22

69 20 0
                                    

Orang sudah berkumpul di pinggir kanal ketika Opsir Pieter tiba di sana. Matanya tertuju pada wajah-wajah dengan  warna kulit beragam.

"Gawat, orang Cina dan orang pribumi sudah berkumpul di sana." batin sang polisi merasakan desiran berbeda.

"Tuan, mereka sudah berkumpul."

"Saling berhadapan."

Opsir Pieter turun dari kuda kemudian dituntun oleh seorang polisi pengawal. Kuda tunggangannya ditambat di pohon yang tumbuh di sana. Agak menjauh dari kerumunan agar si kuda tidak merasakan ketidaknyamanan. Sejumput rumput membuatnya nyaman berteduh di sana.

"Mereka sudah tahu apa yang telah terjadi?"

"Sepertinya begitu, wajah mereka terlihat menegang."

Opsir Pieter saling berbisik dengan pengawalnya ketika beberapa langkah lagi para polisi itu sampai di lokasi yang dituju. Wajah-wajah orang yang sedang berkerumun itu berbalik melihat sekelompok polisi yang datang.

"Tuan, mana janjimu?"

"Janji apa?" Opsir Pieter membentak orang yang menyambutnya dengan pertanyaan.

"Lihatlah, sudah ada korban karena polisi lamban menangani kasus pembongkaran makam itu!"

"Bagaimana bisa kau menyimpulkan 2 mayat yang tergeletak ini dengan kasus pembongkaran makam?"

"Lihatlah, di atas mayat itu ada batu nisan!"

Suasana jadi riuh-rendah padahal sebelumnya tidak ada seorang pun yang berani bicara. Sepucuk senapan ditodongkan ke arah kerumunan oleh polisi yang berjaga sebelum Opsir Pieter datang.

"Diam!"

Seorang polisi membentak si tukang protes. Pria itu berhenti mengoceh ketika moncong senapan mengarah ke  wajahnya.

***

Opsir Pieter tidak lagi menghiraukan orang-orang yang berkerumun. Matanya tertuju pada 2 mayat yang tergeletak di pinggir kanal. Opsir polisi itu membuka kain yang sedari tadi menutupi tubuh si korban.

Seorang pria Cina dengan luka tembak di dadanya. Dan, seorang pria bumiputera dengan luka sayatan di sekujur tubuhnya. Dan ... sebongkah batu nisan yang dililitkan ke tubuhnya.

"Bawa jenazah ini ke Rumah Sakit!"

"Ya, Tuan."

Sebuah kereta kuda tanpa atap sudah menunggu untuk membawa 2 mayat itu. Opsir Pieter berharap tidak ada lagi yang berani bicara ketika polisi membopong mayat ke atas kereta kuda. Dia berharap warga tidak menjadikan kejadian ini sebagai isu yang dibesar-besarkan.

"Hei perhatian, anggap saja kalian tidak pernah melihat apa-apa. Jangan membuat gosip murahan. Biarkan polisi menyelesaikan kasus ini!"

Kata-kata itu mujarab bagi orang-orang yang sedang berkerumun  di sana. Mereka takut dengan sikap tegas polisi. Namun tidak bagi sekelompok orang yang baru datang kemudian.

"Apa maksudmu, Tuan? Menganggap ini semua tidak terjadi?"

Seorang pria berteriak dari arah tak terduga. Diikuti oleh puluhan pria lainnya, orang itu berjalan tergesa menemui Opsir Pieter.

"Mana janjimu untuk menyelesaikan ini?"

Suasana memanas ketika sekelompok pria berbaju cheongson dan berambut dikepang menjuntai datang dengan wajah tegang.

Panca dan Pembongkar MakamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang