57. MISTERI

3.1K 157 19
                                    

DOUBLE UPDATE YEY🎉 SENENG GAK?FYI BUAT KAWANS YANG BELUM TAHU LIM UPDATE SETIAP 10 HARI SEKALI YA SETELAH PART TERAKHIR UPDATE ;) PUTAR SONG DI ATAS BUAT DAPAT FEELNYA YA♡

SO SEBELUM BACA JANGAN LUPA VOTE, COMMENT BANYAK-BANYAK, SUARAKAN KEKESALAN KALIAN DI COMMENT! SHARE KE SEMUA TEMAN-TEMAN KALIAN, DAN YANG BELUM FOLLOW sudutmataa CUS FOLLOW! IGNYA JUGA YA DENGAN USERNAME YANG SAMA :)



























SELAMAT MEMBACA












*****

Sudah lebih dari seminggu Adnan dan Diara perang dingin, lebih tepatnya keduanya sama-sama enggan membicarakan persoalan yang membuat keduanya berada difase jenuh seperti sekarang. Dibanding Diara, Adnan lebih dominan dalam perang dingin. 

Ia lebih memilih menyibukan diri dengan pekerjaannya. Jalankan mengajak Diara berbicara, menganggapnya ada saja Adnan seperti enggan, ia terlihat selalu berusaha menganggap Diara tidak ada. Seperti sekarang, Adnan melewati Diara begitu saja kala berpapasan dengan istrinya itu di dapur.

"Kak Adnan kita harus bicara" Diara menghentikan langkah kaki Adnan. Mungkin kali ini memang ia yang harus mengalah, Diara sudah begitu jenuh dengan keadaan keduanya yang seperti ini sejak beberapa hari belakangan.

Adnan diam, tidak membalas ucapan Diara dan malah memilih melanjutkan langkah kakinya yang tertunda. Adnan lebih memilih menghindar sekarang dari pada berhadapan dengan Diara, ia hanya tidak ingin keduanya bertengkar. Sedangkan Diara yang merasa diabaikan mempercepat langkahnya, lalu menghadang Adnan.

"Saya yakin Kak Adnan bukan orang yang suka larut dalam masalah" Diara menatap wajah Adnan yang datar, tidak ada ekspresi apapun di wajah Adnan membuat Diara sulit menebak apa yang sedang suaminya itu pikirkan dan rasakan."Jujur saya capek dan saya mau masalah ini cepat selesai"

"Minggir!" titah Adnan terkesan dingin.

"Kak Adnan gak capek menghindar terus? Kak Adnan gak mau masalah ini cepat selesai?"

"Memangnya apa yang mau kamu bahas?"

"Semua. Semua kesalahpahaman ini"

"Memangnya itu kesalahpahaman?" spontan Adnan mencengkram kuat gelas yang sedang ia genggam.

"Kak...?" Diara menatap Adnan tidak percaya. Ternyata Adnan masih kekeh dengan pemikirannya sendiri.

"Kalau pembicaraan ini hanya berujung perdebatan, sebaiknya tidak perlu dibahas"

"Gak ada yang mau debat, saya cuma mau masalah ini selesai. Saya gak suka larut dalam masalah, dan saya yakin Kak Adnan juga begitu" 

Adnan hanya diam sambil mendengarkan, dan memperhatikan setiap ucapan juga mimik wajah Diara yang terlihat begitu lelah. Sama seperti dirinya.

"Kak Adnan terlalu abu-abu. Cerai gak mau, bicara baik-baik juga gak mau. Apa selamanya kita harus terus perang dingin kayak gini? Sampai mati? Iya?"

"Singkirkan pikiran buruk kamu itu"

"Kalau begitu Kak Adnan harus cari perempuan lain, perempuan yang lebih bisa Kak Adnan percaya, dan juga mencintai Kak Adnan" ucapan Diara barusan menghentikan langkah Adnan yang hendak melewatinya. Terdapat guratan kesal di wajah Adnan kala Diara kembali menatapnya, Adnan tidak suka dengan pembahasan Diara yang tidak penting ini.

"Kak Adnan sendiri yang bilang dari awal bahkan sebelum kita menikah. Dasar sebuah penikahan itu adalah kepercayaan, kalau sekarang Kak Adnan gak bisa percaya sama saya buat apa?"

LOVE IN MARRIAGETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang