50

69 2 0
                                    

Hari ini adalah sesi pelajaran olahraga. Jinan masih belum bisa melewatkan sesi ini tapi gadis itu ditugaskan untuk mengabsen dan mengkoordinir kelompok-kelompok permainan basket yang sudah disuruh oleh Pak Wahyu yang berhalangan untuk mengajar mereka langsung.

Setelah mengganti baju dengan setelan olahraga—kecuali bawahannya yang masih mengenakan rok abu-abu, Jinan duduk di pinggir lapangan memperhatikan teman-temannya bermain basket. Dari kelas 10 gadis itu memang sering diberi tugas seperti ini. Selain karena dia mudah mengerti, Jinan juga santai.

Terik matahari lumayan menghantarkan panas pagi ini, tapi untungnya Jinan duduk di bawah pohon rindang dengan sekaleng minuman favoritnya. "Dante mana? Orangnya ada nggak?"

Teman kelasnya yang lain saling bertatapan dan mencari, lalu menggeleng serentak. "Palingan telat, Nan. Biarin aja," sahut salah satu dari mereka.

Kalau sudah absen seperti itu, Jinan biasanya tidak langsung meng-alpa. Ia akan memastikan temannya benar-benar datang sampai sesi olahraga akan selesai, barulah ia bisa membuat keputusan. Hal itu justru menjadikannya disenangi yang lain jika sudah pelajaran Olahraga.

Dua jam kemudian mereka selesai, Jinan menyerahkan absen ke meja Pak Wahyu bersama Neli lalu ke kantin. "Gerah banget, anjir. Mas Den udah belom es-nya?"

Mas Den menyahut seraya memasang penutup cup. "Bentar, Neng. Mangga kan ya tadi?"

"Benul." Neli menghela napas seraya mengipasi diri dengan tangan. "Kenapa hari ini panas banget ya cuacanya? Gue nggak tahan anjir, mana tadi gue jatoh disenggol Shella."

Jinan tertawa. "Coba kayak gue, anteng."

Otomatis Neli mencebik. "Yeee, lo mah enak nyantai."

Setelah menghabiskan minumnya, mereka kembali untuk berganti baju. Waktu tiga puluh menit tadi mereka habiskan untuk menunggu antrian baju selesai, barulah mereka mengganti ketika sudah selesai. Kamar mandi juga jadinya sepi membuat mereka leluasa tidak menunggu lagi.

Namun Jinan terkejut ketika seseorang menabrak lumayan keras bagian depannya hingga hampir saja Jinan terjungkal jika tidak menjaga keseimbangan tubuh. Minuman yang dibawa orang itu pun tumpah mengenai bagian depan bajunya.

"Ah, sorry... gue nggak sengaja." Perempuan yang menabrak Jinan menunduk, merasa menyesal.

Jinan menunduk melihat bajunya sendiri yang sudah sangat basah dan lengket, bahkan tetesannya sudah mengenai rok. Gadis itu menghela napas dengan senyuman. "Nggak apa kok."

Gadis berkacamata di depannya hanya tertunduk kemudian mengangguk singkat, lalu pergi dari sana. Sementara Jinan segera menuju loker untuk mengambil baju putih lalu ke kamar mandi untuk mengganti bajunya yang sudah lengket. Syukurnya tidak sampai terkena dalamannya.

Jinan melepas perlahan baju olahraga, lalu mengganti dengan seragam putih sebelum akhirnya bajunya basah karena siraman dari atas. Gadis itu tidak sempat menghindar dari air yang seperti sengaja disiram. Kepalanya mendongak namun sudah tidak ada siapa-siapa di sana.

"Astaga..." Jinan memekik seraya melepas seragam putihnya yang sudah kepalang basah, bahkan tanktopnya juga ikut sedikit basah.

Gadis itu terduduk lemas. Dia tidak membawa ponsel untuk menghubungi Neli atau siapapun di luar sana. Tidak ada suara apa-apa di sini. "Woi, tolong siapapun yang di luar, tolong panggilin Neli, please," teriak Jinan dari dalam. Namun tidak satu pun ada suara yang menyahut. Tidak mungkin juga Jinan menggunakan kedua pakaiannya yang sudah kepalang basah dan lengket itu.

Tapi... sebentar lagi kelas selanjutnya akan dimulai. Jinan menjadi gelisah sendiri. Dia tidak mau melewatkan kelas lagi. Jinan bahkan tidak menduga jika ada orang setega itu melakukan hal ini padanya. Dengan segera ia memeras bajunya sekuat tenaga meski tetap tidak membantu sama sekali karena ketika dipakai, tetap saja pakaian dalamnya akan menerawang. Mumpung masih sepi, maka Jinan juga segera ke kantin untuk membeli tisu, berharap bajunya bisa kering.

.niskalaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang