43. PENJELASAN

3K 113 7
                                    

UHUY UHUYY! WELCOME BACK! WELCOME! SELAMAT DATANG DI PART 43 ♡ HAPPY NEW YEARS SEMUANYA 🙌

PART PERTAMA DI 2022 SETELAH HAMPIR SATU BULAN MENGHILANG✌
JANGAN LUPA BUAT VOTE, COMMENT, SHARE KE TEMAN-TEMAN KALIAN YAAA

I HOPE U ENJOY IT KAWANS♡































SELAMAT MEMBACA







******

Dianto berhenti menyesap kopi di dalam cangkir tersebut dan mengembalikannya ke nampan, lalu menarik nafas panjang."Kamu ini gak pernah berubah, Ra. Gak bisa biarin Papa habisin kopinya dulu? Padahal Papa udah lama ingin minum kopi buatan kamu dan ditemani sama pembuatnya" 

Diara mengalihkan tatapannya lurus ke depan, menatap air kolam renang yang sedang dalam keadaan tenang."Sambil ngobrol bisa, Pa, dan Ara yakin Papa juga tahu kalau dikondisi kayak gini Ara gak suka basa-basi"

Dianto pengangguk paham."Kamu persis, Papa. Tapi dengan versi yang lebih kolot, jadi mau mulai dari mana?"

"Semua. Ara gak mau terlewat satu hal pun, dari kenapa Papa gak cerita ke Ara soal perusahaan dan penggelapan dana perusahaan, soal alasan Papa pergi ke Paris, soal Papa ninggalin Ara, so--"

"Satu-satu, Ra. Kalau langsung ditimpah begitu Papa bingung harus jawab yang mana" sela Dianto yang mendapat hujan pertanyaan dari Diara yang bertubi-tubi."Kalau gitu biar Papa rangkum aja buat kamu boleh? Nanti kalau ada yang kelewat kamu bisa kasih tahu Papa, setuju?"

Diara menatap wajah laki-laki yang baru saja berbicara padanya dengan penuh kelembutan, dan tidak lama ia mengangguk setuju.

Diara memang kecewa pada Dianto, Namun perilaku manis dan hangat Papanya sejak kecil hingga sekarang yang tidak pernah berubah membuat ia sulit untuk marah pada cinta pertamanya itu.

Dianto memang selalu punya cara untuk meluluhkan hati anak kesayangannya itu. Karena Dianto begitu mengenal Diara, puteri kecilnya, dan akan selalu begitu.

"Ada banyak alasan kenapa Papa gak memberi tahu kamu soal perusahaan. Salah satunya, yang pertama karena Papa gak mau membebani pikiran kamu. Urusan pekerjaan, menurut Papa itu urusan Papa dan kamu gak harus tahu soal itu"

"Tapi aku ini anak Papa, aku mau tahu segalanya tentang Papa. Apalagi, masalah ini berpotensi mempengaruhi kesehatan, Papa"

"Papa ngerti, tapi tugas kamu itu kuliah dan belajar yang benar, Ra. Urusan kantor itu urusan Papa dan para karyawan"

"Kalau Papa masih punya pemikiran begitu berarti Papa gak ngerti. Ara bisa tinggalin semuanya demi Papa dan Mama, everything! Kalau itu semua menyangkut Papa dan Mama itu jadi urusan Ara juga, Pa" balas Diara sambil menekan setiap kata yang ia keluarkan.

"Karena Papa tahu itu makanya Papa gak bilang ke kamu. Papa tahu bagaimana besarnya cinta kamu ke Papa dan Mama, dan sebesar itu juga cinta kami, bahkan lebih besar dari cinta kamu, Ra. Cinta butuh pengorbanan dan itu yang sekarang sedang Papa lakukan" Dianto menatap Diara dengan tatapan teduh miliknya.

"Papa ingat banget kejadian di mana Papa sakit tifus dan dirawat dua minggu di rumah sakit, saat itu kamu baru kelas satu SMA semester dua. Di semester itu nilaimu memburuk seperti kesehatan Papa saat itu, nilaimu hampir jauh tertinggal dari semester sebelumnya dan bahkan dari teman-temanmu. Peringkat kelasmu menurun, dan konsentrasimu pecah, Ra" Diara mendengarkan cerita Dianto dengan hikmat.

LOVE IN MARRIAGETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang