"Apa dia...?" tebak Darrel, yang seketika membuat Curtis ikut peka. Wanita kulit coklat itu mengangguk perlahan, sedangkan Darrel dan Curtis, keduanya langsung menunjukkan ekspresi bingung bercampur sedih.Gadis itu berharap semuanya akan ada kabar baik. Dia ingin mendapatkan jawaban baik dari orang-orang terdekat ayahnya, atau Zach. Seketika keadaan menjadi hening bercampur angin yang berhembus masuk lewat jendela terbuka lebar.
"Aku datang.. Untuk bertanya soal ayahku! Zach Dawson." Ucap Meghan memberanikan diri. Sementara April menyerahkan tanya jawab kepada Meghan.
Mendapat pertanyaan dari putri temannya, membuat tiga orang tadi saling tatap. Darrel mengangguk pelan kearah Aami, sedangkan Curtis malah sebaliknya. Mungkin pria itu tidak tega melihat kesedihan yang akan dirasakan gadis itu.
Aami beranjak dari tempatnya, lalu ia masuk kedalam kamarnya dan keluar lagi setelah mengambil sesuatu dari ruangan tersebut. Aami duduk disamping Meghan, dan memberikan sebuah buku diary berwarna hitam milik Zach.
Dengan penuh tanya Meghan meraihnya, mengusap lembut buku yang terbuat seperti kulit ular.
"Di dalamnya ada surat dari ayahmu, untukmu!" ujar Aami. Seketika Meghan tersenyum tipis, begitu juga April yang mengusap lembut punggung Meghan.
"Tapi,, dimana ayahku!?" tanya Meghan yang kini senyumannya sedikit pudar.
Aami langsung terdiam, Darrel juga diam, sedangkan Curtis menunduk seraya tangan kanannya memegang dahi putihnya. Meghan menatap ketiga orang yang terlihat seakan menahan sesuatu.
"Dimana ayahku? Dimana dia?" tanya Meghan lagi yang mulai panik.
"Iya! Dimana Zach sekarang?" sambung April yang juga ikut penasaran. Tapi mereka tetap diam.
.
.
.
.
"Ayahmu sudah meninggal. Sejak empat belas tahun yang lalu." Jawab Darrel yang baru saja bicara setelah beberapa detik.
Deg!
Syok! Tentu saja. Meghan benar-benar terkejut dan hanya bisa diam dengan nafas memburu juga gelengan kepala yang tidak percaya akan jawaban tadi.
"Tidak, ayahku tidak meninggal. Kemarin kami bertemu! Aku dan mamaku memeluknya, dia mencium kepalaku!" balas Meghan yakin dengan ayahnya yang masih hidup, namun air matanya percaya akan kematian ayahnya. April yang ada disana juga sama terkejutnya dengan Meghan.
"Tidak." Balas Meghan menggeleng.
"Dia tidak meninggal, 'kan? Dia tidak pergi 'kan? Paman itu berbohong." Gerutu Meghan tak terima kepada April sambil menahan air matanya.
Seketika, Aami memegang kedua pundak Meghan dari belakang.
"Zach sudah meninggal! Dia gugur saat bertugas." Jelas dan tegas Aami yang juga ikut menangis namun juga ingin melihat Meghan tidak lemah.
Gadis malang itu menoleh, menatap Aami dengan mulut ternganga dan air mata yang kini menetes deras begitu saja.
"Ayahmu sudah meninggal- " Lanjut Aami menunduk dan menangis terseduh.
"Tidakkkk— Ayahku...! Kenapa ayah pergi? Aku merindukan mu, ayahhh- " Teriak tangis histeris yang keluar dari mulut Meghan. Seketika Aami langsung memeluk tubuh Meghan dan membiarkan gadis itu menangis dalam pelukannya.
Melihat pemandangan itu, empat orang dewasa disana hanya ikut menangis tidak tega. Apalagi Aami dan April yang kini menangis tersedu, sementara Curtis masih menunduk seraya air mata menetes.
KAMU SEDANG MEMBACA
Merci [END]
General FictionKisah ini tidak lengkap. Bahkan setelah kematian, kita takkan mengatakan {selamat tinggal}. ________________________ ________________________________________ ________________________ Ini adalah kisah cinta terlarang...