20. GO TO PRANCIS

3.9K 132 4
                                    

TERIMAKASIH BANYAK UNTUK 1K PEMBACA♡ AKU SENENG BANGET GENGS!

SEPERTI BIASA SEBELUM BACA JANGAN LUPA VOTE COMMENT DAN SHARE KE TEMAN-TEMAN KALIAN! JANGAN LUPA JUGA FOLLOW ujungmata






























SELAMAT MEMBACA





*****

Masih terlalu pagi untuk bangun karena matahari saja belum menampakan diri di langit. Namun, Adnan sudah bangun sejak pukul tiga dini hari tadi karena pagi ini adalah jadwal keberangkatannya ke Prancis.

Sekarang Adnan tengah mempersiapkan diri dari segala keperluannya sebelum berangkat ke negeri menara eiffel tersebut. 

Sedangkan, Diara yang baru saja bangun dari tidurnya karena kelelahan mengerjakan tugas kini tengah memperhatikan Adnan yang sebentar lagi akan pergi.

Diara tidak membantu apapun. Ia hanya berdiam diri di depan pintu seperti sebuah patung hias ketika Pak Dirat, supir Adnan itu sibuk memasukan barang-barang Adnan ke dalam bagasi. Lagi pula, Diara juga tidak tahu apa yang harus ia bantu.

"Semua sudah beres dan sudah saya masukan ke bagasi, Den" lapor Pak Dirat setelah menutup pintu bagasi.

Adnan menjawab dengan menganggukan kepala lalu berkata."Terimakasih, Pak"

"Kalau gitu saya tunggu di mobil, Den" ucap Pak Dirat sebelum masuk ke dalam mobil dan duduk di kursi kemudi.

Setelah selesai berbicara dengan Pak Dirat, Adnan bergegas menghampiri seorang gadis yang sendari tadi hanya berdiri di depan pintu rumah sambil memperhatikannya yang tadi sedang bersiap-siap.

Gadis yang baru saja menjadi istrinya kurang dari seminggu itu sebentar lagi akan ia tinggal selama tiga tahun.

"Saya harap kamu gak akan lupa dengan perjanjian yang sudah kita sepakati bersama" itu adalah kalimat pertama yang Adnan ucapkan ketika berada tepat di depan Diara.

Peringatan Adnan barusan membuat Diara menatap Adnan dengan wajah malas."Saya masih terlalu muda untuk jadi pelupa"

Adnan mensejajarkan pandangannya dengan Diara yang tinggi badannya lebih rendah darinya dengan kedua tadi berada di saku celana kanan dan kiri.

"Seharusnya memang begitu" kata Adnan singkat.

Tidak tahu sejak kapan Diara merasakan ini, rasanya sulit untuk Diara mempercayai perkataan orang-orang sekitarnya yang mengatakan bahwa Adnan adalah orang yang pendiam di saat laki-laki itu selalu saja menimpali ucapan miliknya dengan kalimat-kalimat yang bahkan terkadang tidak bisa ia balas.

Diara akui Adnan adalah orang yang cerdas, Adnan adalah orang pertama yang bisa membuatnya beberapa kali tidak berkutik seperti saat ini. Adnan seolah tidak ingin kalah dalam perdebatan dengan dirinya, tidak ingin kalah dalam hal bicara. 

Entah ini hanya perasaannya atau memang benar Adnan yang tidak ingin mengalah. Tapi, jika Adnan adalah orang yang cerdas maka Diara harus jadi orang yang jenius. Ia tidak boleh terpedaya oleh anak kedua dari keluarga Mahardika.

Setelahnya tidak ada kalimat lagi yang terucap. Adnan menjauhkan pandangannya dari Diara, keduanya kini hanya diam dan saling berpandangan satu sama lain. Keduanya seolah sedang berusaha memuaskan penglihatan masing-masing. 

Adnan menatap Diara dengan lekat, menatap setiap anggota tubuh tubuh gadis itu dari bawah hingga atas. Lalu menatap wajah gadis yang selalu bermimik jutek jika bersamanya.

LOVE IN MARRIAGETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang