41

69 19 0
                                    

"Hei ... kau jangan pergi!"

Opsir Pieter turun dari kudanya. Dia berlari mengejar bayangan itu hingga tiba di suatu gang sempit antara 2 bangunan.

"Hei kau mau main-main denganku?"

Bayangan itu nampak melayang di udara. Dia melompat-lompat diantara deretan bangunan bergaya Cina. Sialnya, Opsir Pieter tidak memiliki kemampuan untuk melayang-layang di udara.

Opsir Pieter terdiam. Dia kewalahan. Hanya berdiri demi memastikan jika orang itu tidak pergi terlalu jauh.

Angin malam menemani pria itu. Hembusannya menggoyangkan ranting-ranting pohon yang tumbuh subur di pinggir kanal. Terkadang terdengar seekor burung hantu bersiul memanggil. Uukk!

Beerrr! Mata Opsir Pieter teralihkan oleh kepakan seekor kelelawar. Dia mencari sesuatu yang bisa dimakan di pepohonan. Sayang, si kelelawar tidak menemukan apa pun selain dedaunan yang baru saja menghijau.

Blllrrrr! Kali ini kilatan cahaya nampak dari kejauhan. Petir menyambar bumi. Masih jauh dari tempat Opsir Pieter berdiri. Mungkin sekali kilatan itu tepat di atas laut Jawa. Karena langit malam yang pekat, maka cahayanya pun terlihat jelas membelah udara.

Di tengah kebingungannya, beberapa anak buah Opsir Pieter datang membantu. Ternyata mereka sama-sama menyaksikan sosok bayangan hitam melompat-lompat diantara atap 2 bangunan.

"Tuan, dia ada di sini!"

"Ya. Dia ingin bermain-main dengan kita."

"Saya bingung dengan penjahat seperti dia ...." seorang anak buah melontarkan isi pikirannya sembari mengarahkan senapan ke arah kegelapan malam.

"Bingung karena ... dia seperti menantang kita sebagai petugas negara?"

"Ya, Tuan. Aneh. Kok ada penjahat yang ingin ditangkap polisi?"

"Dia ingin menyampaikan pesan pada kita?"

"Pesan apa?"

"Mari kita dengar ...."

Panca dan Pembongkar MakamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang