Pagi itu, Panca mengikuti warga desa mendatangi pemakaman. Anak remaja itu penasaran dengan apa yang telah terjadi pada makam kakeknya. Baginya, ini adalah kejadian yang tidak biasa dan dia merasakan kemarahan sebagaimana warga desa pun marah.
"Biadab!"
"Apa sih maunya orang itu?"
Kata-kata kasar dan sumpah serapah keluar dari mulut warga yang turut serta ikut ke pemakaman. Panca bisa mengetahui seberapa besar kemarahan warga pada pelaku pembongkaran itu.
"Semalam hujan besar, tanah pun sudah seperti lumpur."
"Mungkin orang yang membongkar itu sengaja menunggu hujan. Hujan semalam disertai petir dan angin besar, makanya semua orang lebih suka diam di rumah."
"Agar tidak ada yang menyaksikan."
"Kalian yakin ini ulah manusia?" Lurah Bakti bertanya untuk meminta opini.
"Kalau hewan liar, rasanya tidak mungkin. Masa lubangnya sebesar ini."
Lubang menganga di makam itu. Batu nisan yang sebelumnya tegak berdiri, kini hanya tergeletak di tanah begitu saja.
"Mungkin dia datang dari arah jalan desa."
"Bagaimana kau yakin?"
"Itu."
Semua orang memalingkan pandangan pada jejak kaki yang berlawanan arah dengan jejak kaki warga. Jejak kaki itu mengarah ke jalan desa.
"Mungkin sekali dia datang dari arah sana."
Panca tidak ikut bicara. Dia memperhatikan kalimat per kalimat yang dibicarakan warga. Sudah menjadi adab orang Sunda untuk tidak ikut bicara ketika orang dewasa sedang berbincang.
Diam-diam, Panca memperhatikan gaya ayahnya, Raden Bakti ketika meminta pendapat warga. Raden Bakti _ sebagai kepala desa_ tidak tersulut emosi ketika mendapati makam mendiang ayahnya dibongkar orang tak bertanggungjawab. Lurah Bakti masih bisa tenang meskipun warga yang mengerumuninya justru sudah tersulut amarah.
"Apakah mungkin dia berjalan ke arah desa tetangga?"
"Sepertinya begitu, saya bersedia memeriksanya Ki Lurah." Seorang warga menawarkan diri untuk membantu.
Lurah Bakti menganggukkan kepala. Kemudian dia kembali memalingkan pandangan pada lubang menganga tidak jauh dari tempatnya berdiri.
Siapa yang berani melakukan ini? Dan, apa tujuannya?
Batin Lurah Bakti bertanya-tanya. Pria itu menggelengkan kepala, sambil memperhatikan dengan seksama setiap jengkal tanah di pemakaman itu.
"Ki Lurah ..."
"Ya, ada apa?" Seorang warga kembali memulai percakapan.
"Apakah mungkin ...."
"Mungkin apa?"
"Eee ... Ada orang yang mengambil sesuatu dari dalam kuburan ...."
"Bisa jadi, tapi untuk apa?"
"Untuk pesugihan ...."

KAMU SEDANG MEMBACA
Panca dan Pembongkar Makam
Mistério / SuspenseOrang-orang sudah berkumpul dalam waktu singkat. Mereka penasaran dengan apa yang akan dikatakan si pembawa berita. "Ki Lurah ... makam ... makam ...." "Makam apa?" "Makam ...almarhum ... Raden ... Wiguna ...." "Ada apa dengan makam ayahku?" "Heehhh...