Yaitu sahabat masa kecilnya dulu, Elan. Senyuman lebar terukir diwajah Cassea, sehingga dia sudah lupa akan Zach dengan cepatnya.
C : APA KAU ELAN? CHICAGO 15 MARET?
E : IYA, SENANG MENDENGAR MU, MASIH INGAT DENGANKU.
C : BENARKAH? AKU TIDAK PERCAYA INI! TENTU SAJA! KAU ADALAH TEMAN PERTAMAKU DAN CINTA KEDUAKU, HEHE!
Selama perjalanan pulang, Cassea sibuk dengan pesan mereka, sampai lupa akan pria bernama Zach. Tidak ada habisnya mereka berdua mengobrol lewat pesan, seakan mengenang masa lalu dan kini takdir akhirnya mempertemukan nya kembali.
Sampai malam hari pun, Cassea mengunci dirinya dikamar, dan masih asik dengan obrolan mereka yang melepas rindu lewat ponsel.
Khey yang tidak sengaja lewat di depan kamar Cassea dan mendengar tawa lepas dari mulut Cassea, membuat Khey penasaran lalu mendekatkan telinganya ke pintu kamar Cassea. Dengan wajah teliti, Khey berusaha mendengarkan semua ucapan Cassea di dalam.
"Apa yang membuatnya tertawa? Apa dia sudah gila karena menjadi mafia?" tanya heran Khey sendiri.
"Cih." Lanjutnya yang memilih pergi dari situ menuju kamarnya sendiri.
Tidak lama lagi Khey juga akan kembali ke kampus untuk melanjutkan kuliahnya. Di dalam kamar, Khey juga tidak lupa selalu menghubungi kekasih yang dulu pernah kepergok oleh Cassea, saat asik berduaan bersama Khey.
Selama ini Khey masih berhubungan diam-diam dengan pria tersebut. Pria satu kelas nya yang selalu perhatian dan romantis padanya. Namun apalah daya, penghalang terbesarnya adalah ayahnya.
Sementara di dalam kamar Cassea, Cassea begitu senang dan gembira. Dia merasa orang yang dia cinta dari masa lalunya kembali lagi. Juga harapan bertemu sang ibu yang mungkin akan datang juga.
***
Desa Schengen - Paris.
Desa yang terlihat sangat tenang juga sejuk, hingga membawa suasana untuk nikmat dibuat tidur.
"Zach! Ada apa? Dari tadi Ibu melihatmu bingung sekaligus senang, ada apa?" tanya lembut ibunya.
Zach memegang lembut tangan ibunya dan menyuruhnya untuk duduk di sebelahnya.
"Bagaimana dengan Ibu sendiri? Apa Ibu senang?" tanya balik Zach yang kini berhadapan dengan ibunya sembari mendekatkan tangan ibu tercintanya ke pipi miliknya.
"Ibu senang, jika kau senang! Andai saja Ibu bisa menemuinya." Jawab ibunya yang kini mulai berkaca-kaca mengingat akan seseorang.
Zach mencium lembut tangan ibunya, berusaha membuat tegar kembali perasaan sedih yang saat ini melanda hati ibunya.
"Ibu ingin menemuinya?" tanya Zach.
"Sangat... Ibu ingin memeluknya, menciumnya, dan bertanya banyak hal padanya. Jika bisa bertemu, Ibu akan akan melakukan semua itu. Hiks.. bahkan Ibu tidak tahu bagaimana wajahnya saat ini? Bagaimana dia berteman?" ucap ibunya yang kini mulai menangis.
KAMU SEDANG MEMBACA
Merci [END]
General FictionKisah ini tidak lengkap. Bahkan setelah kematian, kita takkan mengatakan {selamat tinggal}. ________________________ ________________________________________ ________________________ Ini adalah kisah cinta terlarang...