42

68 17 0
                                    

Di rumah Sang Ketua, Panca, Bajra dan A Ling terlibat percakapan serius. Malam itu, mereka dijamu makan mie buatan para juru masak rumah mewah itu.

Salah satu hal yang menarik dibicarakan oleh ketiga anak remaja itu adalah tentang jatidiri ayah A Ling ketika masih hidup. Ketika mendengar cerita dari Opsir Pieter bahwa A Ling adalah anak Ketua Serikat Orang Cina di Batavia terdahulu, Panca merasakan keheranan.

Panca masih tidak percaya jika A Ling adalah anak Ketua Serikat Orang Cina di Batavia terdahulu. Berbeda dengan Bajra yang langsung percaya begitu saja tanpa banyak mempertanyakan.

"Jadi, sebenarnya Ayahmu ... orang kaya?"

"Bagaimana kau bisa menyimpulkan, Bajra?"

"Ya, karena ketua yang sekarang menjabat pun ... adalah orang kaya."

A Ling tidak langsung menjawab. Anak gadis itu kembali menelan mie sambil memandang para tamu lain yang sama-sama menyantap hidangan yang sama. Mereka berkumpul di meja yang berbeda dimana masing-masing meja terdiri dari 5-6 orang.

"Aku masih kecil waktu ayahku meninggal. Jadi, aku tidak terlalu ingat."

"A Ling, selain makam ayahmu, apakah ada lagi makam orang Cina yang dibongkar?" Panca mengalihkan pembicaraan.

"Ada beberapa makam."

"Berarti ... pelakunya bukan hanya satu orang ...."

"Bagaimana bisa kau menyimpulkan begitu?"

"Kejadian demi kejadian ... waktunya berdekatan tetapi rentang tempatnya berjauhan."

"Aku masih penasaran, apa mau mereka sehingga membongkar makam-makam itu?"

"Seperti dibilang Opsir Pieter, ya untuk mengadu domba kita?"

Panca dan Bajra saling pandang.

"Tapi, apa untungnya bagi mereka?"

A Ling hanya mengangkat bahu, tidak mengerti.

"A Ling, sebenarnya kekayaan Sang Ketua ini seberapa besar?" Bajra bertanya.

"Besar sekali, daftarnya panjang. Aku hanya tahu beberapa."

"Apa hubungannya?" Panca menimpali.

"Ya ... entah kenapa ada yang menginginkan Sang Ketua meninggal."

"Menurutku ... itu hanya bentuk lain dari adu domba karena urusan pertikaian di pinggir kanal bisa diredam."

"Hanya ada satu cara untuk memastikan jawabannya."

"Apa itu?"

"Belati yang menancap di tubuh Sang Ketua, kita harus tahu siapa pemiliknya?"

Panca dan Pembongkar MakamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang