62

56 17 6
                                    

"Tolong!"

Biussshhh!

Angin berhembus sangat kencang. Saking kencangnya, dinding rumah pohon itu berterbangan. Kemudian, seluruh atapnya. Dan ... brruuukk ...rumah pohon itu ambruk.

Panca terjengkang. Begitupula Bajra, terjungkal.

Mereka tidak kuasa menahan amukan sang angin. Kedua anak itu terhempas ke bawah. Hampir menyentuh permukaan tanah. Hampir.

Untungnya, kedua anak remaja itu masih diselamatkan oleh dahan pohon yang membentang. Mereka tersangkut di dahan pohon itu meskipun tidak sanggup berbuat lebih banyak. Kaki dan tangannya masih terikat.

Sayangnya, Panca dan Bajra tidak bisa bertahan lebih lama lagi. Kulit dahan pohon terlalu licin jika dibuat untuk bertahan lebih lama lagi. Mereka benar-benar kewalahan. Dan, hampir hilang harapan.

"Raden, bagaimana ini ... kita bisa terjatuh."

Panca terus berusaha melepaskan ikatannya. Tapi tidak bisa lepas, barang sedikit pun. Begitu juga Bajra. Ikatan sulur pohon itu malah membuat tangan dan kaki terasa sakit jika terus berusaha untuk dilepaskan.

"Ya, Alloh ... tolong kami." Bajra berdoa dengan suara setengah berteriak bahkan terdengar setengah menangis.

"Tenang ... Jangan sampai kita banyak bergerak. Kita bisa terjatuh."

Panca mencoba terus menenangkan diri dan berpikir bagaimana caranya agar mereka tidak terjatuh dari atas pohon.

"Hei, tenang. Jangan panik, kami akan menolong kalian!"

Panca dan Bajra mengarahkan pandangan kepada orang yang berteriak. Seketika wajah mereka menjadi ceria. Doa Bajra terkabul dalam waktu dalam waktu seketika. Ada pertolongan.

"Polisi ... akhirnya ...."

Tiga orang Polisi datang dengan menunggang kuda. Mereka sudah berada di bawah dahan pohon tempat Panca dan Bajra tersangkut.

"Kalian bisa turun?"

"Tidak, tangan dan kaki kami terikat."

Ketiga Polisi itu saling tatap. Mereka nampak kebingungan. Tetapi, sekonyong-konyong personil yang lain datang mencoba membantu. Jumlah mereka begitu banyak. Panca dan Bajra tidak sempat menghitung berapa orang yang datang untuk menolong mereka.

"Jatuhkan saja tubuh kalian. Kami akan menangkap!"

Panca dan Bajra paham dengan maksud polisi itu. Semua personil berkumpul untuk menangkap kedua anak remaja itu agar tidak bersentuhan dengan tanah.

"Haaap!"

"Berhasil!"

Panca dan Bajra lega dengan datangnya pertolongan. Harapan mereka kembali tumbuh.

"Kalian baik-baik saja?"

"Kami baik-baik saja."

"Baguslah. Tapi, bagaimana bisa kalian ada di atas pohon?"

"Mereka mengikat kami kemudian mengangkatnya dengan tali hingga ke atas rumah pohon."

"Rumah pohon?"

Panca dan Bajra menerangkan bagaimana keadaan rumah pohon itu sebelum akhirnya hancur.

"Sekarang, mereka dimana?"

"Kami tidak tahu. Tapi, kami menemukan ini."

Panca menunjuk pada beberapa batu nisan yang telah berserakan di atas tanah.

Panca dan Pembongkar MakamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang