45 ; Itu adalah isi hatiku

21 15 0
                                    

Banyak yang mengatakan bahwa cinta seperti dongeng yang indah. Tapi jika itu dongeng, kenapa harus ada rasa sakit di dalamnya?

~ Beoness ~

🖤🖤🖤

"AKu mohon jangan, ayo menyatu lah, pasti bisa.." Sambil menangis tersedu Cassea yang berusaha menyatukan serpihan foto yang sudah menjadi potongan kecil itu dengan lem serasa lemas karena isak tangisnya.

Cassea terus berusaha sambil menangis seperti seorang anak kecil yang gagal dalam suatu hal. Hingga wanita itu mulai lelah, karena foto tersebut tidaklah menyatu kembali lagi, sungguh menyedihkan.

BRUAK. Kedua tangan Cassea yang sudah mengepal, lalu menggebrak meja yang ada di dalam kamarnya. Seketika dia mulai melipat tangannya dan menangis di atas tangan telanjang miliknya, hingga air mata yang begitu deras, membasahi wajah dan tangan Cassea. Tubuhnya gemetar seiring suara isak tangisannya.

"Tidak... Semua itu tidak akan terjadi, tidak akan pernah. Ibu.." Gumam Cassea lagi dengan isak tangisnya, wanita itu selalu mengadu pada ibunya lewat tangisan yang selalu ia alami.

***

Di sebuah ruangan yang hening dan gelap. Zach duduk di sebuah sofa yang terletak di dalam apartemen nya, sendiri dan sepi. Pria itu duduk dengan kepala tertunduk dan kedua tangan yang menyatu. Dengan wajah yang begitu bingung serta takut, sama seperti yang dirasakan oleh Cassea.

"Ibu benar, dia tidak akan pernah diam." Gumam Zach. Orang yang dimaksud Zach adalah Lowray Chadwick, ayah dari sahabatnya. Cassea.

Suara tangis dan teriakan masa kecilnya bersama Cassea, juga perpisahan yang dibuat oleh ayah Cassea. Terdengar jelas di telinga Zach, karena dia tahu penyebab kemarahan Lowray yang tidak diketahui oleh Cassea, tapi Zach dan ibu Kandung Cassea, tahu akan rahasia itu, cerita masa lalu.

.

.

.

Pagi berganti malam, dan malam berganti pagi. Seorang wanita yang masih tertidur di kursi dan meja sambil membawa potongan dari foto semalam.

Perlahan Cassea membuka matanya dan melihat ke arah depan, yang memperlihatkan langit yang begitu cerah sekali dengan ditemani oleh suara kicauan dari burung. Jendela yang masih terbuka lebar, hingga angin pagi dan udara pagi menyambut wajah Cassea.

Air mata yang basah, kini menjadi kering. Cassea menatap ke arah kertas kecil, dan juga Lem yang sungguh berantakan di atas meja.

Sikap Cassea kembali seperti dulu. Cassea yang sudah bersiap ke kampus, kini berjalan menuruni anak tangga menuju pintu keluar, tanpa melihat ke kanan ataupun kiri.

Bahkan Emma dan Khey hanya menatap ke arah Cassea berjalan tanpa menyapa. Apalagi Lowray yang hanya menghiraukan sikap putrinya itu tanpa menatap putrinya, dan memilih tetap dengan keputusannya semalam.

Di perjalanan, Cassea berjalan sembari melihat ke sekitarnya. Banyak sekali orang yang juga berjalan di sana, tidak hanya orang sibuk saja, bahkan pengemis pun juga banyak disana.

Tidak segan-segan, Cassea sedekah kepada para pengemis yang ada disana. Meski bayarannya tidak terlalu besar, tapi melihat orang-orang yang berada di bawah nya, tidak membuat Cassea merasa rugi sedikitpun, tidak sama sekali.

Saat asik memberikan selembar uang kepada salah satu wanita yang tidak terlalu tua. Tiba-tiba April datang dengan mobilnya dan turun menghampiri Cassea.

"Hai! Seperti biasa?" tanya April yang sudah menebak temannya itu.

"Hmm!" balas Cassea tersenyum.

April mengajaknya untuk berangkat bersama, sejujurnya dia sudah menjemput Cassea dirumahnya, tapi penjaga disana sudah memberi tahu April soal keberangkatan temannya itu.

Merci [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang