80

82 3 0
                                    

Hari Rabu, hari ini adalah hari perpisahan mereka.

Satu angkatan sudah siap dengan kebaya terbaik mereka di dalam gedung mewah sebagai tempat perpisahan. Jinan tidak hentinya menghela napas gugup. Tidak, bukan karena perpisahan. Lebih tepatnya karena sebentar lagi dia akan pulang.

Rasanya, Jinan sudah lama tidak mengatakan kata kepulangan untuk rumahnya dulu. Sudah nyaris lebih dari enam bulan dia tidak menyebut pulang untuk rumah lamanya. Harusnya, hari ini menjadi hari bahagia karena kelulusan. Tapi yang Jinan hadapi adalah rasa takutnya sendiri.

Kepalanya berkeliling dan dia baru menyadari sesuatu yang tertinggal. Orangtua. Semua orang di dalam gedung ini saling menggandeng dengan ibu atau ayahnya sebelum acara dimulai, sementara Jinan masih diam di sini. Menatap mereka dengan bingung—apakah seharusnya dia juga melakukan hal yang sama? Tapi terasa tidak mungkin.

Jinan tidak masalah sama sekali. Dia merasa kelulusan dalam hidup adalah hal yang cukup. Bertemu dengan orang-orang yang peduli dengannya saat ini. "Jinan, mama lo... beneran nggak dateng?"

Lamunan Jinan pecah saat itu. Menyadari jika Neli ada di sebelahnya. Kebetulan semua duduk sesuai jurusan masing-masing. "Ah, nggak." Kepalanya menggeleng. "Gue juga nggak ngabarin. Biarin aja."

Mungkin Jinan tidak tahu jika seberapa keras keinginan Neli untuk tidak menampakan raut kasihan pada sahabatnya. "Nanti abis acara, kita foto sekeluarga yaaa? Gue belum ngenalin lo tau ke Mas gue. Dia baru nyusul tadi."

"Nggak usah, Nel." Jinan tertawa lucu. "Kan fotonya untuk keluarga."

"Emang lo nggak mau keluargaan sama gue?" tanya Neli cemberut. "Pokoknya lo harus ikut! Titik!"

Jinan sudah tidak bisa membantah lagi. Acara dimulai dengan khidmat, banyak penampilan dari adik kelas dan angkatannya untuk mengisi acara formal ini. Kepalanya berkelana mencari daerah jurusan IPA. Dia bisa menemukan Alaska duduk di deretan bangku paling depan sebagai mahasiswa berprestasi. Jinan mengukir senyuman bangga.

Hari ini Alaska semakin tampan dengan jas hitamnya. Cowok itu bahkan nyaris saja tadi pagi tidak berangkat bersama orangtuanya agar bisa berangkat bareng Jinan. Untungnya Jinan menginap di tempat Neli tadi malam untuk make up dan berangkat bersama. Orangtua Neli begitu memperlakukannya dengan sangat baik.

Acara perpisahan sudah selesai dan saatnya sesi dokumentasi. Banyak murid-murid langsung melipir pergi untuk berfoto bersama keluarga. Sementara itu Jinan sudah ditarik langsung oleh Neli dan berfoto bersama. Keluarga Neli begitu menyambut dengan hangat. Karena merasa tidak enak, Jinan melipir dan mengatakan bahwa mereka harus ada foto keluarga yang lengkap tanpa orang lain. Dia merasa cukup.

"Kamu Jinan, ya?"

Jinan menoleh ketika suara berat laki-laki mengejutkannya. Matanya langsung membulat dan langsung mengangguk sopan. "Iya, Kak. Saya Jinan, temannya Neli."

Ethan—kakak laki-laki Neli mengangguk halus dengan senyuman tipis. "H-m, Neli sering ceritain kamu ke saya."

Jinan mengerjap seraya terpaku diam. Selain karena kaget mendengar fakta barusan, dia juga terdiam kagum karena—shit, kakak laki-lakinya sangat tampan. Tidak heran Neli pun sangat cantik. Auranya dewasa dan tinggi sekali, begitu rapi dan wangi. Mengingatkan Jinan pada aktor Korea Selatan yang pernah ditontonnya. Jinan yang tinggi pun hanya sebatas dadanya saja. "Oh..." Jinan bingung mau menjawab apa. Kemudian mengulurkan tangannya tanpa sadar. "Salam kenal ya, Kak."

Ethan menatap uluran itu, langsung membalas jabatan tangannya. Uwaw, sangat lembut dan dingin sekali sampai Jinan tanpa sadar meremat tangan indah itu. "Saya Ethan."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 26, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

.niskalaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang