"Hei kalian sebetulnya ingin apa? Jika ingin membunuhku, lakukanlah!"
"Tidak, kami tidak suka membunuh polisi. Apalagi polisi berkulit putih sepertimu ... dagingnya pahit!"
Opsir Pieter menyeringai, matanya hanya menatap kedua buruannya yang bersikap aneh. Sambil terbaring di lantai, petugas polisi itu mencoba bersikap tenang. Bukanlah hal baru baginya ketika menghadapi penjahat kelas teri seperti 2 orang di hadapannya.
"Baiklah, mari kita selesaikan urusan kita. Mau kalian apa?"
Dua laki-laki itu saling lirik.
"Aku ingin kebebasan?"
"Bebas? Bebas dari apa?"
"Kau mau menangkapku kan?"
"Menangkapmu? Bodoh, siapa yang mau menangkapmu?"
"Lalu, kenapa kau mengejarku?"
"Aku hanya mau menanyai kalian. Kalian saja yang ketakutan. Pasti kalian punya dosa."
"Ah, jangan kau percaya polisi brengsek ini." si laki-laki yang memegang pistol nampaknya tidak mau bernegosiasi dengan Opsir Pieter.
Dua laki-laki itu seperti kebingungan. Mereka merasa jika polisi tahu sesuatu tentang mereka. Ternyata Opsir Pieter tidak tahu apa-apa.
Sejenak, gudang itu hening. Tidak ada kuli panggul yang masuk ke sana untuk mengambil beras atau apa pun yang ada di sana. Hal itu menguntungkan kedua orang yang sedang menyandera Opsir Pieter. Tetapi, tentu saja merugikan polisi itu karena tidak bisa berbuat lebih banyak lagi. Hanya terbaring, menunggu 2 orang di hadapannya lengah.
...
Dan, tak dinyana. Dua orang itu lupa menutup pintu sehingga sekawanan burung merpati masuk ke dalam gudang. Lebih dari sepuluh ekor merpati terbang ke arah tumpukan jagung di sudut gudang. Butiran jagung yang tercecer di lantai menjadi sasaran bagi sekawanan burung yang belum kenyang.
Brrr ...
Sontak, manusia yang sedang berdiri di sana terkaget dengan kepakan merpati-merpati itu. Perhatian mereka teralihkan.
Ini kesempatan baik.
Opsir Pieter bangkit berdiri dengan gerakan cepat. Dia menendang pistol yang dipegang oleh lelaki bertelanjang dada di hadapannya. Piunggg. Pistol itu terbang.
Segera, Opsir Pieter melangkah ke arah pria yang sedang memegang pedang. Pedang itu direbut ... dan diarahkan ke leher laki-laki berkulit kecokelatan di hadapannya.
"Katakan! Kalian sedang memperebutkan apa?"
"Hanya uang judi, Tuan."
"Judi apa?"
Mereka berdua enggan menjawab. Malah, salah seorang diantara mereka mencoba kabur. Tetapi itu diurungkan karena sebilah pedang didekatkan ke keningnya.
"Jawab!"
"Judi ... judi ... batu nisan ...."
KAMU SEDANG MEMBACA
Panca dan Pembongkar Makam
Misterio / SuspensoOrang-orang sudah berkumpul dalam waktu singkat. Mereka penasaran dengan apa yang akan dikatakan si pembawa berita. "Ki Lurah ... makam ... makam ...." "Makam apa?" "Makam ...almarhum ... Raden ... Wiguna ...." "Ada apa dengan makam ayahku?" "Heehhh...