50. BERANTAKAN

3.9K 132 11
                                        

INI PART 50 UDAH UP PASTI TAHU DONG HARUS APA? YAPS! VOTE, COMMENT, SHARE KE PAK CAMAT RT DAN RW, DAN FOLLOW AKUN sudutmataaBUAT YANG BELUM!

AKU TUNGGUIN NOTIF KALIAN LOH!


























SELAMAT MEMBACA






*****

"Makan malamnya udah siap, Den" ucap Bi Sur setelah selesai menata piring di atas meja makan. Seperti biasa Bi Sur selalu tepat waktu dalam menyelesaikan pekerjaannya.

"Sekarang makin jago masaknya, Bi. Lebih cepat dari biasanya" balas Adnan yang baru saja tiba di ruang makan dengan mata yang terpaku pada jam dinding di sudut ruang makan.

Adnan memang sedetail itu dalam memperhatikan sesuatu, ia begitu teliti dalam segala hal. Kecuali tadi saat ia lupa membawa filenya ke kantor, dan Adnan bisa memastikan itu tidak akan terjadi lagi.

"Bukan cepet, Den. Sebenarnya ini makanan untuk tadi siang, tapi karena Non Ara gak makan Bibi angetin lagi"

"Diara gak makan?" tanya Adnan terkejut."Kenapa?"

"Kalau itu Bibi gak tahu, Den. Tapi sejak pulang dari kantor Den Adnan tadi siang, Non Ara langsung masuk kamar. Bibi ketuk pintunya juga gak dibukain, dipanggil-panggil juga gak jawab, Den. Bibi jadi gak berani masuk"

"Kenapa lagi dengan anak itu?" Adnan bermonolog dengan dirinya sendiri sambil memijat pelipisnya.

"Tolong dicek, Den. Takutnya pingsan karena belum makan seharian" pinta Bi Sur khawatir yang diangguki setuju oleh Adnan.

"Iya, Bi. Terimakasih infonya"

Adnan berjalan menuju kamar Diara yang tidak jauh dari meja makan, otaknya berpikir keras kenapa gadis itu tidak keluar dari kamarnya. Apa Diara sedang dalam masalah? Kenapa Diara sampai tidak makan? Seketika pertanyaan-pertanyaan seperti itu muncul di kepala Adnan, buat khawatir saja.

Sampai di depan kamar Diara, Adnan mengetuk pintu kamar gadis itu sampai tujuh kali. Namun, tidak ada jawaban dari dalam membuat Adnan khawatir padanya.

"Buka pintunya, Diara!" Adnan mengultimatum dari luar."Kalau kamu gak buka pintunya saya masuk"

Tiga puluh detik yang lalu peringatan Adnan mengudara, namun tidak ada sambutan baik dari Diara. Adnan bergegas membuka pintu kamar Diara yang kebetulan tidak dikunci dengan tidak sabar, biasanya Diara selalu mengunci pintu kamarnya. Saat derap kaki Adnan yang tegas berjalan memasuki kamar Diara, harum lavender yang menenangkan langsung menyeruak masuk ke dalam penciuman Adnan.

Di sudut kasur Adnan langsung mendapati Diara yang tengah duduk menyender sambil menghadap jendela. Entah sedang melamun atau memikirkan sesuatu, yang jelas tatapan Diara telihat kosong dipandangan Adnan. Gadis yang ia nikahi dua tahun lalu itu sedang dalam keadaan tidak baik-baik saja.

"Makan malam udah siap" ucap Adnan yang seolah mengabaikan apa yang tengah ia lihat sekarang. Tidak menengok, apalagi menjawab, Diara mengabaikan ucapan Adnan barusan."Lima detik lalu saya mengajak kamu bicara, dan seharusnya kamu bisa menghargai lawan bicaramu, Diara"

Ucapan Adnan barusan berhasil membuat Diara melirik Adnan sekilas dengan sorot mata tidak bersahabat. Sekarang Diara sedang tidak ingin diceramahi, kepalanya sedang pusing memikirkan masalahnya dengan Adit."Gak lapar"

Adnan menghela nafas gusar, kedua tangannya dimasukan ke dalam saku celana tidurnya."Tadi siang kenapa gak makan?"

"Tidur" jawab Diara tidak berminat. Setelahnya keadaan sempat hening sebentar."Kalau gak ada keperluan lagi tolong keluar, saya mau sendiri. Jangan lupa pintunya ditutup lagi!"

LOVE IN MARRIAGETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang