42. HARI ITU

2.7K 113 7
                                    

PART 42 UP CEPAT!
UDAH MAU 2022, APA WISH DAN RESOLUSI KALIAN BUAT TAHUN DEPAN? COBA JAWAB DI COMMENT!

JANGAN LUPA VOTE, COMMENT, DAN SHARE YAAA DEMI KEBAHAGIAAN BERSAMA :)

ENJOY!


































SELAMAT MEMBACA








******

Diara tersenyum kecut."Ara... Ara bingung, Pa. Bingung harus senang atau marah dulu sama Papa?"

Laki-laki paruh baya itu tersenyum, kerinduan begitu terpancar dikedua matanya. Sama halnya dengan perempuan di sampingnya yang sudah mengeluarkan air mata haru, karena ia akhirnya bisa melihat puteri satu-satunya dalam wujud nyata sekarang.

"Kalau Papa mau opsi yang pertama, boleh, Ra? Kangennya Papa ke kamu udah gak bisa ditahan, Ra" pinta Dianto dengan penuh rasa rindu.

Ia hampir gila karena hampir dua tahun menahan rindunya pada Diara, dan melewati hari-hari di mana puterinya itu mulai tumbuh dewasa. Air mata Diara berlahan luruh, ia mulai mendekat ke arah dua orang yang paling ia sayangi.

Menyalurkan rasa rindunya lewat pelukan yang ia berikan pada keduanya. Dianto maupun Sarah memeluk Diara sama eratnya, seolah tidak ingin terpisah lagi. Ketiganya saling berpelukan dan menyalurkan kehangatan.

"Tapi Ara masih marah sama Papa" ucap Diara disela pelukannya.

Dianto mengelus pelan, dan penuh sayang kepala Diara."Papa tahu, Papa paham, Ra"

Sedangkan tiga orang lainnya, menatap haru dan senang ke arah keluarga yang sudah kembali utuh itu. Semesta Diara, Dunia Diara, dua orang yang paling ia cintai akhirnya kembali lagi kepelukannya.

Setelah cukup lama, pelukan itu akhirnya terlepas. Diara berusaha menghapus jejak-jejak bekas air mata di wajahnya. Dalam hati Adnan bernafas lega karena dapat mengembalikan satu hal berharga dalam hidup Diara ke pelukan gadis itu.

Satu tugasnya telah selesai.

"Kita makan siang dulu, yuk? Mama sama Bunda udah masak. Tinggal nunggu kamu pulang aja tadi" ajak Sarah saat Diara kembali memeluknya dengan erat lagi.

Diara menggeleng pelan, ia masih enggan beranjak."Kangen, Ma"

Sarah menepuk-nepuk pelan pundak Diara."Tapi yang lain udah lapar, Ra. Kamu juga, kan? Belum makan siang pasti"

Beberapa saat kemudian kedua keluarga itu telah duduk dengan manis di ruang makan di kediaman Pradipta. Sudah banyak berbagai macam makanan yang tersaji di atas meja mulai dari ikan, ayam, hingga daging sapi.

Mulai dari yang digoreng hingga berkuah, seolah semua menu makanan hari ini juga mengucapkan selamat datang atas kedatangan kedua orang tua Diara.

"Biar aku bantu ambilin nasinya, sayang" ucap Diara pada Adnan yang duduk di sampingnya. Hingga membuat keduanya mendapat tatapan senang juga geli di saat yang bersamaan, tak lupa juga senyum yang mekar karena melihat keharmonisan keduanya.

Sedangkan Adnan menatap Diara dengan bingung, matanya memicing dengan guratan di dahinya, juga jantungnya yang tiba-tiba berdetak begitu cepat dari yang seharusnya.

Apa kata Diara barusan? Sayang?! Adnan gak salah dengarkan?

"Lauknya rendang, sayang" balas Adnan yang sudah mulai mengerti drama yang dibuat Diara sekarang.

LOVE IN MARRIAGETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang