TTerdengar suara ketukan di pintun utama. Makin lama makin kencang sampai kedengaran sampai dapur. Pemuda itu mendengus sebal seraya berjalan cepat membuka pintu.
"Alaskaaa, Al, Al, Alaskaaa~~~"
Pintu terbuka. Menampakan pemandangan seorang gadis dengan baju rumahan dan rambut terurai berantakan. Sosok penganggu ini ...
"Ngapain lo ngetuk pintu jam segini?" Alaska tahu-tahu langsung sewot kencang. Tak peduli dengan wajah sembab si gadis yang menenteng buku-buku di tangan kanan. "Ganggu banget."
Neli mendengus sebal seraya mengusap ingus di hidung. Kemudian mengulurkan buku-buku tebal pada Alaska. "Gue balikin. Udah nggak selera lagi baca-baca buku lo."
Alaska masih memandangnya dengan alis menukik kesal. "Cuma ini doang lo sampe gedor-gedor?" Cowok itu mencibir. "Balik sana lo. Gue lagi masak anjir ya lo."
Mata Neli langsung terbuka lebar. Penuh binar sampai mata bengkaknya terlihat lucu. "Masak? Mauuu.." Neli langsung menyerobot masuk melewati Alaska yang belum sempat menahan gadis yang kini menuju dapurnya.
Alaska mengumpat dalam hati seraya menutup pintu kesal. Neli kadang memang begitu, suka seenaknya sendiri saja dan tiba-tiba random begini. Dia juga bingung mengapa tahan-tahan saja berteman dengannya dari kecil.
Apalagi melihat cewek itu kini duduk santai di meja makan sambil celingak-celinguk. "Key mana?"
"Lagi jalan sama Omanya." Alasa menjawab cuek. "Balik sana lo, nggak usah ganggu."
Neli memekik lebay. "Ihhh, apaan sih. Gue nggak mau. Cepetan deh lo masak, gue lagi laper nih. Tenaga gue abis karena di-ghosting." Berusaha menahan diri saat Alaska menarik-narik dirinya untuk bangkit.
Alaska tak peduli dan tetap menarik-narik lengan Neli. "Ya emang kenapa gue harus peduli juga? Pulang sana, jangan ganggu."
Neli mencibir kesal, menyidekapkan tangan di dada. "Heran ya gue, ternyata nggak ada rasa empati sama cewek. Pantes aja lo jomblo soalnya lo galak, judes, no empati, no akhlak."
Kadang Neli heran juga kenapa cowok ini tidak punya pacar sampai sekarang. Fisik oke, prestasi oke, tapi setelah ditelaah kadang-kadang Alaska suka no akhlak. Mungkin cewek yang berada di depannya sudah dibuat ketar-ketir, atau mungkin kabur duluan.
"Bagus kalo gitu, biar cewek aneh kayak lo nggak deket-deket," sewot Alaska.
"Tapi sayangnya gue nggak mau. Ayo, masak gue laperrrr."
Anjir, umpat Alaska. Cowok itu mengacak rambut frustasi. "Gila ya lo, gue nggak ada istirahat sama sekali. Giliran rumah tenteram malah lo dateng kayak reog." Meski dengan omelan yang tiada henti, cowok itu tetap melanjutkan acara memasaknya yang sempat tertunda. Toh, mengusir Neli akan membuang waktu dan tenaganya.
Kalau Neli dengan senang hati tersenyum penuh kemenangan seraya mengambil jus jeruk di kulkas. "Jangan diabisin, gue baru buat," peringat Alaska.
Neli mengedik tidak peduli dan meneguk jus jeruk dengan khidmat. Lengkap dengan suara gleguk-gleguk yang menganggu ketenangan jiwa Alaska. Rumah Alaska sudah seperti rumah Neli sendiri memang. Keluarga mereka sudah dekat semenjak dahulu, bahkan mungkin bisa jadi mereka adalah keluarga jauh. Dari kecil hobinya adalah mengintili Alaska ke mana-mana sampai cowok itu akhirnya memutuskan untuk tidak main di luar lagi.
Apalagi semenjak kehadiran Key, cewek itu akan datang beberapa kali untuk menemaninya bermain bersama, mengajari Key tentang hal berbau K-Pop—memang tidak waras.
Neli melengos kembali duduk seraya menepuk-nepuk bukunya malas. "Sebenernya udah gue baca hampir semua, tapi kayaknya nggak ada satu pun yang nyantol di otak gue. Gimana, sih, cara doyan baca buku ginian?"
KAMU SEDANG MEMBACA
.niskala
Teen FictionHidup Jinan adalah sebuah perwujudan niskala. Abstrak. Tanpa tujuan. Penuh ketidakjelasan yang berarti. "Kamu adalah sebuah ilusi yang nyata, namun tak terkejar, tak tercapai, tapi benar adanya." Ketika ia dihadapkan dengan banyak hal, termasuk dua...