UNTUK KESENANGAN BERSAMA JANGAN LUPA APA? YAPS! FOLLOW AKUN WATTPADKU, VOTE, COMMENT, DAN SHARE PART INI, OKE? OKELAH!
AKU JUGA MAU NGUCAPIN ARIGHATO BUAT 500+ VOTENYA🎉 MAKASIH UDAH MERAMAIKAN LAPAK YANG BARU LAHIR INI, LOVE BUAT KALIAN BANYAK BANYAK!! ♡♡♡♡♡
SELAMAT MEMBACA
*****
Sudah setengah jam lebih Diara duduk di teras depan rumah. Alasannya? Gadis itu tidak bisa masuk ke dalam rumah lantaran pintu rumah dikunci dari dalam. Diara bahkan sempat meneriaki nama Bi Sur beberapa kali hingga suaranya menjadi serak, tapi tetap tidak ada sahutan dari dalam.
Diara akhirnya memutuskan untuk duduk di depan teras sambil menunggu dibukakan pintu entah oleh siapapun. Diara tidak mungkin juga menyewa hotel meski ia bisa, lebih baik ia tabung uangnya. Apalagi ini sudah malam dan Diara sudah terlalu lelah kalau harus berjalan lagi.
Aktivitas di tempat kerjanya hari ini membuat Diara harus mengeluarkan tenaga dan waktu yang ekstra, lataran restaurant tempat ia bekerja ramai pengunjung. Bahkan lebih ramai dari kemarin.
Setelah lama menunggu, Diara akhirnya dapat mendengar suara kunci diputar. Ia pun segera bangun dari duduknya yang bersandar pada tembok rumah, dan sosok Bi Sur muncul dihadapannya.
"Tumben pintunya dikunci, Bi. Kenapa?" tanya Diara ketika ia menghampiri Bi Sur.
"Non Ara pasti capek, mending sekarang Non langsung ke kamar dan istirahat" alih Bi Sur.
"Aku belum capek, Bibi juga belum jawab pertanyaanku"
"Gak apa-apa, Non"
"Bibi jangan bohong!" Diara mengintimidasi. Ia merasa ada hal yang disembunyikan oleh Bi Sur."Bilang aja, Bi, gak apa-apa. Aku gak akan marah, atau Bibi ketiduran? Biasanya pintunya gak dikunci sebelum aku pulang"
"Itu... anu... Den Adnan yang suruh Bibi buat kunci pintunya" Bi Sur menjawab dengan tidak enak hati, ia juga jadi terdesak karena Diara terus mencecarnya.
"Adnan? Dia udah pulang?"
"Iya, Non. Sudah pulang sejak sore tadi, sekarang lagi di ruang kerjanya. Non Ara mending segera masuk"
Diara menghela nafas gusar, sepertinya Adnan sengaja menguncinya di luar. Apa maksud laki-laki itu? Apa ia ingin mengimbarkan bendera perang padanya? Tapi, bendera itu memang sudah berkibar sejak awal, bukan?
"Yaudah kalau gitu aku ke kamar dulu, Bi"
"Iya, Non" setelah itu Diara berjalan menuju kamarnya, namun langkahnya sempat terhenti ketika Bi Sur memanggilnya.
"Non, Bibi minta maaf karena sudah kunciin Non Ara di luar dan baru bukain Non Ara pintu. Bibi nunggu Den Adnan ketiduran dulu di ruang kerjanya"
Diara tersenyum."Gak apa-apa, Bi. Bukan salah Bibi, memang dia aja yang kurang kerjaan"
*****
"Baru pulang?" teguran seseorang mengurungkan langkah Diara memasuki kamarnya. Dia... Adnan. Laki-laki itu sedang berjalan menuruni tangga.
Sudah bangun rupanya
Diara membalikan badan, menatap Adnan dengan rawut wajah datar."Udah dari tadi. Cuma tadi lagi kenalan dulu sama nyamuk-nyamuk yang ada di depan, soalnya belum pernah kenalan"
"Saya kira kamu gak pulang" Adnan balik menyidir Diara. Seolah sindiran Diara barusan tidak berpengaruh apapun padanya.
"Anda sengajakan? Kunci pintunya" tuduh Diara tanpa basa-basi. Lebih tepatnya, langsung menembak pada sasaran.

KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE IN MARRIAGE
Romance[ Dunia lebih menghargai orang yang mau berusaha dengan usahanya sendiri] -Sudutmataa- *Buat dibaca GRATIS bukan dicopoy! JANGAN LUPA FOLLOW DULU YA! Dijodohkan dengan orang yang asing bagi Diara Pradipta sangat tidak masuk akal bahkan mereka baru k...