Rumah Judi itu tidak seramai malam sebelumnya. Mungkin karena hujan yang deras membuat orang malas untuk keluar rumah. Jika ada yang sengaja datang ke Rumah Judi itupun karena rasa suntuk yang sudah tidak bisa dilawan.
Opsir Pieter masuk ke Rumah Judi dengan kepala tegak. Dia ingin memperlihatkan kewibawaan seorang petugas negara di hadapan banyak orang dari berbagai golongan.
"Selamat, Tuan dan Nyonya. Mohon maaf jika mengganggu kesenangan Anda semua."
"Oh, Tuan. Dengan senang hati kami menyambut Anda" seorang pria Cina datang menyambut dengan senyumnya yang lebar.
"Saya hanya ingin menemui beberapa orang di sini."
Untuk sekilas, orang-orang yang sedang asyik dengan permainannya melirik ke arah Opsir Pieter. Mereka merasa aneh ketika menyaksikan 3 orang polisi datang dengan pakaian yang kotor. Mereka pulang dari mana?
Opsir Pieter berjalan demi menghampiri meja permainan dadu. Dia tertarik dengan pria pribumi berbadan kurus yang sedang asyik bermain permainan dadu.
"Bisakah kau ikut denganku. Ada yang ingin aku bicarakan."
Pria itu menatap Tuan Pieter dengan perasaan kesal. Tapi, baginya menolak permintaan polisi bisa membuat urusan semakin runyam. Dia pasrah.
Bersama pria pribumi itu, Opsir Pieter dan 2 pengawalnya berjalan menuju pintu. Mereka keluar untuk membicarakan beberapa hal.
"Bagaimana, kau suka permainannya?"
"Ya, Tuan. Hanya permainan kecil-kecilan."
"Uangmu habis?"
"Ya, saya kalah terus."
"Sayang sekali, padahal kau tidak punya pekerjaan lain selain berjudi."
"Hehehe ... bagaimana Tuan tahu?"
"Aku tahu siapa kau."
Pria itu menatap Opsir Pieter dengan penuh keheranan.
"O ya, kalian polisi. Kalian serba tahu."
Opsir Pieter tersenyum.
"Kenapa kau tidak berjualan pisau saja untuk mendapatkan uang?"
"Pisau. Maksud Tuan?"
"Pisau milikmu bagus. Daripada kau pakai untuk melukai orang, lebih baik kau jual saja."
"Apa maksud, Tuan? Saya ...."
Opsir Pieter melirik kedua anak buahnya. Dengan sigap, mereka memegang tubuh orang itu agar tidak kabur.
"Kau mau ke mana?"
"Saya ... tidak tahu menahu ...."
Pria itu meronta-ronta. Meskipun kedua tangannya dipegang erat, tetapi kakinya masih bebas bergerak. Terlintas dalam pikirannya untuk menggunakan kedua kakinya.
Buuk!
Opsir Pieter terjungkal ke belakang. Kaki orang itu menerjang dada si opsir kemudian dia memutarkan badan ke arah belakang. Kedua polisi yang memegangnya tampak kewalahan. Pria itu gesit seperti seekor belut.
Dia bisa melepaskan tubuhnya dari kedua polisi yang memegangnya. Kemudian, dia berlari.
![](https://img.wattpad.com/cover/260070739-288-k905516.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Panca dan Pembongkar Makam
Mystery / ThrillerOrang-orang sudah berkumpul dalam waktu singkat. Mereka penasaran dengan apa yang akan dikatakan si pembawa berita. "Ki Lurah ... makam ... makam ...." "Makam apa?" "Makam ...almarhum ... Raden ... Wiguna ...." "Ada apa dengan makam ayahku?" "Heehhh...