46. ADNAN ATAU ADIT?

2.5K 106 6
                                    

11+K READERS 🎉 MAKASIH KAWANS BUAT ANTUSIASNYA SAMA CERITA INI♡ AKU BALIK LAGI DENGAN PART 46! YEY🎊

JANGAN LUPA VOTE, COMMENT DI PART FAVORITEMU YA, SHARE KE SELURUH PENJURU BUMI, DAN FOLLOW AKUN WATTPAD AKU BUAT YANG BELUM!



























SELAMAT MEMBACA








*****

Sudah tengah malam tapi Diara masih sibuk melakukan aktivitas di dapur. Tadi tiba-tiba ia terbangun dan ingin makan sandwich. Sekarang Diara tengah mencari bahan-bahan untuk membuat makanan asal inggris itu di dalam kulkas.

Cukup lama Diara mencari bahan-bahan untuk membuat sandwich sampai suara langkah kaki yang hendak turun ke lantai bawah menelusup ke dalam rungunya, tepat di mana ia berada.

Reflek Diara bergerak untuk menghindar karena tahu siapa sosok yang hendak turun itu. Namun sayangnya kecerobohan tidak dapat dihindari. Kaki Diara terkantuk kaki meja membuat rasa nyeri dibagian lutut kirinya.

"Kamu ngapain?" tanya Adnan yang tiba-tiba sudah berdiri persis di depan Diara.

Diara mendongakkan kepalanya."Gak ngapa-ngapain"

Adnan memperhatikan Diara yang sedang memegang kakinya, tepat dibagian lutut."Kepentok meja?"

"Masih perlu dijawab?" balas Diara sengit.

Tanpa aba-aba Adnan membantu Diara dengan memapah gadis itu dan membawanya ke meja makan, lalu mendudukinya di kursi. Setelah itu Adnan mengambilkan Diara air hangat dan es batu yang dibalut dengan sapu tangan yang ia ambil dari dalam rak dinding.

"Mau ngapain?" cegah Diara saat Adnan hendak menyentuh lukanya.

"Mau saya kompres" Diara menatap Adnan dengan tidak percaya."Lutut kamu lebam saya harus kompres pakai es batu lebih dulu supaya tidak bengkak, setelah itu saya akan kompres pakai air hangat supaya darahnya bisa mengalir dengan lancar"

Setelah itu tanpa menunggu jawaban dari Diara, Adnan segera mengompres luka tersebut. Beberapa kali Diara meringis kesakitan, harusnya ia tidak seceroboh ini. Ini salah Adnan karena laki-laki itu turun ke lantai bawah, padahal sudah tengah malam.

"Aduh! pelan-pelan. Mau bunuh saya, ya?" 

"Kamu gak akan mati walaupun saya tekan luka kamu sampai segini" Adnan menekan luka Diara sedikit keras.

"Akh! Sakit! Sakit!" Diara menjauhkan kakinya dari jangkauan Adnan."Kalau gak ikhlas gak usah deh! Siniin sapu tangannya! Jahat banget sih!"

"Saya cuma mau kasih tahu kamu pengetahuan" Adnan kemudian membuang sisa es batu yang ada di dalam sapu tangan ke wastafel."Sekarang tinggal dikompres air hangat"

Adnan kembali mendekat ke arah Diara dan berjongkok di hadapan gadis itu."Tengah malam gini kamu ngapain di dapur?"

"Mau bikin sandwich" jawab Diara malas.

Adnan menghentikan gerakan tangannya yang sedang mengompres."Sandwich?"

"Kenapa?" tanya Diara yang dibalas Adnan dengan gelengan kepala.

Keadaan sempat hening selama beberapa menit karena Adnan sedang fokus mengompres luka lebam di lutut Diara. Sedangkan gadis itu hanya duduk manis sambil menatap Adnan dari tempat ia duduk. Diara tidak pernah menyangka Adnan akan sebaik ini padanya.

Melihat Adnan dengan pakaian yang santai seperti sekarang, kaos hitam dan celana tidur berukuran panjang, membuat Diara menyadari bahwa suaminya ini tampan. Ya, sepertinya Diara baru menyadarinya sekarang, karena ketampanan laki-laki di hadapannya ini selalu tertutupi oleh sikap menyebalkannya.

LOVE IN MARRIAGETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang