"Tuan, bagaimana bisa Anda berpendapat begitu?"
"Ketiga anak ini diancam olehmu kan Tuan Polisi?"
Opsir Pieter gusar mendengar pendapat seorang tamu pria. Orang itu menunjuk Panca dengan kipas yang sedang dipegang oleh tangan kanannya. Rambutnya yang panjang bergoyang ketika dia berdiri demi menegaskan pendapatnya.
"Saya pikir, Anda harus mencabut kembali kata-kata Anda!"
"Ah, bagaimana bisa aku percaya sama mereka. Mereka datang bersamamu. Berarti kalian sudah merencanakan cerita kalian."
"Ah, aku hanya berencana untuk menyelesaikan masalah diantara kita!"
Para tamu lain yang hadir tidak berusaha melerai percakapan mereka. Bahkan terkesan menyetujui pernyataan lelaki Cina itu. Begitupun Sang Ketua, dia hanya memperhatikan tanpa berusaha menyetop pembicaraan yang menyudutkan Opsir Pieter.
"Dengarkan ... tolong dengarkan ... masalah kita saat ini adalah ... adanya rasa saling curiga dan ketidakpercayaan antara kita ...."
Opsir Pieter tidak mau meladeni argumen orang yang menuduhnya berbohong. Dia segera berbicara pada maksud inti kedatangannya ke rumah Ketua Serikat Orang Cina di Batavia.
"Dengar, aku tidak bermaksud memperpanjang masalah ini. Jika tadi siang ada diantara kita yang saling bertikai ... aku berjanji akan melupakannya."
Semua terdiam. Hening.
"Orang yang menusukku hanya akan dituduh sebagai kriminal biasa. Dan ... tidak akan menyangkutpautkannya dengan kalian. Aku janji, kalian semua yang hadir di sana tidak akan aku bawa-bawa."
Semua tamu mulai mengerti maksud kedatangan Opsir Pieter. Begitupun orang yang menuduhnya berbohong, dia kembali duduk dan mengipasi tubuhnya.
"Coba kalian pikirkan, jika kita sedang diadudomba. Ada pihak yang ingin kita bertikai ... antara Pemerintah dan orang Cina, antara orang Cina dengan orang bumiputra ...."
"Supaya kita rugi ...." imbuh Sang Ketua.
"Ya, supaya kita merugi. Batavia menjadi ladang kerusuhan ... dan perusahaan kalian mengalami kerugian."
Semua orang berpikir.
KAMU SEDANG MEMBACA
Panca dan Pembongkar Makam
Misterio / SuspensoOrang-orang sudah berkumpul dalam waktu singkat. Mereka penasaran dengan apa yang akan dikatakan si pembawa berita. "Ki Lurah ... makam ... makam ...." "Makam apa?" "Makam ...almarhum ... Raden ... Wiguna ...." "Ada apa dengan makam ayahku?" "Heehhh...