26

70 23 0
                                    

"Polisi tidak becus menyelesaikan kasus ini!"

Sang Ketua meneriakan pernyataan yang memprovokasi. Semua mata memandang sinis pada 5 orang polisi yang berdiri di tengah-tengah kerumunan.

"Saya minta Anda berhati-hati dengan pernyataan Anda, Ketua."

Opsir Pieter tidak ingin jika pernyataan Sang Ketua Serikat Cina di Batavia itu menimbulkan kesalahpahaman. Lebih-lebih jika orang-orang yang mendengar menjadi terprovokasi.

"Ketua, sebaiknya Anda dan teman-teman Anda pulang dan menyerahkan kasus ini pada polisi."

"Baiklah, kami akan pulang. Tetapi, saya bawa jenazah saudara kami untuk dipulasara."

Opsir Pieter mulai kebingungan dengan permintaan orang-orang Cina itu. Dia terdiam sejenak, berpikir. Matanya menatap ke arah anak buahnya yang sedang menodongkan senapan ke arah kerumunan.

"Turunkan senjata ...!"

"Baik, Tuan."

Opsir Pieter tahu jika menyerahkan jenazah itu begitu saja sama saja dengan mengakui jika polisi memang tidak sanggup menyelesaikan kasus yang sedang dihadapi. Tapi, jika menahan jenazah itu bisa menimbulkan keributan yang lebih besar. Wibawa dinas kepolisian Batavia dipertaruhkan di sini.

"Bangsat, ternyata orang-orang ini benar-benar ingin mempermalukan polisi."

Hati Opsir Pieter bergumam dan mulai menimbang-nimbang keadaan. Pandangannya menyeribak ke arah kerumunan. Nampak wajah-wajah tegang dari orang-orang Cina, orang Jawa, orang Sunda dan sedikit orang Bugis.

"Maaf Ketua, saya tidak bisa menyerahkan jenazah ini. Kami harus mengautopsinya terlebih dahulu di Rumah Sakit."

Sang Ketua tidak bisa memaklumi penolakan polisi. Dia bersikukuh untuk membawa jenazah saudaranya sesama orang Cina untuk dipulasara saat itu juga. Begitupula dengan Opsir Pieter yang tidak bisa menyerahkan begitu saja jenazah yang belum diautopsi. Polisi memerlukan banyak data dari jenazah itu demi memperlancar penyelidikan.

"Ah, kalian terlalu banyak bicara." Sang Ketua semakin berani pada polisi dan menganggap sikap lunak polisi sebagai bentuk kompromi.

"Tolong dengarkan kami ...."

"Ambil jenazah itu!"

Opsir Pieter kaget dengan sikap Sang Ketua yang terlalu berani untuk melawan.

"Hei, kau terlalu berani!"

Opsir Pieter langsung menghalangi orang yang hendak menyentuh jenazah di hadapan polisi itu. Diantara mereka saling halang. Ketegangan semakin menjadi-jadi.

Duk!

Opsir Pieter terpaksa memukul rahang orang yang bersikeras menyentuh jenazah di hadapan para polisi.

Orang itu terjengkal.

Panca dan Pembongkar MakamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang