47

66 3 0
                                    

Mata Jinan perlahan terbuka, mengerjap memandang langit-langit ketika mendengar suara-suara yang teredam. Gadis itu diam sebentar, lalu duduk dengan cepat seraya memandang sekitar. Tempatnya begitu asing. Lima detik kemudian baru menyadari jika dia tidur di apartemen Alaska. Suara-suara itu masih di sana. Jinan langsung meraih tongkat dan berusaha berdiri mendatangi sumber suara.

Dikuceknya pelan kedua mata untuk berusaha menjelaskan pandangan. Ternyata suara itu berasal dari dapur. Dengan pelan-pelan langkahnya mendekat pada dapur, dan terkejut mendapati seseorang sedang membelakanginya.

"Alaska?"

Sang empunya nama menoleh sesaat. Kemudian melanjutkan aktivitasnya di kitchen island entah memasak apa. "Kenapa belum mandi? Nanti mandi, ya. Tapi makan dulu."

Jinan masih bingung menatap punggung lebar Alaska, dengan perlahan mendekat. "Lo... masak?"

Ada beberapa bawang-bawangan, daun bawang, daging, pasta, dan saos-saos, serta sekotak keju. Kini Alaska malah sibuk memotong bawang bombay. Lengkap sekali bahan masakannya.

"Duduk aja, nanti makin sakit kaki lo berdiri terus."

Alis Jinan terangkat, kemudian menurut. Dari sini, dia bisa melihat punggung bidang Alaska bergerak ketika memasak, tangannya begitu lihai seolah sudah sering melakukannya. Tidak seperti dirinya yang tidak terlalu suka memasak. Cowok itu juga tampak segar seperti sehabis mandi, tidak seperti Jinan yang bahkan masih mengenakan seragam sekolah.

Jinan menguap, dia sebenarnya masih mengantuk. Waktu juga telah menunjukan jam 7 malam.

"Tidur lo enak?"

Jinan mengangguk—meski tidak bisa diliat Alaska. "Enak. Btw, lo lebih suka masak ya?"

"Iya."

"Huum. Baunya juga enak banget," puji Jinan. Dia tidak bohong waktu Alaska menumis bumbu beserta saos-saos olahannya. "Masaknya diajarin siapa, Al?"

"Belajar sendiri."

"Oh ya?" kagum Jinan. Matanya berbinar. "Lo lebih sering masakin Key dong berarti?"

"Kadang-kadang."

"Selain masak lo suka apa lagi?"

"Kenapa nanya?"

Bahu Jinan mengedik. "Nanya aja. Selain foto-foto, tapi. Sama selain suka desain."

"Yang lo sebutin udah kesukaan gue semua."

"Huum..." Kepalanya mengangguk-angguk mengerti. "Kalo gue?"

"Nggak."

Jinan mendengus. Tak pelak bibirnya tersenyum sumringah ketika Alaska menaruh dua piring berisi pasta keju di atas meja. Tak lupa menaruh susu untuk Jinan dan air putih untuk dirinya sendiri. "Ah, baunya enak banget." Dia bahkan baru tau keahlian cowok ini. "Udah boleh gue makan, nggak?" tanyanya gembira.

"Boleh."

Jinan memekik senang. Mengambil suapan pertama dan melahap. Helaan napasnya luruh. "Enak bangeuuut. Gue suka! Kok bisa masaknya seenak ini?" pujinya.

Alaska memperhatikan gadis itu yang sibuk bergumam sendiri. Bibirnya tersenyum samar seraya meminum air putih. "Pelan-pelan, nanti keselek."

Jinan seperti tidak mendengar karena sibuk mengunyah sampai pipinya menggembung. "Bikin kayak gini resepnya apa, sihhh?"

"Emang bisa buat?"

"Nggak, hehehe.. " Jinan menyengir malu. "Kan nanti lo yang buat."

Setelah selesai, Alaska mengangkat semua piring meski awalnya Jinan kekeuh ingin dia saja yang mencuci. Dia tidak enak jika tidak melakukan sesuatu dan bersantai.

.niskalaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang