62. HAMIL?

5.2K 146 7
                                    

SELAMAT HARI KEMERDEKAAN BUAT INDONESIA YANG KE-77 DAN SELAMAT MERDEKA JUGA BUAT KITA SEMUA ♡ SEMOGA KE DEPANNYA INDONESIA BISA JADI NEGARA YANG LEBIH BAIK DAN MAJU! KALIAN PADA IKUT LOMBA APA NIH? APA HARAPAN KALIAN BUAT INDONESIA? COBA TULIS DI COMMENT YA

SEBELUM BACA SEPERTI BIASA AKU GAK PERNAH BOSAN BUAT INGATIN KALIAN UNTUK FOLLOW AKUN sudutmataa BUAT YANG BELUM & INSTAGTAMNYA JUGA YA DENGAN USERNAME YANG SAMA, VOTE, SHARE, DAN COMMENT SEBANYAK-BANYAKNYAAA

AKU TUNGGU NOTIF KALIAN♡































SELAMAT MEMBACA


******

Diara menghabiskan waktunya dalam satu jam hanya untuk berkeliling dikerumunan jalan yang ramai. Pikirannya kalut, kacau, berantakan. Ia bingung sendiri dengan alur hidupnya, ia butuh teman tapi untuk sekarang rasanya tidak mungkin menjerumuskan kedua sahabat karibnya itu ke dalam permasalahan yang belum menemukan titik terang.

Dia laki-laki yang baik, bertanggung jawab. Percaya sama aku, Ra.

Ucapan Adit itu menggema memenuhi pikirannya. Ia percaya Adit, laki-laki itu sudah terbukti baik padanya, ucapannya selalu bisa dibuktikan. Tapi dengan yang satu ini apa bisa ia percaya juga? Meski Adnan sudah berhasil membuatnya jatuh cinta dan juga mencintainya, tapi apa hal itu bisa menjadi jaminan bahwa Adnan bisa dipercaya? Disaat laki-laki itu masih menjadi bagian misteri di dalam hidupnya.

Hah... rasanya lelah. Pikirannya kalut, tubuhnya letih, Diara butuh istirahat sekarang. Setelah minta diturunkan di pertigaan jalan oleh supir taxi, Diara berjalan selama lima belas menit menuju rumah besar bercat putih milik Adnan di bawah derasnya air hujan. Sekarang dunia serasa sedang bersamanya, hujan seakan sedang mencoba melunturkan pikirannya yang kalut lewat derasannya air. Tapi ternyata bantuan baik itu hanya bisa menyamarkan air matanya yang sekarang ikut menderas.

Diara membiarkan tubuhnya basah kuyup ditimpa hujan, tidak terlintas sedikit pun dalam pikirannya untuk berteduh atau mempercepat langkahnya dengan berlari. Saat tiba di depan gerbang Pak Amin yang sedang berada di pos satpam dengan sigap dan tanpa banyak bicara langsung membukakan gerbang untuk Diara sambil memayunginya yang sudah basah kuyup. 

Tidak apa Pak Amin, Kerja bagus!

Tiba di ruang tamu Diara langsung disambut oleh wajah khawatir milik Bi Sur yang sedang membawa dua haduk tebal yang Diara kira itu pasti untuknya. Bagaimana Bi Sur tidak khawatir? Diara tiba dalam keadaan yang begitu kacau, basah kuyup dengan wajah pucat. Bi Sur segera menyelimuti Diara dengan handuk tebal yang ia bawa sambil menuntun Diara untuk duduk.

"Aduh, Non! Kok bisa basah kuyup begini?" tanya Bi Sur sambil membantu Diara mengeringkan rambutnya."Kamu pasti kelamaan ya, Min, bukain gerbangnya?!"

"Ya enggaklah!" sangkal Pak Amin saat Bi Sur tiba-tiba marah-marah padanya."Aku langsung bukain gerbang waktu lihat Non Ara"

"Ya Allah gusti... Non, Non. Non Ara bisa sakit kalau begini" 

Meski sekarang badannya terasa dingin, namun hati Diara menghangat kala bisa merasakan kekhawatiran seorang ibu. Hah... ia jadi teringat mamanya yang kadang bawel itu. Mungkin kalau mamanya tahu keadaan dirinya sekarang reaksinya akan lebih heboh dari Bi Sur saat ini.

"Yaudah kalau begitu, saya ke depan lagi ya, Non. Mau kunci gerbang" pamit Pak Amin sebelum meninggalkan ruang tamu. Diara mengangguk sambil tersenyum samar, badannya terasa lemas sekarang.

LOVE IN MARRIAGETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang