74. CONTRAT D'ACCORD

2.4K 134 12
                                    

HELLO KAWANS COME BACK LAGEH AKU😍 INI BENAR-BENAR AKU SENDIRI GAK NGERTI KENAPA AKU NULIS PART INI KAYAK GINI... TAPI YA SUDAHLAH

SEBELUM BACA SEPERTI BIASA VOTE, SHARE KE KENALAN KALIAN, COMMENT YE AKU MAU TAU BANGET REAKSI KALIAN :) FOLLOW JUGA IG DAN WATTPAD sudutmataa  USERNAME SAMA KOK KAWANS ;)

AKU TUNGGUIN NOTIFNYAAAAAA

















SELAMAT MEMBACA





"Seorang ayah itu bisa jadi cinta pertama yang mematahkan hati anak perempuannya"

-LOVE IN MARRIAGE-



*****

Diara memasuki ruangan dengan design klasik yang hampir mirip dengan ruangan Hazel. Hanya saja yang membedakan ruangan ini tampak lebih terisi karena banyak sekali foto-foto yang terpajang di dinding, rak, dan meja kerja. Mulai dari foto-foto keluarga Pradipta, foto-foto Dianto dengan para relasinya dari dalam dan luar negeri, foto-foto Dianto dengan berbagai macam penghargaan, bahkan foto masa kecil Diara yang sedang belajar mengendarai sepeda juga ada di sini.

Tanpa sadar Dianto bukan hanya menunjukkan seberapa cintanya pada keluarganya, tapi juga menunjukkan seberapa besar pengaruh dan relasinya. Di samping itu, Dianto seolah berusaha membuat nyaman dirinya sendiri dengan memajang foto-foto keluarganya juga puteri kesayangannya agar rasa rindunya bisa terobati. Namun meski begitu, Dianto tetap tidak pernah absen menanyakan kabar Diara saat berada di sini.

Diara tersenyum kecil, tidak menyangka Papanya masih menyimpan fotonya saat itu. Diara jadi rindu saat-saat itu, saat di mana ia tidak punya beban, saat di mana dunianya terasa baik-baik saja, saat di mana keluarganya terasa begitu hangat, saat di mana ia tidak punya masalah yang harus diselesaikan. Diara menyesal sempat berpikir bahwa cepat menjadi dewasa akan terasa lebih baik, nyatanya malah sebaliknya. Ia jadi memiliki tanggungjawab yang sebelumnya tidak ia pikul. Tanggungjawab yang begitu besar.

"Semoga apa yang bisa Ara temuin hari ini gak akan mengecewakan Ara ya, Pa" Diara mengelus foto yang ia ambil dari meja kerja Dianto. Foto saat ia belajar mengendarai sepeda saat berumur lima tahun dan Dianto berada di belakangnya, menjaga Diara agar tidak jatuh."I love you so much, Pa. More than anything"

Diara meletakkan kembali figura tersebut, lalu ia mulai mencari sesuatu yang bisa ia jadikan bukti niat terselubung yang Adnan miliki. Diara mulai mencari dari laci, kemudian lemari dokumen hingga rak-rak buku yang siapa tahu terselip di sana. Namun nihil, sudah lebih dari lima menit mencari tidak ada satu pun benda yang dapat Diara andalkan.

Diara menyandarkan badannya pada rak buku sambil menyugarkan rambutnya ke belakang dan menghela nafas frustasi. Waktu yang begitu singkat membuatnya jadi tidak tenang, hingga pintu yang tiba-tiba saja terbuka lebar membuat Diara terkejut bukan main. Untungnya yang muncul adalah Hazel bukan security.

"Zel!" desis Diara geram."Gue mau jantungan tahu gak?!"

"Makanya jangan bengong, Ra" Hazel tersenyum simpul sambil berjalan ke arah Diara yang nafasnya memburuh.

"Pintunya!" Diara menunjuk ke arah pintu yang masih terbuka lebar dengan kepalanya. Hazel sengaja tidak menutupnya.

"Tenang aja, penjaganya sudah gue kasih obat tidur" jelas Hazel bangga."Jadi kita masih punya setengah jam lagi buat cari bukti dan keluar dari sini"

LOVE IN MARRIAGETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang