76. TERBONGKAR

2.7K 123 19
                                    

HALOOO SEMUAA GIMANA KABARNYA? HIBERNASIKU LAMA BANGET YAA? :) SO NOW, AKU KEMBALI DENGAN PART 76 DENGAN BAGIAN YANG LEBIH PANJANG! JADI JANGAN LUPA VOTE YAAAA😉COMMENT BANYAK-BANYAK, SHARE KE SELURUH KENALAN KALIAN! AKU TUNGGU NOTIFNYA YAAA ;)


















SELAMAT MEMBACA




*****

"ARA!!!" teriakan Bianca seketika memenuhi gedung kampus kala mendapati sosok Diara dalam atensinya, dan dengan setengah berlari Bianca menghampiri Diara diikuti Anna di belakangnya.

Diara menoleh, meski merasa sedikit malu kerena mereka berdua sekarang menjadi pusat perhatian."Shut! Bisa gak teriak-teriak? Malu tahu dilihatin orang"

"Lo sudah lihat berita? Ini penting banget!" seru Bianca dengan nafas yang memburu.

"Berita apa?" tanya Diara tidak tahu. Sejak pagi ia memang belum membuka handphonenya.

"Pra Grup..." Anna bersuara dengan hati yang terasa berat untuk berkata."Perusahaan bokap lo... terancam bangkrut"

"Bangkrut?!" desis Diara tak percaya. Badannya seketika bergetar."Gak lucu! Jangan bercanda, gue gak suka!"

"Beritanya baru keluar pagi ini" Anna menunjukan layar handphone miliknya yang menampilkan berita tentang perusahaan keluarga milik sahabatnya itu.

Air mata seketika menderas menghiasi wajah Diara kala membaca deretan paragraf pada layar handphone milik Anna. Kedua sahabatnya itu benar, mereka memang sedang tidak bercanda seperti biasanya. Tampak dengan jelas tulisan yang menyusun nama Pra Grup juga Papanya di sana.

"Gak mungkin!" Diara shock dan tanpa pikir panjang langsung menghubungi Papanya. Namun hasilnya nihil, Dianto sama sekali tidak mengangkat telpon anak satu-satunya. Entah memang sedang sibuk, tidak tahu, atau malah sengaja. Apa ini alasan kedua orang tuanya pergi ke Paris?

"Angkat dong, Pa! ANGKAT!" teriak Diara frustasi kala Dianto benar-benar tidak mengangkat telponnya. Ia pun menjadi pusat perhatian. Diara lantas berlari keluar kampus, ia harus memastikan sendiri tentang apa yang sebenarnya terjadi. Ia harus tahu kebenarannya. Anna dan Bianca pun menyusulnya dari belakang.

"Lo mau ke mana?" tanya Anna khawatir. Untungnya, ia berhasil meraih lengan Diara dan menahan gadis itu.

"Hiks...Gue... hiks... harus mastiin sendiri kebenarannya, Na" Diara menjawab dengan wajah yang berderai air mata. Untuk pertama kalinya dalam hidup Anna dan Bianca mereka melihat Diara serapuh ini."Lepasin gue"

"Mastiin gimana? Bokap lo aja gak angkat telpon lo. Lo mau ke mana?"

"Iya, Ra. Seenggaknya lo bilang ke kita supaya kita bisa ngaterin lo, kalau lo tiba-tiba pergi gini kita jadi khawatir" timpal Bianca yang tak kalah khawatir.

"Gue mau ke kantor bokap gue. Gue mau pastiin sendiri"

"Kalau gitu gue sama Bianca ikut"

"Gue bisa sendiri. Lo berdua juga ada kelas"

"Gak! Lo juga ada kelas sama kita. Kita ikut lo atau lo sama sekali gak gue lepasin?" tegas Anna tak mau dibantah. Ia tahu Diara sedang dalam keadaan tidak stabil sekarang.

"Ini masalah gue, Na. Jadi biarin gue selesain sendiri"

"Terus gunanya gue sebagai sahabat lo apa kalau gue gak bisa ada buat lo? Gue gak mau jadi parasit. Gue gak mau cuma ada di saat senangnya lo, Ra. Tapi gue dan Bianca juga mau ada di saat lo butuh seseorang buat bersandar dan diajak bercerita"

LOVE IN MARRIAGETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang