65

62 0 0
                                    

Mereka sampai di rumah Alaska. Rumahnya begitu sepi sekali, dan beruntung ada Bi Lani yang membukakan mereka pintu. Alaska langsung bertanya. "Orang rumah ke mana, Bi?"

"Ibu sama Bapak ke rumah sakit, Den. Tapi katanya langsung pergi lagi nanti ke Singapore, " jelas Bi Lani seraya mempersilakan Jinan masuk dengan senyum ramah keibuannya.

Seraya menaruh belanjaannya, Alaska kembali bertanya. "Galang nggak ada ke sini?"

"Tadi ada, Den, tapi cuma sebentar aja. Kasian tadi Dek Key udah nunggu satu jam di sekolah karena Pak Galang bilang mau jemput, tapi nggak sampe-sampe. Jadi Pak Edy yang nyusul, Den."

Mendengar itu, Alaska langsung emosi. "Satu jam? Mana Key-nya?"

"Lagi mandi. Bibi siapin minum, ya."

"Nggak usah, nanti saya buat sendiri aja."

Kalau sudah mengatakan begitu, tandanya Bi Lani tidak bisa memaksa. Sebagai asisten rumah tangga di rumah ini yang mengurus mereka semenjak dari Galang kecil, Bi Lani menjadi mengerti sifat masing-masing mereka. Salah satunya adalah Alaska yang paling terlihat cuek di rumah ini. Irit berbicara, judes, tapi menurutnya, Alaska ini yang paling perhatian dalam diam. Pekerjaan Bi Lani memang bukan yang berat karena dia tidak mengurus selama 24 jam, tapi sebenarnya juga ada campur tangan Alaska.

Alaska mengerti jika Bi Lani kelelahan membantu mengurus Key jika mereka semua sibuk, maka Alaska akan membantu memasak dan mencuci piring. Dia juga tidak mengizinkan bajunya sendiri untuk dicuci, maka dia akan menaruh pakaian kotor di kamarnya sendiri. Dari semuanya, Alaska yang paling tidak mengandalkan Bu Lani alias mandiri. Dan Bu Lani yang tahu jika menyangkut tentang Key, dia agak sensitif. Seperti sekarang.

"Bilangin saya kalo nanti Galang dateng lagi ya, Bi." Alaska mematikam sambungan teleponnya ketika Galang tidak mengangkat. Jinan memperhatikan wajah datar namun ketara dengan emosi di matanya. Bi Lani mengangguk seraya mengiyakan dan berlalu ke dapur untuk melanjutkan memasak.

Jinan tahu Alaska pasti emosi. Tangannya terulur mengusap lengan Alaska hingga cowok itu menoleh. Bibir gadis itu tersenyum menenangkan. "Abis ini main sama Key, ya? Kita temenin, pasti dia capek."

Alaska menatapnya sebentar, lalu menghela napas halus. Kepalanya mengangguk pelan seraya mengantungi ponsel. "Tunggu sini."

Jinan duduk bersandar di sofa ruang tengah. Rumah besar ini terasa adem sekali, tapi sepi, dingin, dan kadang terasa hangat. Tak lama Key keluar dengan rambut basah dan baju pink bergambar princess. Sontak mata lucunya membukat kaget dan berlari ke arah Jinan. "Haiii, Kak Jinan!"

Jinan membalas menyapa dan melambai, tapi Key malah memeluknya dengan erat. "Aaaa, kangen banget sama kakak! Pasti ke sini sama Abang, yaaa?" tanyanya riang yang dibalas Key dengan anggukan. Mata Key masih berbinar memandangnya. "Kak Jinan lama kan di sini? Lama-lama aja, yaaa? Mau mainan sama kakak, huhuhuuu..."

"Boleh, Key." Tangannya mengusap rambut Key. Kemudian dia menyerahkan paper bag untuk Key. "Untuk Key. Semoga suka, ya."

Alis Key terangkat sebelum menerimanya. "Key dikasih hadiah? Semua ini untuk Key?"

Jinan mengangguk, menatap gadis kecil itu yang sedang excited membuka kado darinya. Kemudian berteriak senang. "LUCUUU BANGETTTTT!!! KEY SUKAAA!"

"Berisik, Key. Jangan teriak-teriak." Alaska datang seraya menegur membawakan banyak minuman dan jajanan. Membuat Key mengatupkan mulut sembari tersenyum malu.

"Habisnya senang sekali! Kak Jinan, thank youuu." Lagi-lagi Key memeluk Jinan yang segera dibalas gadis itu. Key juga mencium pipi Jinan dengan lama. "Kak Jinan, kemarin abang ulangtahun tauuu. Kak Jinan kasih hadiah apa?"

.niskalaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang