21

62 6 0
                                    

"Abaaaaaang!!!"

Suara riang itu menyambut mereka tepat ketika Alaska membuka pintu. Di antara hawa dingin AC, aroma obat-obatan, dan alat infus yang terpasang di tangan kanan. Dengan senyuman lebar menanti Alaska mendekat untuk memeluk dan mengusap puncak kepala Key. "Udah makan?"

"Udahhhhh disuapin suster... tapi makanannya nggak enak. Key nggak suka bubur," lirih Key merengut lucu. "Mana kue kesukaan Key?"

Alaska membukakan kotak kue tiramisu, sementara Key mengangguk dengan binar bahagia. "Jangan makan banyak-banyak."

Key mengangguk semangat. "Eh, Abang bawa siapa?"

Alaska menoleh menatap Jinan yang berdiri canggung dekat pintu. "Ngapain lo? Jagain pintu?"

Senyuman canggung terpoles ketika Key menatap ke arahnya. "Kak...Jihan, ya?"

"Namanya Kak Jinan, Key."

"Maaf...Key lupa," Key terkikik malu. "Sini, Kak Jinan. Key seneng banget Abang bawa Kakak."

"I-iya.." sahut Jinan pelan sembari mendekat ke arah mereka. Ia melirik Alaska sebentar seolah meminta pertolongan kata-kata apa lagi yang harus ia ucapkan.

"Hm. Tadi dia bilang mau ketemu Key."

Otomatis Jinan melirik sadis pada cowok yang seenaknya berbicara itu. Malah kini asyik memotong kue menjadi beberapa bagian. "Hah?!? Kan lo yang ngaj—

"Oh ya?" seru Key. "Kebetulan! Aku juga pengen ketemu Kak Jinan. Kakak masih inget 'kan kita liat badut kucing waktu itu yang di jalanan?"

"Hah?" beo Jinan tanpa sadar. Badut? Kucing? "M-maksudnya maskot?"

Anggukan semangat dari Key meski dia tidak tahu apa artinya maskot. Dia menoleh pada Alaska—si wajah sok datar yang masih hati-hati memotong kue. "Ayo, bang, nanti kita jalan lagi. Key mau ketemu yang dinosaurus."

"Hm. Makanya sembuh dulu."

Jinan memperhatikan dalam diam, masih dengan berdiri canggung sembari meremas tali ransel. Dia hampir tidak pernah menjenguk orang sakit di ruangan VIP, bau-bau obat, dan tawa hangat yang terpancar dari Key yang bercerita bagaimana ia ingin jalan-jalan lagi.

Melihat bagaimana Alaska mengusap puncak kepala Key dengan binar lembut yang tidak pernah ia lihat karena biasanya selalu sengit. Kemudian lelaki itu berdiri mengambil kursi dari sisi sebelah Key lalu menaruh di sampingnya. "Duduk."

Jinan terkesiap sejenak kemudian hanya menurut saat Alaska menunggunya duduk. Laki-laki itu lalu duduk di sisi ranjang Key.

"Abang, Oma nanti ke sini?"

Alaska mengangguk kecil. "Iya, tapi nanti." Jemarinya mengusap bekas cream di sudut bibir Key.

"Papa masih sibuk, ya?" tanyanya dengan nada polos. "Nanti dateng ke sini kan, bang?"

"Iya, Key."

Key bersorak riang seolah memang Gio akan datang. Padahal sudah dari hari kapan semenjak Key di sini, Gio menanyakan kabarnya saja tidak.

Alaska hanya mendengus samar sembari bangkit membuatkan susu untuk Key. Tidak lepas dari pandangan Jinan bagaimana lelaki itu sebenarnya juga terlihat tidak yakin dengan jawabannya.

Dia jadi terdiam sendiri dengan pikirannya meski bibirnya tersenyum menanggapi cerita-cerita Key yang tidak benar-benar didengarnya. Baru beberapa menit yang lalu ia melihat Alaska dan sikap lembutnya, tapi sekarang cowok itu terlihat... memendam rasa tidak nyaman.

...

Dan benar. Mood cowok itu sepertinya sedikit menurun meski sekarang masih dengan wajah sengaknya tiba-tiba menyodorkan semangkuk bakso dan air mineral untuknya. Jinan mengangkat wajah, dan cowok itu kini duduk di hadapannya dengan sepiring nasi goreng untuk dirinya sendiri.

.niskalaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang