🍂🍂🍂
Noerth side of Lincoln Park - Chicago, 15 Maret 1997.
Seorang anak perempuan yang melihat kedua orang tuanya bertengkar besar-besaran di rumah mewah yang terletak di daerah Chicago, Amerika Serikat. Panggil saja Nita.
Nita menangis dibalik pintu kamar miliknya yang terbuka sedikit, hingga dia bisa melihat pertengkaran yang seharusnya dia tidak lihat sejak usia kanak-kanak.
"Ibu .... Ayah....." Ujar Nita dengan tangisan yang begitu deras seperti air hujan.
Tanpa disadari oleh kedua orang tuanya. Hampir setiap harinya Nita melihat dan mendengar pertengkaran yang terjadi antara ibu dan ayah, yang dia cintai. Dua orang dewasa tersebut tidak mengerti, bahwa pertengkaran yang selalu dilihat oleh Nita, bisa membuatnya menjadi anak pemurung atau seorang anak broken home.
Sampai suatu hari, tepatnya ditanggal 15 Maret. Nita tidak tahan melihat pertengkaran hingga berujung perceraian antara ibu dan ayahnya. Hati anak itu terasa sangat sakit dan sesak, sehingga membuatnya memilih berlari keluar rumah diam-diam di panas teriknya matahari.
Brukk... Nita yang awalnya asik lari dengan berderai air mata, sampai tidak melihat ke depan kalau ada seseorang anak laki-laki tengah memakan es krim dengan kedua temannya.
Anak laki-laki itu berbalik melihat Nita yang jatuh terduduk, baju hitam yang kini berlumuran es krim membuat murka anak laki-laki yang gemuk dan chubby itu.
"Hey, kau. Apa kau tidak bisa melihat? Kau sudah menghancurkan es krim ku." Ucap anak laki-laki bersuara kecil tadi dengan wajah nakalnya karena marah.
"Maaf, maafkan aku. Hiks!" balas Nita dengan wajah sedih dan takutnya.
Ketiga anak itu melihat wajah Nita lekat-lekat, seketika ejekan dan tawaan itu diberikan untuk Nita.
"Hey, bukankah kau anak orang kaya yang menakutkan itu'kan?" ucap anak berbadan gemuk tadi. Kedua temannya yang memiliki tubuh kecil itu, seketika ikut melihat lekat-lekat wajah Nita.
"Iya, benar! Kau orang kaya yang sombong itu." Balas anak kurus dengan rambut blondenya. Nita hanya diam sambil menangis. Namun dia tidak suka jika ada seseorang yang menghina keluarga nya.
Dengan wajah sedihnya, Nita menjawab ketus,"Kami bukan orang sombong! Keluargaku orang baik."
"Apa? Hahahaha!" seru bersamaan ketiga anak tadi dengan sangat puas.
sedangkan Nita memilih diam tanpa membalasnya lagi. Sampai sebuah bola melayang tepat di salah satu pipi anak gemuk dan nakal tadi.
"Aduh..." Rengeknya kesakitan sembari memegang pipi kanannya.
Hanya mendapat satu tendangan saja, membuat anak laki-laki nakal tadi menangis dan berlari pulang ke rumahnya. Setelah kepergian ketiga anak nakal tadi, seorang anak laki-laki dengan mata berwarna coklat lumpur mengulurkan tangannya untuk memberi bantuan pada Nita yang masih terduduk di atas tanah.
Nita tersenyum meraih tangan tersebut dan berdiri saling berhadapan.
"Kau tidak apa-apa?" tanya anak tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Merci [END]
General FictionKisah ini tidak lengkap. Bahkan setelah kematian, kita takkan mengatakan {selamat tinggal}. ________________________ ________________________________________ ________________________ Ini adalah kisah cinta terlarang...