Cassea diam saat melihat tanpa ragu ke arah mata sang ayah yang sudah tajam, setajam silet.
"Apa yang terjadi disana?" tanya Lowray mulai tegas.
"Tidak ada?" jawab Cassea santai, karena merasa lelah setelah pulang dari perkemahan. Wanita itu sama sekali tidak takut, karena ia sama sekali tidaklah salah.
"Jangan bohong, kenapa kau memberi hukuman skors kepada adikmu?" Lowray yang mulai membuka pembicaraan. Cassea terkejut, dia melirik ke arah Khey, sementara Khey tersenyum licik ke arah Cassea.
-'Dasar wanita ular.' Batin Cassea menatap muak, lalu kembali menatap ayahnya.
"Ayah aku lelah, aku ingin istirahat, nanti aku akan cerita semuanya." Balas Cassea pelan, karena merasa tubuhnya memang benar-benar sangat lelah. Namun, saat hendak berjalan, perkataan ayahnya membuat Cassea naik pitam dan kembali berdiri tegak dihadapan sang ayah langsung.
"Jangan seperti pengecut yang lari dari kesalahan nya." Sindir Lowray.
Cassea yang hendak melangkah, kini menjadi berhenti. Dia merasa marah di panggil seorang pengecut. "Aku tidak lari, hanya saja aku tidak suka membuka rahasia adikku sendiri." Kata Cassea. "Rahasia apa?" tanya ayahnya.
Cassea berjalan lebih dekat kearah Lowray. Dan Khey juga Emma hanya berdiri tidak jauh dari keberadaan Lowray dan Cassea.
"Ayah tahu? Putri yang Ayah percayai, di belakang Ayah dia memiliki seorang kekasih. Dan Ayah tahu saat aku memergokinya, dia malah mendorongku ke jurang," Jelas Cassea meninggi.
"Apa aku salah jika memberi hukuman untuk keadilan ku?" sambungnya. Namun tiba-tiba saja Khey menyela penjelasan Cassea begitu saja.
"Tidak Ayah itu tidak benar. Cassea aku tahu kau marah padaku, tapi kenapa kau memfitnahku seperti itu?" Ucap Khey membela diri. Emma ibunya, juga membela Khey. Tentu saja, karena dia putrinya! Alias, putri kandungnya.
Cassea yang mendengar perkataan Khey, hanya tersenyum tidak percaya dengan sifat bermuka dua milik Khey. Wanita berambut orange itu, benar-benar sudah menunjukkan sifat aslinya, hanya kepada Cassea.
"Hentikan sandiwaramu itu, dasar wanita licik." Balas Cassea dengan suara keras.
"Sudah cukup Cassea. Jangan berbohong kepada Ayah lagi." Sentak ayahnya yang lebih percaya kepada Khey. Seketika Cassea terdiam dan hanya menatap heran ayah yang kini berada di depannya saat ini.
"Seharusnya kau tidak memberinya hukuman kepada adikmu, karena dia tidak sengaja melakukannya." Lanjut Lowray. Cassea tidak percaya dengan apa yang dia dengar dari mulut ayahnya sendiri. Ayah yang dia sayangi dengan diam, lebih percaya kepada orang lain dari pada putri kandungnya. Tangan Cassea begitu lemas sehingga tas besar yang dia bawa terjatuh di lantai.
"Ayah! putrimu hampir saja kehilangan nyawa. Dan Ayah malah- " Cassea kehabisan kata-kata. Air mata sudah bercucuran di pipi Cassea, isak tangis nya tidak bisa berhenti begitu saja. Tak lama, Cassea menghapus air matanya.
"Bersyukurlah kalian, karena aku tidak menghukumnya dengan mendorongnya ke jurang," Ucap Cassea lantang kepada ketiga orang disana. Mendengar hal itu, ekspresi wajah Khey langsung berubah.
"Aku tidak akan mencabut hukuman nya." Lanjut nya mengambil tas yang tergeletak di lantai, lalu berlari ke arah kamar nya.
"Cassea." Teriak Lowray yang seperti tidak peduli dengan perasaan Cassea. Emma dan Khey saling tatap dengan senyuman tipis, karema melihat dirinya selamat dari situasi itu.
Di dalam kamar. Cassea yang saat ini tengkurap di atas ranjang empuknya, masih setia dengan tangisannya. Saat lelah pulang dari perkemahan dia mendapat air mata baru di rumah. Sungguh menyedihkan!.
KAMU SEDANG MEMBACA
Merci [END]
General FictionKisah ini tidak lengkap. Bahkan setelah kematian, kita takkan mengatakan {selamat tinggal}. ________________________ ________________________________________ ________________________ Ini adalah kisah cinta terlarang...