13.

64 9 0
                                    

"A picture is a secret about a secret, the more it tells you, the less you know". – Diane Arbus.

.

Dulu Alaska selalu disebut sebagai pengamat yang baik. Sampai sekarang, mungkin. Sedikit berbicara, banyak mengamati, tapi jika sudah waktunya berbicara, maka semuanya harus sesuai dengan kehendaknya.

Sama seperti sebuah kamera di tangan. Membidik adalah poin utama dalam mengabadikan momen terbaik. Ketika tepat mengambil momentum, maka angle foto yang didapatkan pun akan tepat. Membidik, fokus, dan mengabadikan. Alaska selalu menikmati detik-detik ia akan mengabadikan sesuatu di setiap momen. Seakan segala emosi yang ia rasakan akan ditumpahkan lewat sana.

Tapi mungkin sedikit berbeda dengan makna gambar yang tertera di layar komputernya sekarang. Dia sudah mengetahui bahwa dirinya mungkin menilai terlalu cepat, atau mungkin terburu-buru. Setiap gambar yang ia tangkap adalah bentuk rahasia yang hanya ia sendiri yang tahu maksudnya.

Seperti ruangan kecil ini.

Pemuda itu bangkit untuk mengambil sebuah kamera—miliknya yang paling pertama. Yang satu ini bahkan tidak boleh disentuh oleh siapapun. Dia punya banyak kamera dari berbagai jenis dan merek tapi baginya, untuknya hanya satu. Di sana banyak rahasia-rahasia, cerita-cerita abstrak, dan pikiran yang berbenang.

Matanya mengamati kertas film dari kamera analognya di bawah pencahayaan temaram. Melangkah mendekat pada meja yang bersebrangan persis di bawah pencahayaan sinar halogen khusus yang di atasnya bertumpuk baki berukuran sedang, papan berukuran sedang, dan kaca serta beberapa bahan lain untuk mencuci foto. Tangannya bergelut luwes menjejaki tahapan demi tahapan lewat kertas bebas asam, air suling, dan Natrium klorida.

Di sanalah Alaska selalu mulai merangkai ceritanya sendiri. Melewati serangkaian proses mencampurkan perak nitrat dan berbagai zat kimia lainnya, mengeringkan, mencelup, dan sampai di bawah pengeringan sinar halogen sebagai tahap terakhir. Kertas-kertas itu dibiarkan menggantung pada tali panjang yang terbentang di dinding, nyaris memenuhi polosan kosong dinding ruangan.

Beginilah Alaska selalu menikmati dirinya di sana

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Beginilah Alaska selalu menikmati dirinya di sana. Dia dan rahasianya sendiri.

..

"Jinan."

Siang hari ini terik sekali. Air-air bekas hujan semalam yang menggenang di sudut lapangan pun sampai kering. Pemilik nama yang kini sedang mengembalikan buku ke perpustakaan berhenti tepat di depan pintu. Memandangi pria yang kini mendekatinya dengan satu tangan dimasukkan pada salah satu kantung celana.

Pria itu berhenti tepat di depannya. Mengamati sebentar wajah Jinan kemudian terkekeh samar melihat gurat kebingungan di wajah gadis itu. "Iya, kenapa?" sahut Jinan bingung. Dia tidak terlalu mengingat siapa lelaki ini tapi wajahnya sangat tidak asing.

Lelaki dengan gaya rambut undercut itu tersenyum maklum. "Bima, kalau lo lupa," ucapnya seolah menebak kebingungan yang tidak Jinan suarakan di kepala.

.niskalaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang