46 ; MERCI

18 15 0
                                    

Wanita dengan jaket kulit warna hitam, dan syal merah maron itu. Masih setia duduk di kursinya sambil menyantap hidangan tadi, juga sesekali matanya terus memandang ke arah sahabat yang dia idam-idamkan untuk menjadi calon suaminya.

Zach yang masih tidak perduli dengan keberadaan Cassea, dia hanya fokus dengan pekerjaannya saat ini, tanpa melirik ataupun menghampiri ke meja, Cassea duduk saat ini.

***

Kediaman Chadwick.

Tap, tap, tap. Suara langkah kaki yang baru saja memasuki rumah bak Istana tersebut. Khey langsung menghampiri ke arah ibunya yang sibuk bersantai di ruang tengah.

Istirahatnya terhenti saat putri tercintanya datang dan duduk disebelahnya, memeluk tubuh Emma dengan wajah yang penuh kelelahan.

"Ada apa sayang?" tanya Emma, ibu dari Khey. Khey masih setia meletakkan kepalanya di bahu sang ibu sambil cemberut.

"Aku lelah Bu. Kapan semuanya akan selesai?" tanya Khey.

Setelah mengatakan itu, seketika kedua wanita itu saling berhadapan. Emma menyentuh pipi kanan Khey sambil tersenyum lebar.

"Tidak lama lagi! Sabar sedikit, ya!" jawab Emma. Entah apa yang mereka maksud dan bicarakan itu.

Saat asik kembali ke posisi awal. Emma seperti ingat akan satu hal, hingga membuatnya bertanya pada anak tercintanya itu.

"Bagaimana semalam? Apa kalian bersenang-senang?" tanya Emma.

"Hm! Tapi hanya sebentar." Jawab Khey kembali cemberut. Yang dimaksud Emma adalah Marton, kekasih Khey yang semalam datang ke pesta dengan diam-diam.

"Kau harus hati-hati, tidak tahu apa yang akan dilakukan ayahmu kalau sampai tahu soal Marton." Ucap Emma memperingati Khey.

"Iya Ibu." Balas Khey.

***

Restoran Bistrot Victoires.

Masih setia, Cassea menunggu Zach selesai kerja. Sampai malam hari muncul kembali, tanpa ditemani bintang yang biasa ada di langit. Mungkin karena cuaca mendung, yang akan turun hujan malam ini.

"Maaf, Nona! Banyak pelanggan yang antri di luar. Kalau anda sudah selesai makan, bisakah— " Belum selesai bicara, Cassea sudah mengerti dengan maksud salah satu pelayan disana.

Cassea segera berdiri dan meminta maaf kepada pelayan itu. Tidak ada pilihan lain, dia harus pergi dari situ. Dari arah yang lain, Zach mencuri pandang ke arah Cassea sembari membawa piring-piring kotor yang baru saja dibersihkan. Di sisi lain dia juga tidak tega melihat wanita itu sedari tadi menunggunya.

Melihat kepergian Cassea, Zach kembali melanjutkan kerjanya. Hingga pukul 10 malam, waktunya bagi semua pekerja di restoran kembali pulang.

Restoran baru saja tutup. Begitu juga air hujan yang baru saja turun dari langit membasahi kota Paris.

Beruntungnya Zach yang sudah disiapkan payung oleh bosnya, dia memakai payung tersebut, untuk menuju mobil yang masih terparkir di parkiran mobil.

Sesaat sampai di mobilnya. Betapa terkejut nya Zach melihat Cassea masih menunggunya, meski dalam keadaan hujan. Wanita itu dengan setia berdiri didepan mobil Zach, dengan pakaian yang hampir basah kuyup.

Cassea berdiri tegak dengan kepala tertunduk dan kedua tangan terlipat. Sampai dirinya sadar bahwa seseorang memayungi dirinya. Dia menoleh ke arah Zach yang baru saja berdiri di sampingnya sambil memegang satu payung untuk berdua.

Sementara Cassea tersenyum, saat melihat pria yang dia cintai masih peduli dengannya. Kini wajah cantiknya tertutup dengan air-air hujan.

"Kenapa kau keras kepala? Kenapa tidak pulang saja?" tanya Zach memarahinya.

Merci [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang