57

52 1 0
                                    

Niskala.

Frasa itu memiliki banyak arti. Tapi yang Jinan tahu, niskala berarti ; abstrak, tak berwujud, lawan dari kata skala : nyata. Tidak nyata. Dalam bahasa sansekerta, berarti kokoh, kuat, atau berjiwa bebas. Banyak arti dalam frasa ini, tapi yang Jinan kenali hanya satu ; abstrak.

Maka dari semua perdebatan, pertanyaan, usik yang ada di dalam kepala dan batin setiap malam, Jinan ingin bakar satu-satu. Menghempaskannya dalam satu toreh di dinding atau pukulan di kepala tidak mempan. Malam-malamnya senyap tapi berisik, mengerikan, beradu satu seperti kaset rusak. Ujung sarafnya layaknya sumbu api yang jika dipantik dengan satu api saja, maka akan terbakar satu raga. Satu coretan, dua goresan, percik-percik, meski diganggu oleh sinar matahari dari kaca jendela, abstrak yang ia buat belum mampu membuka isi kepala. Tidak berwujud sama sekali, bahkan jika dicampur warna primer dan sekunder.

Tapi Jinan yang tahu wujudnya seperti apa. Dia sedang melihat ketakutannya sendiri.

Dia juga sedang melihat tekad yang dibangun hati-hati. Tentang mati dan hidup.

Tarikan napasnya berselang dua detik setelahnya, berkeringat di atas kulit seperti sehabis maraton berkilo-kilo. Jinan tidak tahu jika mengeluarkan isi otaknya akan mencurahkan energinya sendiri sampai separah ini. Karena memori itu memang diputar terus-menerus seperti kaset rusak. Tapi dia agaknya lega, sedikit.

Abstrak yang dibentuk dari semburat cat itu telah jadi. Campuran warna yang didominasi biru dan hitam, sisanya merah dan kuning. Tidak ada yang bisa menebak apa yang ia gambar. Jinan, hanya dia yang tahu representasinya sendiri. Pikirannya kacau, dan semakin runyam semenjak Karel memberitahu sesuatu tentang orangtuanya meski sebatas foto lama. Entah dimana ayahnya sekarang, Jinan masih berharap jika masih ada setitik terang dia bertemu sebentar. Ia membuang napas panjang.

Sebelum akhirnya, ponsel Jinan berbunyi menandakan sebuah pesan masuk.

+ 628xxxx

Woi perek
Gausah sok jago karna cowo lo bela-belain lo
Anjg krna cowo lo gue hrs dihukum satu bulan full bangsat
Liat aja klo gue liat cowo lo, abis dia
Selanjutnya lo gue bunuh, lonte

Tidak perlu menebak siapa pengirimnya, Jinan rasa dia sudah terbakar duluan membacanya. Mulutnya memaki pelan, dan dia tahu api yang masih menyala belum juga padam di dalam diri.

Jgn berani bawa2 Alaska
Masalah lo itu sama gue, bukan sama Alaska

Atau apa?
Kalo mau, sini lo yg gantiin dia
Bayar kesalahan cowo lo
Sekarang, di lapangan sekolah
Tenang aja. Gue udh minta kunci gerbang sama satpam
Gue mau liat seberani apa lo

Jinan berdiri menaruh hape di meja, membereskan semua peralatan lukisnya. Gadis itu sengaja tidak mengganti seragamnya karena terburu. Entah apa yang akan dilakukan Aldo nanti, dia sudah siap. Sumpah mati dia tidak mau membiarkan Aldo menyentuh Alaska lagi, bahkan jika seujung kuku. Konsekuensinya akan dia terima. Ia juga pernah mengalami ini.

Tapi dipastikan, Jinan tidak mau mati dulu sebelum puas menghabisi Aldo.

..

Tepat maghrib Jinan sampai di gerbang sekolah. Sepi, tidak ada siapa-siapa. Gadis itu berputar badan mencari-cari keberadaaan Aldo di tengah lapangan luas itu, lalu mengawasi CCTV. Seratus persen Jinan yakin jika CCTV itu dimatikan, jika Aldo saja bisa seberani ini mengajaknya ke sini. Tidak ada penerangan apapun, hanya mengandalkan sinar rembulan. Biasanya, patroli malam akan dilakukan setiap jam 8 sampai tengah malam. Dia jadi tahu kenapa Aldo memilih di waktu maghrib begini.

.niskalaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang